Site icon Prokalteng

Stunting Masih Jadi Momok, Secara Nasional Kalteng Ditarget 14 persen

Deputi ADPIN BKKBN Sukaryo Teguh Santoso didampingi Plt Kepala BKKBN Kalteng Dr. Dadi Ahmad Roswandi foto bersama peserta Konsulidasi Satgas Stunting dan Tenaga Lini Lapangan di Aula BPMP Kalteng, Sabtu (28/1).

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Tugas berat masih diemban Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalteng bersama mitra kerja. Pasalnya, berdasarkan data SSGI terbaru tahun 2022, prevalasi stunting di Indonesia adalah 21,6 persen dan prevalasi di Kalteng 26,9 persen. Berdasarkan data tersebut, Kalteng ditarget melakukan penurunan angka stunting sebesar 15,38 persen sedangkan target secara nasional yaitu 14 persen pada tahun 2024.

Hal ini diungkapkan Pelaksana Tugas Kepala BKKBN Kalteng Dr. Dadi Ahmad Roswandi dihadapan Deputi ADPIN BKKBN Sukaryo Teguh Santoso, Penyuluh Keluarga Berencana (PKB), ASN dan PPPK serta Tim Satgas Stunting Kalteng dalam pertemuan Konsulidasi Satgas Stunting dan Tenaga Lini Lapangan di Aula BPMP Kalteng, Sabtu (28/1).

“Melihat data tersebut, menunjukkan bahwa masih banyak tugas yang harus dilakukan untuk mencapai target penurunan angka stunting di Kalteng,” ujarnya.

Dengan adanya konsulidasi ini, lanjut Dadi, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan tenaga lini lapangan beserta satgas stunting dalam program percepatan penurunan stunting di Kalteng. Mengingat, tenaga lini lapangan atau satgas stunting merupakan ujung tombak dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan percepatan penurunan stunting.

“Hal ini lantaran peran penyuluh sangat penting karena mengampu berbagai fungsi, di antaranya menjadi tim pelaksana percepatan penurunan stunting di kecamatan, validator dalam penyediaan Tim Pendamping Keluarga (TPK), fasilitator data dan operasional TPK sekaligus sebagai mitra kerja TPK,” kata Dadi.

Di tempat yang sama, Deputi ADPIN BKKBN Sukaryo Teguh Santoso menegaskan permasalahan stunting merupakan salah satu bagian dari double burden malnutrition (DBM) yang mempunyai dampak yang sangat merugikan baik dari sisi kesehatan maupun dari sisi produktivitas ekonomi, dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

“Dalam jangka pendek, stunting terkait dengan perkembangan sel otak yang akhirnya akan menyebabkan tingkat kecerdasan menjadi tidak optimal. Hal ini berarti bahwa kemampuan kognitif anak dalam jangka panjang akan lebih rendah dan akhirnya menurunkan produktifitas dan menghambat pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.

Untuk itu, dalam pertemuan Konsulidasi ini, Teguh -sapaan akrabnya- menekanan bahwa setelah mengikuti kegiatan ini diharapkan peserta dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar dapat memfasilitasi penyampaian materi khususnya dalam melakukan Advokasi KIE kepada stakeholder dan masyarakat di wilayah binaan.

“Konsulidasi ini artinya merapatkan kembali tenaga-tenaga lapangan yang selama ini sudah melaksanakan berbagai kegiatan selama beberapa tahun terakhir, bahkan di masa pendemi untuk berupaya mengidukasi masyarakat baik itu pengawalan calon pengantin, ibu hamil pasca persalinan, serta 1000 hari pertama kehidupan,” ucapnya.

Pendemi Covid-19 memang cukup menghambat kinerja dari tim lapangan, karena sulitnya bertatap muka atau bahkan warga pun enggan untuk bertemu. Namun, dibalik itu semua, Teguh sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan tim lapangan khususnya di Kalteng ini. Meski dihadapkan dengan berbagai masalah, Kalteng mampu menurunkan angka stunting meskipun masih di bawah 1 persen.

“Kawan-kawan mampu menurunkan angka stunting di masa pandemi dan tentunya di tahun 2023 ini pasti akan lebih kencang lagi. Tetap semangat, apa yang sudah dilakukan selama ini diperkuat. Kalau dulu lari biasa, saatnya lari cepat. Kalau sudah cepat maka harus maraton. Karena di 2023 ini sebagai wadah pembuktian kalau Indonesia mampu menurunkan angka stunting,” ungkapnya.

Exit mobile version