30.8 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Jelang Nyepi, Umat Hindu di Palangka Raya Gelar Upacara Tawur

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Jelang perayaan Hari Nyepi Tahun Baru Caka 1994 yang akan dirayakan pada besok (3/3), Umat Hindu di Kota Palangka Raya menggelar Upacara Tawur di Pura Pitamaha, Jalan Kinibalu, Rabu (2/3).

Tema yang diangkat yakni aktualisasi  dari pada nilai-nilai yang terkandung didalam ajaran Tat wam Asi dalam rangka untuk moderasi beragama menuju Indonesia tangguh.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Palangka Raya I Made Sadiana mengatakan, sebelum dilaksanakan upacara Tawur ini, telah dilaksanakan upacara Melasti tiga hari yang lalu sebelum Hari Raya Nyepi. Upacara Melasti tersebut bertujuan untuk menyucikan alam semesta dan diri.

“Biasanya dilaksanakan di samudra atau di laut, kalau disini biasanya di sungai yang bermuara ke Laut. Karena pandemi ini, kita hanya melaksanakan di Pura ini, disimbolkan di sumber air, sama saja intinya,” katanya.

Baca Juga :  Dukung Peningkatan Imtak, PT SLK Bantu Renovasi Masjid

Setelah melakukan Upacara Melasti, Upacara Tawur yang diselenggarakan ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan terhadap yang dilakukan oleh pihaknya selama ini dan menjaga alam semesta. “Menjaga keharmonisan antara kita dan pencipta, kita dengan sesama manusia, dan kita dengan lingkungan,” ujarnya.

Dia menjelaskan untuk Perayaan Hari Nyepi yang dilaksanakan pada Kamis (3/3), perayaan yang dilakukan dengan pelaksanaan Catur Brata Penyepian.Dalam pelaksanaan Catur Brata Penyepian tersebut, ada 4 aturan yang dilakukan oleh umat hindu. Di antaranya yakni tidak boleh menyalakan api, bekerja, keluar rumah, dan bersenang-senang.

“Jadi ada 4 yakni, Amati Geni, yakni menyalakan api, kemudian Amati Karya yakni bekerja, Amati Lelanguan tidak menikmati hiburan, dan Amati Lelungan artinya tidak bepergian, itulah yang dilakukan pada perayaan nyepi tersebut,” jelasnya.

Baca Juga :  77 Bintara Tinggi Polda Kalteng Ikuti PAG di Sukabumi

Selain itu, dalam perayaan nyepi, Sambungnya umat hindu juga melakukan Upawasa atau istilah yang dikenal puasa. Ibadah tersebut dilakukan dengan menahan lapar dan haus. Dalam ibadah tersebut juga dianjurkan untuk tidak berbicara dan tidur.Dalam pelaksanaan Upawasa tersebut dilakukan sejak pukul 6 pagi saat Hari Raya Nyepi selama 24 jam.

Setelah melakukan Upawasa, rangkaian pelaksanaan yang dilakukan dijelaskannya dengan melakukan Ngembak Geni. Ngembak Geni dilakukan setelah buka puasa dengan kegiatan persembahyangan bersama.

“Dan kemudian melakukan kegiatan Simakrama atau silaturahim dalam istilah orang Islam. Bersama handai taulan, sanak saudara, keluarga. Saling melindungi dan saling memaafkan. Kemudian setelah selesai melaksanakan rangkaian perayaan nyepi, mungkin nanti dilaksanakan kegiatan dharma santi yakni perayaan nyepi tersebut,” tutupnya.






Reporter: M Hafidz

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Jelang perayaan Hari Nyepi Tahun Baru Caka 1994 yang akan dirayakan pada besok (3/3), Umat Hindu di Kota Palangka Raya menggelar Upacara Tawur di Pura Pitamaha, Jalan Kinibalu, Rabu (2/3).

Tema yang diangkat yakni aktualisasi  dari pada nilai-nilai yang terkandung didalam ajaran Tat wam Asi dalam rangka untuk moderasi beragama menuju Indonesia tangguh.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Palangka Raya I Made Sadiana mengatakan, sebelum dilaksanakan upacara Tawur ini, telah dilaksanakan upacara Melasti tiga hari yang lalu sebelum Hari Raya Nyepi. Upacara Melasti tersebut bertujuan untuk menyucikan alam semesta dan diri.

“Biasanya dilaksanakan di samudra atau di laut, kalau disini biasanya di sungai yang bermuara ke Laut. Karena pandemi ini, kita hanya melaksanakan di Pura ini, disimbolkan di sumber air, sama saja intinya,” katanya.

Baca Juga :  Dukung Peningkatan Imtak, PT SLK Bantu Renovasi Masjid

Setelah melakukan Upacara Melasti, Upacara Tawur yang diselenggarakan ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan terhadap yang dilakukan oleh pihaknya selama ini dan menjaga alam semesta. “Menjaga keharmonisan antara kita dan pencipta, kita dengan sesama manusia, dan kita dengan lingkungan,” ujarnya.

Dia menjelaskan untuk Perayaan Hari Nyepi yang dilaksanakan pada Kamis (3/3), perayaan yang dilakukan dengan pelaksanaan Catur Brata Penyepian.Dalam pelaksanaan Catur Brata Penyepian tersebut, ada 4 aturan yang dilakukan oleh umat hindu. Di antaranya yakni tidak boleh menyalakan api, bekerja, keluar rumah, dan bersenang-senang.

“Jadi ada 4 yakni, Amati Geni, yakni menyalakan api, kemudian Amati Karya yakni bekerja, Amati Lelanguan tidak menikmati hiburan, dan Amati Lelungan artinya tidak bepergian, itulah yang dilakukan pada perayaan nyepi tersebut,” jelasnya.

Baca Juga :  77 Bintara Tinggi Polda Kalteng Ikuti PAG di Sukabumi

Selain itu, dalam perayaan nyepi, Sambungnya umat hindu juga melakukan Upawasa atau istilah yang dikenal puasa. Ibadah tersebut dilakukan dengan menahan lapar dan haus. Dalam ibadah tersebut juga dianjurkan untuk tidak berbicara dan tidur.Dalam pelaksanaan Upawasa tersebut dilakukan sejak pukul 6 pagi saat Hari Raya Nyepi selama 24 jam.

Setelah melakukan Upawasa, rangkaian pelaksanaan yang dilakukan dijelaskannya dengan melakukan Ngembak Geni. Ngembak Geni dilakukan setelah buka puasa dengan kegiatan persembahyangan bersama.

“Dan kemudian melakukan kegiatan Simakrama atau silaturahim dalam istilah orang Islam. Bersama handai taulan, sanak saudara, keluarga. Saling melindungi dan saling memaafkan. Kemudian setelah selesai melaksanakan rangkaian perayaan nyepi, mungkin nanti dilaksanakan kegiatan dharma santi yakni perayaan nyepi tersebut,” tutupnya.






Reporter: M Hafidz

Terpopuler

Artikel Terbaru