26.6 C
Jakarta
Thursday, April 25, 2024

Menumpuk, Beras di Gudang Bulog Terancam Membusuk

JAKARTA – Pemerintah tengah mencari jalan keluar bagaimana caranya
untuk menyalurkan beras Bulog yang menumpuk di gudang. Karena kelamaan di
simpan di gudang, beras tersebut terancam busuk.

Salah satunya penyebabnya Bulog
tidak dilibatkan dalam penyaluran Bantuan Pangan Nontunai (BNPT). Hal itu
menyebabkan pendistribusian beras menjadi tersendat.

Untuk mengatasi masalah tersebut,
Menteri Sosial, Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, telah melakukan
konsultasi kepada Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution. Hasilnya,
beras Bulog akan disalurkan ke e-warung.

“Saya percaya bahwa Bulog mampu
untuk mensuplai beras dengan kualitas baik ke e-warung,” kata dia di Jakarta,
kemarin (28/6).

Selain itu, beras Bulog juga akan
dilibatkan dengan BPNT. Untuk skemanya tidak akan berbeda dengan supplier beras
lainnya. Namun khusus Bulog akan diutamakan oleh pemerintah.

“Pokoknya kami utamakan Bulog
untuk bisa menyalurkan dalam BPNT. Tentu dengan kualitas yang sudah siap ya.
Saya kira sekarang Bulog sudah siap tuh, kualitasnya sudah bagus-bagus,”
tuturnya.

Baca Juga :  Ini Rekomendasi BI Agar Roda Ekonomi Kalteng Tetap Berjalan Saat Pande

Pengamat pertanian, Dwi Andreas
mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi menumpuknya beras dengan
mendistribuskan beras Bulog melalui e-warung.

“Saya sangat sependapat dengan
Menteri Sosial, Agus Gumiwang memasukkan beras Bulog ke e-warung. Karena Bulog
memiliki keunggulan komparatif dan memiliki tawaran tetringgi memajukan
e-warung dibandingkan pihak swasta,” katanya kepada Fajar Indonesia Network
(FIN), Jumat (28/6).

Dia pun juga mendukung Bulog
dilibatkan dalam BNPT. Menurut dia program BNPT sangat bagus dibandingkan beras
miskin (raskin) atapun beras sejahtera (rasta), di mana BNPT sangat transparan
dan jauh dari kecurangan.

“Tidak perlu lagi diperdebatkan
apakah BNPT salah atau tidak. Itu sudah tepat,” ujar dia.

Saran untuk Bulog. Dwi meminta
harus ada perombakan besar-besaran harus dikembalikan fungsi semula sesuai UU
Nomor 18/2012, sehingga Bulog dikendalikan langsung oleh badan yang memiliki
otoritas tinggi yang bertanggung jawab langsung ke presiden.

Baca Juga :  Diberi Waktu 3 Pekan, Bumdes Siapkan Diri Sebagai Pangkalan

“Sekarang kan dikendalikan
sembilan kepala (di bawah BUMN, Kementerian Petranian, Kementerian Perdagangan,
Kementerian Koordinator Perekonomian dll). Sehingga Bulog memiliki kelulasan
yang besar untuk memutuskan sebuah kebijakan,” saran dia.

Sebelumnya, Dirut Perum Bulog,
Budi Waseso menyatakan kegelisahannya beras yang semakin menumpuk di gudang
Bulog. Sehingga beras tersebut terancam busuk jika tidak segera disalurkan.

“Kapasitas gudang kita 2,6 juta
ton, sekarang sudah mencapai 2,3 juta ton. Tinggal 300 ribu ton lagi penuh,
tidak bisa menyerap lagi. Tinggal nunggu busuk karena tidak disalurkan,” kata
mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) itu.

Menumpuknya beras di gudang
Bulog, salah satunya karena Bulog tidak dilibatkan dalam penyaluran BNPT.
Masalah lain, impor beras yang masih terjadi.(din/fin/kpc)

JAKARTA – Pemerintah tengah mencari jalan keluar bagaimana caranya
untuk menyalurkan beras Bulog yang menumpuk di gudang. Karena kelamaan di
simpan di gudang, beras tersebut terancam busuk.

Salah satunya penyebabnya Bulog
tidak dilibatkan dalam penyaluran Bantuan Pangan Nontunai (BNPT). Hal itu
menyebabkan pendistribusian beras menjadi tersendat.

Untuk mengatasi masalah tersebut,
Menteri Sosial, Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, telah melakukan
konsultasi kepada Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution. Hasilnya,
beras Bulog akan disalurkan ke e-warung.

“Saya percaya bahwa Bulog mampu
untuk mensuplai beras dengan kualitas baik ke e-warung,” kata dia di Jakarta,
kemarin (28/6).

Selain itu, beras Bulog juga akan
dilibatkan dengan BPNT. Untuk skemanya tidak akan berbeda dengan supplier beras
lainnya. Namun khusus Bulog akan diutamakan oleh pemerintah.

“Pokoknya kami utamakan Bulog
untuk bisa menyalurkan dalam BPNT. Tentu dengan kualitas yang sudah siap ya.
Saya kira sekarang Bulog sudah siap tuh, kualitasnya sudah bagus-bagus,”
tuturnya.

Baca Juga :  Ini Rekomendasi BI Agar Roda Ekonomi Kalteng Tetap Berjalan Saat Pande

Pengamat pertanian, Dwi Andreas
mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi menumpuknya beras dengan
mendistribuskan beras Bulog melalui e-warung.

“Saya sangat sependapat dengan
Menteri Sosial, Agus Gumiwang memasukkan beras Bulog ke e-warung. Karena Bulog
memiliki keunggulan komparatif dan memiliki tawaran tetringgi memajukan
e-warung dibandingkan pihak swasta,” katanya kepada Fajar Indonesia Network
(FIN), Jumat (28/6).

Dia pun juga mendukung Bulog
dilibatkan dalam BNPT. Menurut dia program BNPT sangat bagus dibandingkan beras
miskin (raskin) atapun beras sejahtera (rasta), di mana BNPT sangat transparan
dan jauh dari kecurangan.

“Tidak perlu lagi diperdebatkan
apakah BNPT salah atau tidak. Itu sudah tepat,” ujar dia.

Saran untuk Bulog. Dwi meminta
harus ada perombakan besar-besaran harus dikembalikan fungsi semula sesuai UU
Nomor 18/2012, sehingga Bulog dikendalikan langsung oleh badan yang memiliki
otoritas tinggi yang bertanggung jawab langsung ke presiden.

Baca Juga :  Diberi Waktu 3 Pekan, Bumdes Siapkan Diri Sebagai Pangkalan

“Sekarang kan dikendalikan
sembilan kepala (di bawah BUMN, Kementerian Petranian, Kementerian Perdagangan,
Kementerian Koordinator Perekonomian dll). Sehingga Bulog memiliki kelulasan
yang besar untuk memutuskan sebuah kebijakan,” saran dia.

Sebelumnya, Dirut Perum Bulog,
Budi Waseso menyatakan kegelisahannya beras yang semakin menumpuk di gudang
Bulog. Sehingga beras tersebut terancam busuk jika tidak segera disalurkan.

“Kapasitas gudang kita 2,6 juta
ton, sekarang sudah mencapai 2,3 juta ton. Tinggal 300 ribu ton lagi penuh,
tidak bisa menyerap lagi. Tinggal nunggu busuk karena tidak disalurkan,” kata
mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) itu.

Menumpuknya beras di gudang
Bulog, salah satunya karena Bulog tidak dilibatkan dalam penyaluran BNPT.
Masalah lain, impor beras yang masih terjadi.(din/fin/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru