Site icon Prokalteng

Kembangkan Kebun Kakao, Petani Ini Gunakan Metode Tumpang Sari

Marsono, seorang petani kakao Desa Tampa, Kecamatan Paku, Kabupaten Barito Timur, memperlihatkan buah kakao dan olahannya di Dinas Perkebunan Provinsi Kalteng, Rabu (7/6/2023). (FOTO:MARINI/PROKALTENG)

PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO– Cara petani Desa Tampa, Kecamatan Paku, Kabupaten Barito Timur, Marsono berhasil menerapkan metode tumpang sari untuk tanaman karet dan kakao.

Marsono menceritakan bahwa awal mula ide tertarik menanam kakao karena dirinya sedang melakukan perjalanan ke Kabupaten Barito Utara. Melihat kondisi geografis tanahnya mirip seperti di desanya, maka dia nekat membeli 1000 bibit pohon kakao untuk ditanam pada tahun 2017.

Masuk tahun 2019, ternyata sudah terlihat bahwa pohon kakao yang ditanamnya itu berbuah dan siap dipanen. Namun,  menurutnya pada saat berbuah pertama, keadaan buah kakaonya masih kecil-kecil.

“Pada tahun 2021 datanglah Fairventures Worldwide (FVW). Lalu mereka membuat kelompok tani di Desa Tampa. Pada saat itu hanya terdapat satu kelompok saja. Untuk luas lahan yang saya miliki kurang lebih satu hektar,”ucapnya, Rabu (7/6/2023).

“Untuk perhitungannya saat itu, dalam satu bulan dapat menghasilkan satu pikul coklat dan ini hitungan sebelum FVW masuk,”lanjutnya.

Marsono mengutarakan lokasi tempat menanam pohon kakaonya itu, berdekatan dengan tempat pohon karet miliknya.  Dia mengaku sengaja menggunakan metode tumpang sari. Yakni jarak antara pohon karet dan tanaman kakao sekitar 4 meter. Dengan demikian ia memiliki dua pohon kakao dan karet.

Sebagai pengepul buah kakao di Desa Tampa, dia menjual ke Provinsi Kalimantan Selatan. Akan tetapi, dirinya mengakui bahwa di desanya belum ada produk UMKM yang berasal dari kakao. Dengan mengikuti pelatihan dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah melalui Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Tengah ini, dia berharap dapat menambah wawasan dan edukasinya terhadap tanaman kakao tersebut.  Terlebih kepada cara pengolahannya agar menjadi produk yang siap dikonsumsi.

Disinggung soal omset per bulan yang diperolehnya, Marsono belum memberitahukan secara rinci. Namun dirinya menyebutkan, apabila pengolahan kakao semuanya baik berkualitas, biji yang sudah kering maka diberi harga senilai Rp22.000 per kg.

“Apabila kita hitung, bahwa dalam satu pohon itu dapat menghasilkan biji kakao seberat satu setengah kilo. Saat ini kami masih melakukan penanaman menggunakan bibit kakao yang unggul,”tandasnya.(rin/hnd)






Reporter: Marini
Exit mobile version