29.8 C
Jakarta
Thursday, April 25, 2024

Jelang Munas Golkar, Figur Siapa yang Lebih Mengakar?

Musyawarah Nasional
(Munas) Golkar yang akan digelar Desember 2019, bakal menjadi ajang ujung
kekuatan Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo. Tak hanya pengaruh politik
yang diuji tapi juga gaya kepemimpinan.

Direktur Indonesia
Political Review (IPR) Ujang Komarudin mengatakan, gaya kepemimpinan Airlangga
dan Bambang Soesatyo (Bamsoet) sangat berbeda. Ada perbedaan yang sangat jauh
dari keduanya.

Ujang menilai karakter
kedua tokoh tersebut berdasarkan kepemimpinan mereka, baik di Golkar maupun di
saat memimpin lembaga negara. Seperti Airlangga saat menjadi Menteri
Perindustrian, dan Bamsoet sewaktu menjadi Ketua DPR.

“Jadi yang digunakan
sebagai indikator penilaian saya adalah ketika keduanya duduk sebagai elite di
Golkar atau pejabat di lembaga negara,” kata Ujang.

Ujang berpendapat,
Airlangga memiliki karakteristik kepemimpinan yang eksklusif. Cenderung bergaul
di kalangan atas, sehingga efeknya kurang mengakar di bawah.

Baca Juga :  Pengamat Berikan Catatan Soal Demokrat Kubu AHY

“Itu terlihat dari
kepemimpinannya di Golkar beberapa tahun terakhir ini,” paparnya.

Sementara Bamsoet,
menurut Ujang berbanding terbalik dengan Airlanggar. Ia menilai, Bamsoet adalah
seorang pemimpin yang inklusif atau terbuka.

“Bamsoet dalam situasi
politik sangat dinamis, lebih adaptif, cenderung mengakar,” katanya.

Namun, dimata
Sekretaris DPD 1 Jawa Timur (Jatim) Sahat Simanjuntak, menyatakan keberhasilan
Airlangga dalam memimpin Golkar diibaratkan seorang pilot piawai yang
mengemudikan pesawat di tengah turbulensi.

“Nah kalau pilotnya
tidak pengalaman dan kurang jago, tentu pesawat bisa jatuh. Jika Airlangga tak piawai,
Golkar bisa runtuh. Namun, berkat gaya kepemimpinan Airlangga
yang cool serta less talking dan less
speaking, Golkar bisa selamat,” kata Sahat.

Namun sebelumnya,
Presiden Joko Widodo mengaku tidak pernah ikut campur dalam urusan suksesi
Partai Golkar. Istana bahkan membantah dengan tegas.

Baca Juga :  Pasangan Taufiq Mukri-Supriadi Genggam Tiket Pilkada Kotim

Juru Bicara Presiden,
Fadjroel Rahman, memastikan kalau Presiden Jokowi tidak akan ikut campur dalam
persoalan di Partai Golkar. Apalagi meminta Airlangga bisa dipilih secara
aklamasi.

“Presiden di Hari
Pahlawan 10 November 2019 di TMP Kalibata menyatakan tidak akan mencampuri
urusan internal partai politik,” ujar Fadjroel.

Memang ada pernyataan
Jokowi bahwa kinerja Airlangga cukup bagus. Mulai sebagai Menteri Perindustrian
setelah hasil reshuffle kabinet. Dan masuk di Kabinet Indonesia Maju, dan
dipercaya menjadi Menko Perekonomian.

Meski ada pujian itu,
Fadjroel memastikan bahwa bukan dalam kapasitas Airlangga sebagai Ketum Golkar.
Melainkan, kinerja profesionalnya dalam membantu Presiden di kabinePP

“Pujian atas kinerja
profesional dan kinerja politik dalam koalisi pemerintahan,” katanya.(jpc)

 

Musyawarah Nasional
(Munas) Golkar yang akan digelar Desember 2019, bakal menjadi ajang ujung
kekuatan Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo. Tak hanya pengaruh politik
yang diuji tapi juga gaya kepemimpinan.

Direktur Indonesia
Political Review (IPR) Ujang Komarudin mengatakan, gaya kepemimpinan Airlangga
dan Bambang Soesatyo (Bamsoet) sangat berbeda. Ada perbedaan yang sangat jauh
dari keduanya.

Ujang menilai karakter
kedua tokoh tersebut berdasarkan kepemimpinan mereka, baik di Golkar maupun di
saat memimpin lembaga negara. Seperti Airlangga saat menjadi Menteri
Perindustrian, dan Bamsoet sewaktu menjadi Ketua DPR.

“Jadi yang digunakan
sebagai indikator penilaian saya adalah ketika keduanya duduk sebagai elite di
Golkar atau pejabat di lembaga negara,” kata Ujang.

Ujang berpendapat,
Airlangga memiliki karakteristik kepemimpinan yang eksklusif. Cenderung bergaul
di kalangan atas, sehingga efeknya kurang mengakar di bawah.

Baca Juga :  Pengamat Berikan Catatan Soal Demokrat Kubu AHY

“Itu terlihat dari
kepemimpinannya di Golkar beberapa tahun terakhir ini,” paparnya.

Sementara Bamsoet,
menurut Ujang berbanding terbalik dengan Airlanggar. Ia menilai, Bamsoet adalah
seorang pemimpin yang inklusif atau terbuka.

“Bamsoet dalam situasi
politik sangat dinamis, lebih adaptif, cenderung mengakar,” katanya.

Namun, dimata
Sekretaris DPD 1 Jawa Timur (Jatim) Sahat Simanjuntak, menyatakan keberhasilan
Airlangga dalam memimpin Golkar diibaratkan seorang pilot piawai yang
mengemudikan pesawat di tengah turbulensi.

“Nah kalau pilotnya
tidak pengalaman dan kurang jago, tentu pesawat bisa jatuh. Jika Airlangga tak piawai,
Golkar bisa runtuh. Namun, berkat gaya kepemimpinan Airlangga
yang cool serta less talking dan less
speaking, Golkar bisa selamat,” kata Sahat.

Namun sebelumnya,
Presiden Joko Widodo mengaku tidak pernah ikut campur dalam urusan suksesi
Partai Golkar. Istana bahkan membantah dengan tegas.

Baca Juga :  Pasangan Taufiq Mukri-Supriadi Genggam Tiket Pilkada Kotim

Juru Bicara Presiden,
Fadjroel Rahman, memastikan kalau Presiden Jokowi tidak akan ikut campur dalam
persoalan di Partai Golkar. Apalagi meminta Airlangga bisa dipilih secara
aklamasi.

“Presiden di Hari
Pahlawan 10 November 2019 di TMP Kalibata menyatakan tidak akan mencampuri
urusan internal partai politik,” ujar Fadjroel.

Memang ada pernyataan
Jokowi bahwa kinerja Airlangga cukup bagus. Mulai sebagai Menteri Perindustrian
setelah hasil reshuffle kabinet. Dan masuk di Kabinet Indonesia Maju, dan
dipercaya menjadi Menko Perekonomian.

Meski ada pujian itu,
Fadjroel memastikan bahwa bukan dalam kapasitas Airlangga sebagai Ketum Golkar.
Melainkan, kinerja profesionalnya dalam membantu Presiden di kabinePP

“Pujian atas kinerja
profesional dan kinerja politik dalam koalisi pemerintahan,” katanya.(jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru