32.1 C
Jakarta
Monday, October 13, 2025

Jurnalis Kalteng Masuk ke Dapur Uang RI, Begini Ketatnya Proses Cetak Rupiah di Peruri

Tidak semua orang bisa masuk ke “dapur uang” Republik Indonesia. Namun, 30 jurnalis asal Palangka Raya, Kalimantan Tengah, mendapat kesempatan langka itu. Mereka menjejak langsung kawasan superketat milik Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) di Karawang, tempat setiap lembar rupiah lahir melalui proses panjang dan berlapis keamanan.

EKO SUPRIADI, Karawang

KUNJUNGAN ini digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Tengah melalui Forum Komunikasi Media Tahun 2025, Rabu (8/11). Agenda tersebut menjadi ajang penguatan sinergi komunikasi kebijakan BI sekaligus peningkatan kapasitas wartawan di era digital dan kecerdasan buatan. Rombongan dipimpin Kepala Seksi Kehumasan KPwBI Kalteng, Dini Novita Sari, bersama tim humas BI setempat.

Mengunjungi Peruri Karawang bukan perkara sederhana. Tak cukup hanya menunjukkan identitas pers atau surat tugas dari lembaga resmi. Bahkan pegawai Bank Indonesia pun tidak serta-merta bisa masuk ke kompleks pencetakan uang ini tanpa izin khusus.

Akses ke area ini sangat terbatas, eksklusif, dan penuh protokol. Semua benda pribadi harus ditinggalkan. Ponsel, dompet, uang, jam tangan, hingga kamera wajib dikeluarkan.

Baca Juga :  Membangun Kebersamaan, Polres Kotim Bersama Wartawan Berbagi Takjil dan Buka Puasa Bersama

Setelah dipastikan tidak ada lagi barang lain terbawa, setiap tamu diberikan ID Card VVIP yang sekaligus berfungsi sebagai akses elektronik melewati pintu besi menuju gedung pencetakan uang.

Masuk ke area Peruri memang bukan perkara mudah. Setiap tamu wajib melewati serangkaian protokol keamanan berlapis. Setelah pemeriksaan ketat, para jurnalis disambut jajaran pejabat Peruri dan diajak menyusuri galeri uang yang menampilkan berbagai koleksi emisi rupiah. Baik logam maupun kertas sejak perusahaan berdiri. Semua tersaji rapi di etalase kaca, hanya boleh dilihat tanpa disentuh.

Usai itu, rombongan diajak menengok proses utama pencetakan uang. Tahapan dimulai dari engraving, yaitu pembuatan desain dan gambar sesuai rekomendasi Bank Indonesia. Lalu berlanjut ke offset printing untuk mencetak warna dasar, dan intaglio printing yang menambahkan elemen pengaman seperti hologram serta tekstur timbul khas uang asli.

Setiap lembar uang kemudian melewati proses penomoran seri, penyimpanan, pemeriksaan kelayakan edar, hingga pemotongan dan pengemasan akhir. Semua berlangsung di ruang berbeda dengan pengawasan penuh. Hasil cetak yang cacat sedikit saja langsung disingkirkan dan dikembalikan ke Bank Indonesia untuk dimusnahkan.

Baca Juga :  Libur Natal, Rupiah Menguat Jadi Rp 16.190 per Dolar AS

“Melalui kunjungan ini, rekan-rekan jurnalis bisa melihat langsung betapa ketat dan berharganya proses pencetakan uang rupiah. Tidak semua orang mendapat kesempatan seperti ini,” ujar Kepala Perwakilan BI Kalimantan Tengah, Ardian Pangestu.

Para jurnalis dibuat takjub saat melihat kertas kosong berselimut fitur keamanan tinggi berubah menjadi lembaran rupiah lewat mesin raksasa buatan Jerman dan Jepang. Seluruh proses memakan waktu sekitar 21 hari hingga siap diserahkan ke Bank Indonesia untuk diedarkan.

Tinta yang digunakan pun bukan sembarangan. Bersifat khusus, tidak dijual bebas, dan dipasok dari vendor luar negeri. Warna uang didesain agar tahan lama, tidak mudah pudar, dan sulit dipalsukan.

Kunjungan ke Peruri menjadi pengalaman berharga bagi para jurnalis Kalimantan Tengah. Selain menambah wawasan tentang sistem keuangan nasional, mereka juga menyaksikan langsung bagaimana satu lembar rupiah menempuh perjalanan panjang dan pengawasan ketat sebelum akhirnya sampai di tangan rakyat Indonesia. (*)

Tidak semua orang bisa masuk ke “dapur uang” Republik Indonesia. Namun, 30 jurnalis asal Palangka Raya, Kalimantan Tengah, mendapat kesempatan langka itu. Mereka menjejak langsung kawasan superketat milik Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) di Karawang, tempat setiap lembar rupiah lahir melalui proses panjang dan berlapis keamanan.

EKO SUPRIADI, Karawang

KUNJUNGAN ini digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Tengah melalui Forum Komunikasi Media Tahun 2025, Rabu (8/11). Agenda tersebut menjadi ajang penguatan sinergi komunikasi kebijakan BI sekaligus peningkatan kapasitas wartawan di era digital dan kecerdasan buatan. Rombongan dipimpin Kepala Seksi Kehumasan KPwBI Kalteng, Dini Novita Sari, bersama tim humas BI setempat.

Mengunjungi Peruri Karawang bukan perkara sederhana. Tak cukup hanya menunjukkan identitas pers atau surat tugas dari lembaga resmi. Bahkan pegawai Bank Indonesia pun tidak serta-merta bisa masuk ke kompleks pencetakan uang ini tanpa izin khusus.

Akses ke area ini sangat terbatas, eksklusif, dan penuh protokol. Semua benda pribadi harus ditinggalkan. Ponsel, dompet, uang, jam tangan, hingga kamera wajib dikeluarkan.

Baca Juga :  Membangun Kebersamaan, Polres Kotim Bersama Wartawan Berbagi Takjil dan Buka Puasa Bersama

Setelah dipastikan tidak ada lagi barang lain terbawa, setiap tamu diberikan ID Card VVIP yang sekaligus berfungsi sebagai akses elektronik melewati pintu besi menuju gedung pencetakan uang.

Masuk ke area Peruri memang bukan perkara mudah. Setiap tamu wajib melewati serangkaian protokol keamanan berlapis. Setelah pemeriksaan ketat, para jurnalis disambut jajaran pejabat Peruri dan diajak menyusuri galeri uang yang menampilkan berbagai koleksi emisi rupiah. Baik logam maupun kertas sejak perusahaan berdiri. Semua tersaji rapi di etalase kaca, hanya boleh dilihat tanpa disentuh.

Usai itu, rombongan diajak menengok proses utama pencetakan uang. Tahapan dimulai dari engraving, yaitu pembuatan desain dan gambar sesuai rekomendasi Bank Indonesia. Lalu berlanjut ke offset printing untuk mencetak warna dasar, dan intaglio printing yang menambahkan elemen pengaman seperti hologram serta tekstur timbul khas uang asli.

Setiap lembar uang kemudian melewati proses penomoran seri, penyimpanan, pemeriksaan kelayakan edar, hingga pemotongan dan pengemasan akhir. Semua berlangsung di ruang berbeda dengan pengawasan penuh. Hasil cetak yang cacat sedikit saja langsung disingkirkan dan dikembalikan ke Bank Indonesia untuk dimusnahkan.

Baca Juga :  Libur Natal, Rupiah Menguat Jadi Rp 16.190 per Dolar AS

“Melalui kunjungan ini, rekan-rekan jurnalis bisa melihat langsung betapa ketat dan berharganya proses pencetakan uang rupiah. Tidak semua orang mendapat kesempatan seperti ini,” ujar Kepala Perwakilan BI Kalimantan Tengah, Ardian Pangestu.

Para jurnalis dibuat takjub saat melihat kertas kosong berselimut fitur keamanan tinggi berubah menjadi lembaran rupiah lewat mesin raksasa buatan Jerman dan Jepang. Seluruh proses memakan waktu sekitar 21 hari hingga siap diserahkan ke Bank Indonesia untuk diedarkan.

Tinta yang digunakan pun bukan sembarangan. Bersifat khusus, tidak dijual bebas, dan dipasok dari vendor luar negeri. Warna uang didesain agar tahan lama, tidak mudah pudar, dan sulit dipalsukan.

Kunjungan ke Peruri menjadi pengalaman berharga bagi para jurnalis Kalimantan Tengah. Selain menambah wawasan tentang sistem keuangan nasional, mereka juga menyaksikan langsung bagaimana satu lembar rupiah menempuh perjalanan panjang dan pengawasan ketat sebelum akhirnya sampai di tangan rakyat Indonesia. (*)

Terpopuler

Artikel Terbaru