25 C
Jakarta
Thursday, November 28, 2024

Kurdi Beralih ke Assad dan Lawan Militer Turki

Hubungan AS dan Syrian
Democratic Forces (SDF) makin renggang. Minggu lalu (13/10) petinggi etnis
Kurdi sepakat dengan rezim Bashar Al Assad untuk bersama-sama melawan militer
Turki. Presiden AS Donald Trump pun makin menjauh dari mantan sekutunya itu
dengan menarik tentaranya dari Syria.

Tentara pemerintah
Assad tak buang-buang waktu dalam melaksanakan ancamannya kepada Turki. Mereka
sudah bergerak menuju perbatasan Turki Senin pagi (14/10). Menurut koresponden
Agence France-Presse, personel militer pemerintah Syria tiba di Tall Tamr.
Kedatangan tentara itu disambut gembira oleh warga.

Pasukan Syrian Armed
Forces (SAF) diberitakan juga bakal memperkuat Manbij, salah satu kota
strategis di wilayah kekuasaan SDF, dan kota perbatasan Kobane.

“Kami sudah
mengizinkan tentara rezim (Assad) dan Rusia untuk memasuki Kobane malam ini,”
ujar Jenderal Ismet Sheikh Hassan, menteri pertahanan pemerintah otonomi Kurdi,
kepada Al Jazeera.

Baca Juga :  Bank Kalteng Luncurkan Empat Produk Unggulan, Nasabah Makin Dipermudah

Menurut Syrian
Observatory for Human Rights, serangan Turki di wilayah kekuasaan Kurdi sudah
menewaskan 121 personel SDF dan 60 warga sipil. Rumah sakit di Kota Qamishli
sudah kewalahan menangani pasien kritis.

Konflik tersebut juga
membuat 800 perempuan dan anak yang dipenjara di kamp milik SDF kabur. Hal
tersebut membuat SDF akhirnya membuka pintu negosiasi. Rusia pun langsung turun
tangan sebagai mediator.

“Saat ini kita harus
memilih antara kompromi (dengan pemerintah Syria) atau pembantaian rakyat. Kami
jelas memilih hidup rakyat,” ujar pejabat SDF dalam pernyataan resmi menurut
CNN.

Menurut dokumen yang
bocor, kesepakatan itu menekankan bahwa campur tangan Damaskus murni secara
militer. Assad juga berjanji tidak mengganggu kewenangan lembaga otonomi Kurdi.
Hanya, banyak lembaga yang sudah tidak berfungsi karena serangan Turki.

Baca Juga :  Tiga Nama Ketum Kadin Kalteng Bersaing Ketat

Hubungan Kurdi dengan
pemerintah AS pun makin jauh lantaran kesepakatan itu. Ditambah lagi, Trump
baru saja mengumumkan keputusan untuk memulangkan seribu personel militer AS
dari Syria.

“Tentara kami terjebak
dalam konflik antara dua pihak. Setelah saya bicara dengan presiden, kami
putuskan untuk menarik semua pasukan dari Syria,” ujar Menteri Pertahanan AS
Mark Esper.

Selama ini timur laut
Syria merupakan pusat operasi AS. Keputusan untuk menarik kekuatan militer AS
dari markas lamanya dianggap publik sebagai lampau hijau yang lebih terang bagi
Turki. Esper pun menyebut kesepakatan SDF dengan Assad dan Rusia sebagai salah
satu faktor keputusan tersebut.

“Kurdi mungkin saja
sengaja melepaskan tahanan itu untuk membuat kami terlibat,” ungkap Trump.(jpg)

 

Hubungan AS dan Syrian
Democratic Forces (SDF) makin renggang. Minggu lalu (13/10) petinggi etnis
Kurdi sepakat dengan rezim Bashar Al Assad untuk bersama-sama melawan militer
Turki. Presiden AS Donald Trump pun makin menjauh dari mantan sekutunya itu
dengan menarik tentaranya dari Syria.

Tentara pemerintah
Assad tak buang-buang waktu dalam melaksanakan ancamannya kepada Turki. Mereka
sudah bergerak menuju perbatasan Turki Senin pagi (14/10). Menurut koresponden
Agence France-Presse, personel militer pemerintah Syria tiba di Tall Tamr.
Kedatangan tentara itu disambut gembira oleh warga.

Pasukan Syrian Armed
Forces (SAF) diberitakan juga bakal memperkuat Manbij, salah satu kota
strategis di wilayah kekuasaan SDF, dan kota perbatasan Kobane.

“Kami sudah
mengizinkan tentara rezim (Assad) dan Rusia untuk memasuki Kobane malam ini,”
ujar Jenderal Ismet Sheikh Hassan, menteri pertahanan pemerintah otonomi Kurdi,
kepada Al Jazeera.

Baca Juga :  Bank Kalteng Luncurkan Empat Produk Unggulan, Nasabah Makin Dipermudah

Menurut Syrian
Observatory for Human Rights, serangan Turki di wilayah kekuasaan Kurdi sudah
menewaskan 121 personel SDF dan 60 warga sipil. Rumah sakit di Kota Qamishli
sudah kewalahan menangani pasien kritis.

Konflik tersebut juga
membuat 800 perempuan dan anak yang dipenjara di kamp milik SDF kabur. Hal
tersebut membuat SDF akhirnya membuka pintu negosiasi. Rusia pun langsung turun
tangan sebagai mediator.

“Saat ini kita harus
memilih antara kompromi (dengan pemerintah Syria) atau pembantaian rakyat. Kami
jelas memilih hidup rakyat,” ujar pejabat SDF dalam pernyataan resmi menurut
CNN.

Menurut dokumen yang
bocor, kesepakatan itu menekankan bahwa campur tangan Damaskus murni secara
militer. Assad juga berjanji tidak mengganggu kewenangan lembaga otonomi Kurdi.
Hanya, banyak lembaga yang sudah tidak berfungsi karena serangan Turki.

Baca Juga :  Tiga Nama Ketum Kadin Kalteng Bersaing Ketat

Hubungan Kurdi dengan
pemerintah AS pun makin jauh lantaran kesepakatan itu. Ditambah lagi, Trump
baru saja mengumumkan keputusan untuk memulangkan seribu personel militer AS
dari Syria.

“Tentara kami terjebak
dalam konflik antara dua pihak. Setelah saya bicara dengan presiden, kami
putuskan untuk menarik semua pasukan dari Syria,” ujar Menteri Pertahanan AS
Mark Esper.

Selama ini timur laut
Syria merupakan pusat operasi AS. Keputusan untuk menarik kekuatan militer AS
dari markas lamanya dianggap publik sebagai lampau hijau yang lebih terang bagi
Turki. Esper pun menyebut kesepakatan SDF dengan Assad dan Rusia sebagai salah
satu faktor keputusan tersebut.

“Kurdi mungkin saja
sengaja melepaskan tahanan itu untuk membuat kami terlibat,” ungkap Trump.(jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru