32.1 C
Jakarta
Wednesday, April 2, 2025

Hari Perempuan Nasional, IWD Kalteng Serukan Kesetaraan Hak-hak Wanita

PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO – International Women’s Day (IWD) Kalimantan Tengah menggelar kegiatan panggung ekspresi dan aspirasi wanita di Bundaran Besar Palangkaraya, Minggu, (10/3/2024) kemarin.

“Kaum perempuan, tak bisa seorang diri melawan ketidakadilan dan memperjuangkan kesetaraan. Perlu saling menemukan untuk saling menumbuhkan kesadaran dan menyebarkannya. Ribuan tahun ketidakadilan ditanamkan dalam pikiran, diterima secara pasif, berpasrah pada pandangang-pandangan merendahkan, minimnya ruang aman seakan hal lumrah. Minimnya partisipasi kita dipandang sudah sewajarnya. Belum lagi ruang-ruang pergerakan dan perjuangan yang sangat beraroma maskulin dan masih terdapat diskriminasi berbasis gender dan jenis kelamin,”seru koordinator lapangan aksi, Wira Surya Wibawa.

Menurutnya, ruang aman dan kesetaraan serta kebebasan adalah cita-cita yang perlu kaum perempuan perjuangkan bersama. Pihaknya berkomitmen untuk terus memperjuangkan kesadaran dan masyarakat yang adil dan setara, sebuah dunia yang aman dan layak huni bagi perempuan.

Wira mengatakan selama kesetaraan dan hak-hak perempuan sebagai manusia belum tercapai, selama itu pula peringatan Hari Perempuan akan terus relevan sebagai alat untuk menggalang kesadaran, menumbuhkan perjuangan, dan menolak penindasan perempuan sebagai bagian dari penindasan atas kemanusiaan.

Baca Juga :  Dewan Apresiasi Respon Cepat Pemkab Tangani Musibah Alam

“Kondisi sosial politik hari ini, yang semakin membuat kaum perempuan terkurung dalam lingkaran-lingkaran, takut bersuara, takut beraspirasi. Padahal punya keresahan yang sama terkait kondisi perempuan hari ini, membuatnya menguap tak tersampaikan. Berangkat dari kondisi ini, dan untuk turut menjadi bagian dari perjuangan perempuan sedunia. Komite IWD Kalimantan Tengah  hadir, menjadi wadah bersama dan jalinan solidaritas atas usaha menciptakan dunia yang aman serta layak huni bagi perempuan dan ragam gender lainnya,” bebernya.

Pihaknya mencoba merangkul setiap lingkaran yang peduli pada perjuangan untuk menciptakan kehidupan perempuan yang lebih aman dan layak sebagai bagian dari umat manusia, berkumpul dan mendiskusikan kembali berbagai keresahan dan permasalahan perempuan hari ini.

Baca Juga :  Jadikan Refleksi Hakordia 2023 sebagai Momen Evaluasi Diri

“Dalam konsolidasi-konsolidasi yang IWD Kalteng lakukan, isu kekerasan seksual, ruang aman bagi perempuan, dan kesetaraan masih menjadi tantangan utama. Artinya meski telah ada UU dan kebijakan dari pemerintah, dunia yang layak huni bagi perempuan belum benar-benar tercipta. Sehingga usaha-usaha ini akan terus relevan,”katanya.

Beberapa tuntutan yang diserukan pihaknya yaitu, penuhi hak dasar perempuan dan disabilitas, fasilitas di ruang publik seperti toilet khusus perempuan, ruang lalaktas dan hukum tegas pelaku kekerasan seksual. Berhenti menyalahkan korban kekerasan seksual, jaminan ruang aman untuk perempuan, ruang publik yang bebas asap rokok, keamanan dari begal payudara.

“Kepastian rasa aman saat menjadi korban kekerasan seksual juga menjadi tuntutan kami. Wujudkan keterlibatan perempuan yang bermakna keterwakilan perempuan dan perspektif perempuan dalam proses pembuatan kebijakan. Kaderisasi politisi perempuan yang serius, bukan sekadar formalitas,” pungkasnya. (jef/hnd)

PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO – International Women’s Day (IWD) Kalimantan Tengah menggelar kegiatan panggung ekspresi dan aspirasi wanita di Bundaran Besar Palangkaraya, Minggu, (10/3/2024) kemarin.

“Kaum perempuan, tak bisa seorang diri melawan ketidakadilan dan memperjuangkan kesetaraan. Perlu saling menemukan untuk saling menumbuhkan kesadaran dan menyebarkannya. Ribuan tahun ketidakadilan ditanamkan dalam pikiran, diterima secara pasif, berpasrah pada pandangang-pandangan merendahkan, minimnya ruang aman seakan hal lumrah. Minimnya partisipasi kita dipandang sudah sewajarnya. Belum lagi ruang-ruang pergerakan dan perjuangan yang sangat beraroma maskulin dan masih terdapat diskriminasi berbasis gender dan jenis kelamin,”seru koordinator lapangan aksi, Wira Surya Wibawa.

Menurutnya, ruang aman dan kesetaraan serta kebebasan adalah cita-cita yang perlu kaum perempuan perjuangkan bersama. Pihaknya berkomitmen untuk terus memperjuangkan kesadaran dan masyarakat yang adil dan setara, sebuah dunia yang aman dan layak huni bagi perempuan.

Wira mengatakan selama kesetaraan dan hak-hak perempuan sebagai manusia belum tercapai, selama itu pula peringatan Hari Perempuan akan terus relevan sebagai alat untuk menggalang kesadaran, menumbuhkan perjuangan, dan menolak penindasan perempuan sebagai bagian dari penindasan atas kemanusiaan.

Baca Juga :  Dewan Apresiasi Respon Cepat Pemkab Tangani Musibah Alam

“Kondisi sosial politik hari ini, yang semakin membuat kaum perempuan terkurung dalam lingkaran-lingkaran, takut bersuara, takut beraspirasi. Padahal punya keresahan yang sama terkait kondisi perempuan hari ini, membuatnya menguap tak tersampaikan. Berangkat dari kondisi ini, dan untuk turut menjadi bagian dari perjuangan perempuan sedunia. Komite IWD Kalimantan Tengah  hadir, menjadi wadah bersama dan jalinan solidaritas atas usaha menciptakan dunia yang aman serta layak huni bagi perempuan dan ragam gender lainnya,” bebernya.

Pihaknya mencoba merangkul setiap lingkaran yang peduli pada perjuangan untuk menciptakan kehidupan perempuan yang lebih aman dan layak sebagai bagian dari umat manusia, berkumpul dan mendiskusikan kembali berbagai keresahan dan permasalahan perempuan hari ini.

Baca Juga :  Jadikan Refleksi Hakordia 2023 sebagai Momen Evaluasi Diri

“Dalam konsolidasi-konsolidasi yang IWD Kalteng lakukan, isu kekerasan seksual, ruang aman bagi perempuan, dan kesetaraan masih menjadi tantangan utama. Artinya meski telah ada UU dan kebijakan dari pemerintah, dunia yang layak huni bagi perempuan belum benar-benar tercipta. Sehingga usaha-usaha ini akan terus relevan,”katanya.

Beberapa tuntutan yang diserukan pihaknya yaitu, penuhi hak dasar perempuan dan disabilitas, fasilitas di ruang publik seperti toilet khusus perempuan, ruang lalaktas dan hukum tegas pelaku kekerasan seksual. Berhenti menyalahkan korban kekerasan seksual, jaminan ruang aman untuk perempuan, ruang publik yang bebas asap rokok, keamanan dari begal payudara.

“Kepastian rasa aman saat menjadi korban kekerasan seksual juga menjadi tuntutan kami. Wujudkan keterlibatan perempuan yang bermakna keterwakilan perempuan dan perspektif perempuan dalam proses pembuatan kebijakan. Kaderisasi politisi perempuan yang serius, bukan sekadar formalitas,” pungkasnya. (jef/hnd)

Terpopuler

Artikel Terbaru