PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO – Bapak Sulitiyo memulai usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) miliknya sejah tahun 2014 silam, di Jalan G Obos Kompleks Bhayangkara 2, Kota Palangkaraya.
Bapak Sulistiyo menamakan UMKM tersebut Tio Art Borneo, bermitra dengan Pertamina dan bergerak di bidang kerajinan kayu memanfaatkan kayu limbah mebel.
“Saya ambil dari nama sendiri dan saya sendiri menjalankan usaha ini. Awalnya bikin cup lampu dari serbuk geraji sekarang ada piala, plakat, hiasan dinding segala macam dan sekarang merambah ke perabotan rumah tangga,” ucap Sulistiyo kepada Prokalteng, selasa (30/7/2024).
Untuk bahan dasar saat ini Sulistiyo memanfaatkan potongan limbah kayu dari mebel. Menurutnya limbah kayu masih digunakan tapi dianggap mebel tidak ada manfaat lalu dibakar begitu saja.
“Tidak semua diambil tapi apa yang diperlukan. Seperti kayu ulin, banuas dan sebagainya dipotong sesuai kebutuhan misalnya bikin kaki piala dipotong sesuai kebutuhan. Kalau spatula agak sukit karena panjang jadi kami cari kayu yang pecah yang sudah dibuant mebel,” jelasnya.
Sulistiyo memaparkan. Proses awal limbah yang didapat lalu dipotong sesuai pola, dihaluskan baru proses akhir atau finising. Awalnya, dia hanya berfokus di plakat untuk memenuhi kebutuhan lomba dan kunjungan kunjungan pejabat dari luar daerah.
“Saya sebelumnya kerja ikut perusahaan pembiayaan selama delapan tahun, terus saya mikir sampai kapan ikut orang terus dan diri saya mulai memberontak dari zona nyaman dan memulai usaha. Orang tua saya juga mebel dan saya tau sisa kayu selalu dibuang,” ucapnya.
Menurutnya. Kayu limbah masih bernilai, sayang jika hanya dibakar saja. Ia ingin mengedukasi anak muda yang menurutnya malas-malasan dan ingin sesuatu yang instan.
“Saya ingin mendorong anak muda karena masih banyak hal yang bisa kita lakukan salah satunya menggali diri dengan keterampilan untuk kehidupan yang lebih baik kedepannya,” pungkasnya. (Jef)