25.2 C
Jakarta
Saturday, April 20, 2024

Naik Tipis, Harga Minyak Dunia Masih Tertahan Kasus Covid-19 di India

PROKALTENG.CO-Harga minyak naik pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), membalikkan beberapa penurunan tajam hari sebelumnya saat pasar saham menguat dan dolar AS tergelincir. Meskipun demikian, kenaikannya dibatasi oleh situasi virus korona di konsumen minyak utama India.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni naik USD 1,55 menjadi menetap di USD 65,37 per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli naik USD 1,66 menjadi ditutup pada USD 68,71 per barel di London ICE Futures Exchange.

Colonial Pipeline mengatakan pada Kamis (13/5) malam pihaknya telah memulai kembali seluruh sistem pipa dan telah memulai pengiriman di semua pasarnya. Jalur tersebut adalah saluran utama dari kilang-kilang Teluk ke Pantai Timur AS.

“Minyak naik karena pasokan bergerak lagi, baik melalui pipa atau sungai Mississippi,” kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago, dikutip dari Antara, Sabtu (15/5). “Yang membuat heboh adalah kekhawatiran yang sedang berlangsung tentang kasus Covid-19 di India.”

Baca Juga :  Hotel Neo Palangka Raya Jalin Kerjasama dengan Prokalteng.co

Ibu kota AS kehabisan bensin pada Jumat (14/5) meskipun jaringan pipa mulai beroperasi kembali. GasBuddy -perusahaan pelacak- melaporkan, pemadaman pompa bensin di Washington, DC, naik menjadi 87 persen, dari 79 persen sehari sebelumnya.

Pada hari yang sama, ekuitas global naik dan dolar tergelincir setelah pejabat Federal Reserve AS mengatakan tidak akan ada langkah segera untuk mengetatkan kebijakan moneter di ekonomi terbesar dunia itu. Karena harga minyak dalam dolar, melemahnya greenback membuat harga komoditas tersebut lebih murah bagi pemegang mata uang lain, berpotensi memacu permintaan.

Departemen Perdagangan AS mengatakan penjualan ritel April terhenti menyusul lonjakan 10,7 persen pada Maret. Revisi naik dari kenaikan 9,7 persen yang dilaporkan sebelumnya.

Baca Juga :  Bersama Dekranas dan BUMN, BRI Dukung UMKM Naik Kelas dengan Sertifikasi TKDN

Sebelumnya, selama sepekan harga minyak berada di bawah tekanan buntut melonjaknya kasus virus korona di India. Faktor pemicu lain yakni kekhawatiran bahwa varian yang sangat mudah menular yang pertama kali terdeteksi di sana menyebar ke negara lain.

India pada Jumat (14/5) kemarin, melaporkan 343.144 kasus baru virus korona. Ini membuat penghitungan keseluruhannya melewati angka 24 juta, sementara kematian akibat Covid-19 naik 4.000.

“Kegagalan Brent untuk melebihi USD 70 tampaknya telah memicu penjualan oleh pelaku pasar spekulatif, terutama karena pengoperasian Colonial Pipeline sedang digenjot lagi di AS,” kata Commerzbank.

Presiden AS Joe Biden meyakinkan pengendara bahwa pasokan bahan bakar akan mulai kembali normal akhir pekan ini. Bahkan ketika lebih banyak SPBU kehabisan bensin di seluruh Tenggara hampir sepekan setelah serangan siber memaksa penutupan pipa bahan bakar utama negara itu.

PROKALTENG.CO-Harga minyak naik pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), membalikkan beberapa penurunan tajam hari sebelumnya saat pasar saham menguat dan dolar AS tergelincir. Meskipun demikian, kenaikannya dibatasi oleh situasi virus korona di konsumen minyak utama India.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni naik USD 1,55 menjadi menetap di USD 65,37 per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli naik USD 1,66 menjadi ditutup pada USD 68,71 per barel di London ICE Futures Exchange.

Colonial Pipeline mengatakan pada Kamis (13/5) malam pihaknya telah memulai kembali seluruh sistem pipa dan telah memulai pengiriman di semua pasarnya. Jalur tersebut adalah saluran utama dari kilang-kilang Teluk ke Pantai Timur AS.

“Minyak naik karena pasokan bergerak lagi, baik melalui pipa atau sungai Mississippi,” kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago, dikutip dari Antara, Sabtu (15/5). “Yang membuat heboh adalah kekhawatiran yang sedang berlangsung tentang kasus Covid-19 di India.”

Baca Juga :  Hotel Neo Palangka Raya Jalin Kerjasama dengan Prokalteng.co

Ibu kota AS kehabisan bensin pada Jumat (14/5) meskipun jaringan pipa mulai beroperasi kembali. GasBuddy -perusahaan pelacak- melaporkan, pemadaman pompa bensin di Washington, DC, naik menjadi 87 persen, dari 79 persen sehari sebelumnya.

Pada hari yang sama, ekuitas global naik dan dolar tergelincir setelah pejabat Federal Reserve AS mengatakan tidak akan ada langkah segera untuk mengetatkan kebijakan moneter di ekonomi terbesar dunia itu. Karena harga minyak dalam dolar, melemahnya greenback membuat harga komoditas tersebut lebih murah bagi pemegang mata uang lain, berpotensi memacu permintaan.

Departemen Perdagangan AS mengatakan penjualan ritel April terhenti menyusul lonjakan 10,7 persen pada Maret. Revisi naik dari kenaikan 9,7 persen yang dilaporkan sebelumnya.

Baca Juga :  Bersama Dekranas dan BUMN, BRI Dukung UMKM Naik Kelas dengan Sertifikasi TKDN

Sebelumnya, selama sepekan harga minyak berada di bawah tekanan buntut melonjaknya kasus virus korona di India. Faktor pemicu lain yakni kekhawatiran bahwa varian yang sangat mudah menular yang pertama kali terdeteksi di sana menyebar ke negara lain.

India pada Jumat (14/5) kemarin, melaporkan 343.144 kasus baru virus korona. Ini membuat penghitungan keseluruhannya melewati angka 24 juta, sementara kematian akibat Covid-19 naik 4.000.

“Kegagalan Brent untuk melebihi USD 70 tampaknya telah memicu penjualan oleh pelaku pasar spekulatif, terutama karena pengoperasian Colonial Pipeline sedang digenjot lagi di AS,” kata Commerzbank.

Presiden AS Joe Biden meyakinkan pengendara bahwa pasokan bahan bakar akan mulai kembali normal akhir pekan ini. Bahkan ketika lebih banyak SPBU kehabisan bensin di seluruh Tenggara hampir sepekan setelah serangan siber memaksa penutupan pipa bahan bakar utama negara itu.

Terpopuler

Artikel Terbaru