32.5 C
Jakarta
Friday, March 29, 2024

Harga Minyak Dunia Terjun Bebas, Indonesia Masih Ogah Turunkan Harga B

JAKARTA – Di tengah ketidakpastian global akibat wabah virus Corona
(Covid-19), harga minyak pada Jumat (20/3) kembali turun tajam. Hal itu
disebabkan, volatilitas yang tinggi bertahan di pasar.

Mengutip Xinhua, Sabtu
(21/3/2020), West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun 2,69
dolar AS menjadi 22,53 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara minyak mentah Brent
untuk pengiriman Mei turun 1,49 dolar AS menjadi 26,98 dolar AS per barel di
London ICE Futures Bertukar.

Minyak mentah berjangka WTI
menetap 29 persen lebih rendah untuk pekan ini, yang merupakan persentase
penurunan mingguan terbesar sejak periode yang berakhir 18 Januari 1991,
menurut Dow Jones Market Data. Minyak mentah Brent mengalami kerugian mingguan
sebesar 20,3 persen.

Permintaan minyak global
kemungkinan akan semakin menurun karena ketidakpastian global. Hal juga
ditambah pertengkaran antara produsen minyak utama.

Awal bulan ini, kegagalan untuk
mencapai kesepakatan tentang pengurangan produksi minyak antara Organisasi
Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dipimpin oleh Rusia,
telah memicu kekhawatiran kemungkinan perang harga.

Baca Juga :  Tingkatkan Produksi CPO, PT GBSM Resmikan PKS Baru di Seruyan

Terlebih lagi, Arab Saudi,
anggota utama OPEC, dan Rusia telah mengumumkan peningkatan signifikan dalam
produksi minyak.

Menanggapi turunnya harga minyak
mentah dunia saat ini, pemerintah belum memiliki rencana dalam waktu dekat
untuk menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menilai, saat ini pergerakan
harga minyak sangat dinamis. Ia khawatir, ketika pemerintah mengambil keputusan
secara gegabah, Arab dan Rusia melakukan manuver yang membuat harga minyak naik
kembali.

“Soal apakah ada penurunan harga
BBM terlalu awal kita untuk memprediksi, karena kalau nanti saudi arabia dengan
rusia damai naik lagi ke atas terlalu cepat nanti kita antisipasi,” katanya.

Menko Perekonomian Airlangga
Hartarto menyebut, pemerintah masih terus mengevaluasi serta melakukan monitor
terhadap efek dari perkembangan harga minyak. Dengan begitu belum ada keputusan
untuk menurunkan harga BBM.

Baca Juga :  Ingin Bisnis Travel di Tengah Pandemi, Ini Strateginya

“Untuk harga BBM pemerintah masih
akan evaluasi efek daripada perkembangan harga minyak selanjutnya. Kita akan
terus monitor harga,” katanya.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi
Energi UGM, Fahmi Radhi menilai, anjloknya harga minyak dunia saat ini bisa
disikapi pemerintah dengan mendorong Pertamina untuk menurunkan harga BBM. Tak
hanya BBM beroktan tinggi saja, penurunan harga minyak dunia ini bisa juga
mendorong penurunan harga BBM bersubsidi.

“Dengan penurunan harga minyak
dunia hingga mencapai rata rata 40 dolar AS per barel, Pertamina harus segera
menurunkan semua harga BBM, baik harga BBM non-subsidi, maupun harga BBM
subsidi,” katanya.

Fahmi menambahkan, kebijakan
penurunan harga BBM mestinya juga menjadi perhatian Pertamina. Menurutnya,
jangan sampai Pertamina mengubah harga jika ada kenaikan harga saja. Kondisi
ini perlu disikapi oleh Pertamina.

“Pertamina jangan hanya menaikkan
harga BBM pada saat harga minyak dunia naik, tapi juga harus menurunkan harga
BBM pada saat harga minyak dunia turun,” pungkasnya.

JAKARTA – Di tengah ketidakpastian global akibat wabah virus Corona
(Covid-19), harga minyak pada Jumat (20/3) kembali turun tajam. Hal itu
disebabkan, volatilitas yang tinggi bertahan di pasar.

Mengutip Xinhua, Sabtu
(21/3/2020), West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun 2,69
dolar AS menjadi 22,53 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara minyak mentah Brent
untuk pengiriman Mei turun 1,49 dolar AS menjadi 26,98 dolar AS per barel di
London ICE Futures Bertukar.

Minyak mentah berjangka WTI
menetap 29 persen lebih rendah untuk pekan ini, yang merupakan persentase
penurunan mingguan terbesar sejak periode yang berakhir 18 Januari 1991,
menurut Dow Jones Market Data. Minyak mentah Brent mengalami kerugian mingguan
sebesar 20,3 persen.

Permintaan minyak global
kemungkinan akan semakin menurun karena ketidakpastian global. Hal juga
ditambah pertengkaran antara produsen minyak utama.

Awal bulan ini, kegagalan untuk
mencapai kesepakatan tentang pengurangan produksi minyak antara Organisasi
Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dipimpin oleh Rusia,
telah memicu kekhawatiran kemungkinan perang harga.

Baca Juga :  Tingkatkan Produksi CPO, PT GBSM Resmikan PKS Baru di Seruyan

Terlebih lagi, Arab Saudi,
anggota utama OPEC, dan Rusia telah mengumumkan peningkatan signifikan dalam
produksi minyak.

Menanggapi turunnya harga minyak
mentah dunia saat ini, pemerintah belum memiliki rencana dalam waktu dekat
untuk menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menilai, saat ini pergerakan
harga minyak sangat dinamis. Ia khawatir, ketika pemerintah mengambil keputusan
secara gegabah, Arab dan Rusia melakukan manuver yang membuat harga minyak naik
kembali.

“Soal apakah ada penurunan harga
BBM terlalu awal kita untuk memprediksi, karena kalau nanti saudi arabia dengan
rusia damai naik lagi ke atas terlalu cepat nanti kita antisipasi,” katanya.

Menko Perekonomian Airlangga
Hartarto menyebut, pemerintah masih terus mengevaluasi serta melakukan monitor
terhadap efek dari perkembangan harga minyak. Dengan begitu belum ada keputusan
untuk menurunkan harga BBM.

Baca Juga :  Ingin Bisnis Travel di Tengah Pandemi, Ini Strateginya

“Untuk harga BBM pemerintah masih
akan evaluasi efek daripada perkembangan harga minyak selanjutnya. Kita akan
terus monitor harga,” katanya.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi
Energi UGM, Fahmi Radhi menilai, anjloknya harga minyak dunia saat ini bisa
disikapi pemerintah dengan mendorong Pertamina untuk menurunkan harga BBM. Tak
hanya BBM beroktan tinggi saja, penurunan harga minyak dunia ini bisa juga
mendorong penurunan harga BBM bersubsidi.

“Dengan penurunan harga minyak
dunia hingga mencapai rata rata 40 dolar AS per barel, Pertamina harus segera
menurunkan semua harga BBM, baik harga BBM non-subsidi, maupun harga BBM
subsidi,” katanya.

Fahmi menambahkan, kebijakan
penurunan harga BBM mestinya juga menjadi perhatian Pertamina. Menurutnya,
jangan sampai Pertamina mengubah harga jika ada kenaikan harga saja. Kondisi
ini perlu disikapi oleh Pertamina.

“Pertamina jangan hanya menaikkan
harga BBM pada saat harga minyak dunia naik, tapi juga harus menurunkan harga
BBM pada saat harga minyak dunia turun,” pungkasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru