PALANGKA RAYA,PROKALTENG.CO – Pemilihan Rektor Universitas Palangka Raya (UPR) periode 2022 – 2027 kembali dilanjutkan. Penyesuaian jadwal pun telah dilakukan setelah sempat terjadi penundaan tahapan Pemilihan Rektor (Pilrek).
Menanggapi itu, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UPR, Permutih Imam Basar mengharapkan Rektor UPR yang terpilih, lebih memperhatikan kemajuan kampus, mahasiswa, dan kesejahteraan civitas akademika.
“Harapannya memang bakal calon Rektor bisa turun secara langsung dan mendengar apa yang menjadi aspirasi-aspirasi civitas akademika di UPR. Makanya kemarin pas kami audiensi meminta supaya ada mimbar bebas, disitu dihadirkan bakal calon Rektor yang nantinya akan memimpin UPR, dan dihadirkan civitas akademika untuk menyampaikan aspirasi dan mendengar secara langsung apa yang diinginkan,” kata Imam, di Sekretariat BEM UPR, Selasa (12/7).
Dia pun mengingatkan pada pilrek ini agar tidak dimasuki orang yang memiliki kepentingan politik praktis masuk ke dalam kampus. Pasalnya, kata Imam, jika kepentingan politik masuk ke dalam kampus, bisa menciderai kesucian ruang-ruang akademik.
“Memang dalam suatu proses pemilihan akan terjadi politik, tetapi politik yang paling ideal dan bersih adalah politik yang di dalam kampus, kami itu mengharamkan kepentingan politik dari luar masuk ke dalam kampus, sehingga itu bisa menciderai kesucian ruang-ruang akademik, karena kampus adalah laboratorium peradaban, “ imbuhnya.
BEM UPR berkomitmen mengawal proses pilrek dan menolak praktik politik praktis pada tahapan Pilrek. Pihaknya tetap konsisten dan solid dalam satu barisan dalam mengawal proses Pilrek.
Reporter: M Hafidz
PALANGKA RAYA,PROKALTENG.CO – Pemilihan Rektor Universitas Palangka Raya (UPR) periode 2022 – 2027 kembali dilanjutkan. Penyesuaian jadwal pun telah dilakukan setelah sempat terjadi penundaan tahapan Pemilihan Rektor (Pilrek).
Menanggapi itu, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UPR, Permutih Imam Basar mengharapkan Rektor UPR yang terpilih, lebih memperhatikan kemajuan kampus, mahasiswa, dan kesejahteraan civitas akademika.
“Harapannya memang bakal calon Rektor bisa turun secara langsung dan mendengar apa yang menjadi aspirasi-aspirasi civitas akademika di UPR. Makanya kemarin pas kami audiensi meminta supaya ada mimbar bebas, disitu dihadirkan bakal calon Rektor yang nantinya akan memimpin UPR, dan dihadirkan civitas akademika untuk menyampaikan aspirasi dan mendengar secara langsung apa yang diinginkan,” kata Imam, di Sekretariat BEM UPR, Selasa (12/7).
Dia pun mengingatkan pada pilrek ini agar tidak dimasuki orang yang memiliki kepentingan politik praktis masuk ke dalam kampus. Pasalnya, kata Imam, jika kepentingan politik masuk ke dalam kampus, bisa menciderai kesucian ruang-ruang akademik.
“Memang dalam suatu proses pemilihan akan terjadi politik, tetapi politik yang paling ideal dan bersih adalah politik yang di dalam kampus, kami itu mengharamkan kepentingan politik dari luar masuk ke dalam kampus, sehingga itu bisa menciderai kesucian ruang-ruang akademik, karena kampus adalah laboratorium peradaban, “ imbuhnya.
BEM UPR berkomitmen mengawal proses pilrek dan menolak praktik politik praktis pada tahapan Pilrek. Pihaknya tetap konsisten dan solid dalam satu barisan dalam mengawal proses Pilrek.
Reporter: M Hafidz