Site icon Prokalteng

Berkat Jualan Obat-Obatan Tradisional Kalteng, Indrawatie Bisa Miliki Rumah Sendiri

Penjual Obat-obatan tradisional Kalteng, Indrawatie dengan produk jualannya di Pasar Kahayan Jalan Tjilik Riwut Km 1,5 Kelurahan Palangka, Kecamatan Jekan Raya, Kamis (18/4).(FOTO : HAFIDZ/PROKALTENG.CO)

PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO –  Pedagang usaha berjejeran di Pasar Kahayan Jalan Tjilik Riwut Km 1,5 Kelurahan Palangka, Kecamatan Jekan Raya. Berbagai dagangan baik kebutuhan sembako maupun kebutuhan rumah tangga dijajakan.

Diantara jejeran pedagang tersebut, ada beberapa penjual obat-obatan tradisional khas Kalimantan Tengah (Kalteng). Salah satu toko yang dikunjungi berada di pintu gerbang Pasar Kahayan yakni Toko Bajakah Official Kalteng.

Toko tersebut menjual berbagai macam produk obat-obatan tradisional khas Kalteng. Berjejer produk obat-obatan tradisional seperti Teh Bajakah, Madu Bajakah, Akar Bajakah, Kopi dari Akar Bajakah dan berbagai produk obat-obatan tradisional lainnya.

Pemilik Toko Bajakah Official Kalteng Indrawatie (48) mengatakan, usaha yang digelutinya ini sudah dilakukan sejak tahun 2018. Awalnya, ia hanya menjual batangan Bajakah dan Bajakah dalam kemasan.

”Kalau mengenal Bajakah sejak kecil akar-akaran ini karena kita sudah turun temurun dari nenek moyang,” ujarnya, Kamis (18/4).

Pada awalnya, ibu yang mempunyai empat anak ini hanya menjual Bajakah saja. Sehingga ia sempat berpikir untuk mencari permodalan untuk meningkatkan usahanya dan meningkatkan penghasilan yang pada saat itu masih kurang.

Oleh karena itu, Indrawatie akhirnya melakukan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia (BRI).  Dan akhirnya, usahanya sudah mulai mengalami peningkatan sejak dari tahun ke tahun.

”Ini yang sudah ke tiga kali saya pinjam. Awalnya Rp 15 juta terus Rp 25 juta, sekarang ini Rp 50 juta,” jelasnya.

Dia menjelaskan, pemasaran produk bajakah ini juga dibantu melalui anaknya di akun media sosial instagram. Sehingga informasi terkait produk tersebut bisa sampai ke luar daerah  Kalimantan dan membeli produk tersebut. Selain itu, pemasarannya pun juga dilakukan melalui mulut ke mulut.

Dengan usahanya saat ini, ia bisa menghasilkan pendapatan bersih sekitar Rp9 juta sampai Rp10 juta dalam sebulannya. Sebelum adanya dukungan modal dari KUR BRI, usahanya hanya menghasilkan pendapatan bersih Rp3 juta per bulan. Selain itu, dari usahanya juga bisa menyekolahkan empat anaknya.

”Kalau kita dulu di rumah mertua. Sekarang kita sudah bisa bikin rumah sendiri dan tanah sendiri,” imbuhnya.

Produk yang dijual pun bervariatif. Dari Teh Bajakah, Madu Bajakah, Akar Bajakah, Kopi dari Akar Bajakah dan berbagai produk obat-obatan tradisional lainnya.

Indriwati menyebut, penyakit yang bisa disembuhkan melalui obat tradisional Kalteng yakni kanker, tumor, kista, ambeien, ginjal dan liver.”Terkadang kita tanya dulu sakitnya apa. Baru  kita bikin resepnya sesuai dengan penyakit yang diderita pelanggan kita tadi,” bebernya.

Manajer Bisnis Mikro BRI Cabang Palangkaraya Menoto A Kalit menyebut, kebanyakan KUR disalurkan untuk sektor perdagangan dengan kredit perorangan.”Misal dagang sembako, kemudian, sektor perdagangan jasa bengkel, dan jasa lainnya,” ujarnya di Kantor BRI Cabang Palangkaraya.

Menoto menjelaskan, kebutuhan kredit KUR itu ditentukan dengan dua tujuan penggunaan kredit. Diantaranya yakni untuk modal kerja dan investasi.

”Misalkan orang beli sembako. Dia mengajuan untuk penambahan stok barang, otomatis larinya ke modal kerja. Beda cerita kalau misalkan dia nanti permohonannnya untuk perluasan tempat usaha, atau pembelian aset untuk menunjang keperluan bisnis dia itu larinya ke investasi,” imbuhnya.

Dia menjelaskan,  peran BRI dalam pembinaan UMKM mengarahkan ke para mantri untuk tetap menggali potensi dari sistem ekosistem yang ada. Sedangkan pinjaman KUR BRI maksimal Rp 100 juta untuk per nasabah.

”Karena mantri sebagai marketing lapangan. Mereka harus bisa menggali potensi yang ada, entah di sektor ekosistem usaha, ekosistem pertanian dan segala macam,” jelasnya.(hfz)

Exit mobile version