32.3 C
Jakarta
Thursday, April 25, 2024

Balada Kisah Pemain Terbuang

Swiss dan Spanyol sama-sama lolos secara heroik ke perempat final Euro 2020. Swiss mengalahkan kampiun Piala Dunia 2018 Prancis lewat adu penalti. Sementara itu, Spanyol memulangkan runner-up Piala Dunia 2018 Kroasia di babak perpanjangan waktu.

Gara-gara performa di 16 besar itu, pertemuan Swiss kontra Spanyol malam ini (2/7) di Krestovsky Stadium diprediksi menghadirkan drama selanjutnya di gelaran pesta sepak bola Eropa bergengsi ini (siaran langsung RCTI/iNews/Mola TV/ON Channel HD/Soccer Channel pukul 23.00 WIB).

Kebetulan, dua tim sama-sama memiliki pemain yang sedang moncer, tetapi biasa saja di level klub. Yakni, gelandang serang Swiss Xherdan Shaqiri dan striker Juventus Alvaro Morata. Di Euro 2020 ini, keduanya sama-sama mengemas dua gol.

Alvarito –julukan Morata– musim lalu memang mencetak 20 gol dan 12 assist dari 40 laga bersama Juventus. Namun, kisah musim ini tak terjadi pada tiga klub sebelumnya. Mulai Atletico Madrid, Chelsea, hingga Real Madrid.

Di tiga tim itu, striker 28 tahun tersebut bak pesakitan dan dicap gagal beradaptasi. Juga performanya tak sebanding dengan banderol mahalnya.

Baca Juga :  Marcos Tuwan Usulkan Gubernur Nahkodai Koni Kalteng, Ini Sebabnya

Jadi, kisah galau Morata hampir terdengar sepanjang musim lantaran gagal memperlihatkan performa terbaik bersama tiga klub tersebut.

Imbas dari jejak rekam yang buruk di level klub juga sempat terbawa di Euro kali ini. Morata pernah gagal mengeksekusi penalti ketika melawan Slovakia (24/6) dan gagal memanfaatkan dua peluang emas jadi gol ketika menghadapi Swedia (15/6).

Rentetan insiden bak melengkapi hari-hari buruk Morata di Euro kali ini. Termasuk mendapat ancaman. Ancaman yang diterima di media sosial itu bernada ancaman pembunuhan yang ditujukan kepada sang istri, Alice Campello, dan tiga anaknya, Leonardo, Alessandro, dan Edoardo.

Ancaman itu didapatnya pasca-Spanyol bermain imbang 1-1 kontra Polandia (20/6). Ancaman tersebut adalah lanjutan beberapa jam sebelumnya. Kala itu, keluarga kecil jebolan akademi Real itu datang langsung menyaksikan laga yang dihelat di Estadio La Cartuja, Sevilla. Istri dan setiap anaknya yang mengenakan jersey bertulis nama Morata langsung mendapat hujatan dari beberapa penonton yang mengetahui hal itu.

Baca Juga :  Joshua Siap Tantang Fury

Entrenador Luis Enrique dan pengurus La Furia Roja –julukan Spanyol– sampai harus melapor ke polisi. Morata juga mengatakan bahwa dirinya sampai tidak bisa tidur selama sembilan jam pascainsiden beruntun tersebut.

”Aku paham. Begitu Euro usai dan berakhir baik bagi kami, aku akan bicara dan aku sadar mengapa mereka (pendukung Spanyol, Red) menyerangku,” papar Morata kepada Marca mengenai boo ketika melawan Kroasia di 16 besar.

Meski tidak separah Morata, Shaqiri juga mengusung target serupa agar mengakhiri Euro dengan kontribusi maksimal. Sumbangsih awal sudah diberikan dengan membawa Swiss lolos ke perempat final kali pertama dalam sejarah mereka.

Setelah itu, dia bisa merefleksikannya untuk memperbaiki peruntungan di level klub. Bagaimana tidak, dari empat klub terakhir, pemain 29 tahun itu hanya jadi pemain pilar utama bersama Stoke City.

Sementara itu, bersama Bayern Muenchen, Inter Milan, dan tiga musim terakhir bersama Liverpool FC, dia hanya jadi serep di lini tengah.

Swiss dan Spanyol sama-sama lolos secara heroik ke perempat final Euro 2020. Swiss mengalahkan kampiun Piala Dunia 2018 Prancis lewat adu penalti. Sementara itu, Spanyol memulangkan runner-up Piala Dunia 2018 Kroasia di babak perpanjangan waktu.

Gara-gara performa di 16 besar itu, pertemuan Swiss kontra Spanyol malam ini (2/7) di Krestovsky Stadium diprediksi menghadirkan drama selanjutnya di gelaran pesta sepak bola Eropa bergengsi ini (siaran langsung RCTI/iNews/Mola TV/ON Channel HD/Soccer Channel pukul 23.00 WIB).

Kebetulan, dua tim sama-sama memiliki pemain yang sedang moncer, tetapi biasa saja di level klub. Yakni, gelandang serang Swiss Xherdan Shaqiri dan striker Juventus Alvaro Morata. Di Euro 2020 ini, keduanya sama-sama mengemas dua gol.

Alvarito –julukan Morata– musim lalu memang mencetak 20 gol dan 12 assist dari 40 laga bersama Juventus. Namun, kisah musim ini tak terjadi pada tiga klub sebelumnya. Mulai Atletico Madrid, Chelsea, hingga Real Madrid.

Di tiga tim itu, striker 28 tahun tersebut bak pesakitan dan dicap gagal beradaptasi. Juga performanya tak sebanding dengan banderol mahalnya.

Baca Juga :  Marcos Tuwan Usulkan Gubernur Nahkodai Koni Kalteng, Ini Sebabnya

Jadi, kisah galau Morata hampir terdengar sepanjang musim lantaran gagal memperlihatkan performa terbaik bersama tiga klub tersebut.

Imbas dari jejak rekam yang buruk di level klub juga sempat terbawa di Euro kali ini. Morata pernah gagal mengeksekusi penalti ketika melawan Slovakia (24/6) dan gagal memanfaatkan dua peluang emas jadi gol ketika menghadapi Swedia (15/6).

Rentetan insiden bak melengkapi hari-hari buruk Morata di Euro kali ini. Termasuk mendapat ancaman. Ancaman yang diterima di media sosial itu bernada ancaman pembunuhan yang ditujukan kepada sang istri, Alice Campello, dan tiga anaknya, Leonardo, Alessandro, dan Edoardo.

Ancaman itu didapatnya pasca-Spanyol bermain imbang 1-1 kontra Polandia (20/6). Ancaman tersebut adalah lanjutan beberapa jam sebelumnya. Kala itu, keluarga kecil jebolan akademi Real itu datang langsung menyaksikan laga yang dihelat di Estadio La Cartuja, Sevilla. Istri dan setiap anaknya yang mengenakan jersey bertulis nama Morata langsung mendapat hujatan dari beberapa penonton yang mengetahui hal itu.

Baca Juga :  Joshua Siap Tantang Fury

Entrenador Luis Enrique dan pengurus La Furia Roja –julukan Spanyol– sampai harus melapor ke polisi. Morata juga mengatakan bahwa dirinya sampai tidak bisa tidur selama sembilan jam pascainsiden beruntun tersebut.

”Aku paham. Begitu Euro usai dan berakhir baik bagi kami, aku akan bicara dan aku sadar mengapa mereka (pendukung Spanyol, Red) menyerangku,” papar Morata kepada Marca mengenai boo ketika melawan Kroasia di 16 besar.

Meski tidak separah Morata, Shaqiri juga mengusung target serupa agar mengakhiri Euro dengan kontribusi maksimal. Sumbangsih awal sudah diberikan dengan membawa Swiss lolos ke perempat final kali pertama dalam sejarah mereka.

Setelah itu, dia bisa merefleksikannya untuk memperbaiki peruntungan di level klub. Bagaimana tidak, dari empat klub terakhir, pemain 29 tahun itu hanya jadi pemain pilar utama bersama Stoke City.

Sementara itu, bersama Bayern Muenchen, Inter Milan, dan tiga musim terakhir bersama Liverpool FC, dia hanya jadi serep di lini tengah.

Terpopuler

Artikel Terbaru