28.2 C
Jakarta
Friday, December 13, 2024

Kualitas Udara Menurun, DLH: Kurangi Aktivitas di Luar Ruangan

PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO – Kepala Bidang UPTD Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palangkaraya, Ahmad Riadi mengungkapkan bahwa keberadaan stasiun pemantau kualitas udara di Kota Palangkaraya hanya ada satu. Hal itu dikelola langsung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Lokasinya berada di depan Kantor Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangkaraya. Sehingga stasiun tersebut, dinilai tidak dapat mampu mewakili seluruh wilayah Palangkaraya yang luas ini.

Namun dia mengakui, dengan adanya stasiun pemantau setidaknya memberikan peringatan dini jika ada perubahan kualitas udara. Kebakaran lahan dan hutan (karhutla) yang sejauh ini mengalami peningkatan, ISPU yang dilaporkan oleh stasiun pemantau itu akan dirata-ratakan dan dikirimkan ke tampilan ISPU yang berlaku mulai pukul 15.00 WIB selama 24 jam.

Ahmad Riadi
Kepala Bidang UPTD Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup Kota Palangkaraya, Ahmad Riadi. (Foto Dok Pribadi untuk Prokalteng.co)

“Untuk kualitas udara yang dipantau melalui aplikasi ISPUnet hari Senin (4/9), dalam kondisi Sedang dengan nilai 82 dan parameter kritis adalah PM 2,5,”ujar Ahmad, Senin (4/9) kemarin.

Baca Juga :  Waspadai Gelombang Rossby Ekuator di Palangkaraya

Dia menuturkan bahwa untuk saat ini, tidak dapat memantau pergerakan kualitas udara secara keseluruhan. Sebab, saat ini Kota Palangkaraya tidak memiliki alat mobile station, akan tetapi hanya fix station. Pasalnya, alat uji kualitas udara tersebut, harus terstandarisasi agar tidak terjadi bias dalam pengukuran.

“Sementara ini masyarakat bisa memantau data ISPU yang diakses melalui aplikasi ISPUnet. Ini bisa di download di Google Play dan juga dapat melalui display ISPU di Bundaran Besar. Namun harap dipahami data tersebut rata-rata hanya 24 jam saja,”jelasnya.

Pembukaan Lahan Tanpa Bakar

Terkait hal tersebut, upaya yang dilakukan oleh DLH Kota Palangkaraya sesuai dengan kewenangan pada bagian pencegahan. Pihaknya dikatakan selalu melakukan sosialisasi terhadap pencegahan karhutla. Selain itu memberikan imbauan kepada masyarakat, pelatihan pembukaan lahan tanpa membakar dan kegiatan edukasi serta pencegahan lainnya.  Lain halnya dengan BPBD yang memang bertanggung jawab dalam hal pengendalian.

Baca Juga :  Tahun 2022 Pasang Target Rasional agar Bisa Tercapai

“Kondisi saat ini terjadi akibat kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan penurunan kualitas udara Kota Palangakaraya. Diimbau kepada masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan. Apabila terpaksa, maka disarankan untuk menggunakan masker yang mampu menyaring polutan. Kemudian menjaga kesehatan dan mengonsumsi air putih yang cukup,”tandasnya.

Namun yang terpenting dari itu semua, kata Ahmad Riadi bagi masyarakat yang berniat membuka lahan dengan cara membakar, agar tidak melakukan hal tersebut untuk menghindari terjadinya karhutla. Solusi terbaik menurutnya adalah dapat menggunakan alternatif pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB). (*ana/hnd)

PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO – Kepala Bidang UPTD Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palangkaraya, Ahmad Riadi mengungkapkan bahwa keberadaan stasiun pemantau kualitas udara di Kota Palangkaraya hanya ada satu. Hal itu dikelola langsung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Lokasinya berada di depan Kantor Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangkaraya. Sehingga stasiun tersebut, dinilai tidak dapat mampu mewakili seluruh wilayah Palangkaraya yang luas ini.

Namun dia mengakui, dengan adanya stasiun pemantau setidaknya memberikan peringatan dini jika ada perubahan kualitas udara. Kebakaran lahan dan hutan (karhutla) yang sejauh ini mengalami peningkatan, ISPU yang dilaporkan oleh stasiun pemantau itu akan dirata-ratakan dan dikirimkan ke tampilan ISPU yang berlaku mulai pukul 15.00 WIB selama 24 jam.

Ahmad Riadi
Kepala Bidang UPTD Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup Kota Palangkaraya, Ahmad Riadi. (Foto Dok Pribadi untuk Prokalteng.co)

“Untuk kualitas udara yang dipantau melalui aplikasi ISPUnet hari Senin (4/9), dalam kondisi Sedang dengan nilai 82 dan parameter kritis adalah PM 2,5,”ujar Ahmad, Senin (4/9) kemarin.

Baca Juga :  Waspadai Gelombang Rossby Ekuator di Palangkaraya

Dia menuturkan bahwa untuk saat ini, tidak dapat memantau pergerakan kualitas udara secara keseluruhan. Sebab, saat ini Kota Palangkaraya tidak memiliki alat mobile station, akan tetapi hanya fix station. Pasalnya, alat uji kualitas udara tersebut, harus terstandarisasi agar tidak terjadi bias dalam pengukuran.

“Sementara ini masyarakat bisa memantau data ISPU yang diakses melalui aplikasi ISPUnet. Ini bisa di download di Google Play dan juga dapat melalui display ISPU di Bundaran Besar. Namun harap dipahami data tersebut rata-rata hanya 24 jam saja,”jelasnya.

Pembukaan Lahan Tanpa Bakar

Terkait hal tersebut, upaya yang dilakukan oleh DLH Kota Palangkaraya sesuai dengan kewenangan pada bagian pencegahan. Pihaknya dikatakan selalu melakukan sosialisasi terhadap pencegahan karhutla. Selain itu memberikan imbauan kepada masyarakat, pelatihan pembukaan lahan tanpa membakar dan kegiatan edukasi serta pencegahan lainnya.  Lain halnya dengan BPBD yang memang bertanggung jawab dalam hal pengendalian.

Baca Juga :  Tahun 2022 Pasang Target Rasional agar Bisa Tercapai

“Kondisi saat ini terjadi akibat kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan penurunan kualitas udara Kota Palangakaraya. Diimbau kepada masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan. Apabila terpaksa, maka disarankan untuk menggunakan masker yang mampu menyaring polutan. Kemudian menjaga kesehatan dan mengonsumsi air putih yang cukup,”tandasnya.

Namun yang terpenting dari itu semua, kata Ahmad Riadi bagi masyarakat yang berniat membuka lahan dengan cara membakar, agar tidak melakukan hal tersebut untuk menghindari terjadinya karhutla. Solusi terbaik menurutnya adalah dapat menggunakan alternatif pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB). (*ana/hnd)

Terpopuler

Artikel Terbaru