MUARA
TEWEH –
Tim Gugus Tugas Covid-19 Barito Utara belum bisa melaksanakan rapid test secara
massal. Dinas Kesehatan (Dinkes) Batara saat ini memiliki 240 alat rapid test
dan sudah terpakai beberapa. Pemkab Barito Utara pun sudah mengadakan lewat
APBD sekitar 200 rapid test.
“Dari hasil rapat gugus
tugas, perlu diadakan rapid test. Sebab letupan Covid-19 harus diwaspadai. Tim gugus
tugas juga berkoordinasi dengan gugus tugas provinsi. Ternyata stok rapid test habis,â€
kata Juru Bicara (Jubir) Gugus Tugas Covid-19 Batara, Siswandoyo didampingi
Kadiskominfosandi, M Inam Topik dan Direktur RSUD Muara Teweh, Dwi Agus
Setijowati, Kamis (14/5).
Menurut Siswandoyo,
harga satu rapid test antara Rp 250 ribu sampai Rp 300 ribu. Maka untuk
melakukan tes terhadap satu orang, memakan biaya Rp 600 ribu. Alat ini pun jika
dipesan, tiga minggu sampai sebulan baru dikirim. Dinkes Batara berinisiatif
spekulasi dianggarkan dulu dan kembali mengadakan lagi 800 rapid test.
Lebih lanjut,
Siswandoyo mengutarakan, tim gugus tugas memberlakukan empat gejala untuk
mengetahui gejala Covid-19. Yakni diagnosa suhu tubuh, keluhan batuk, sesak nafas
dan pneumonia. Namun tidak disangka, ada gejala non spesifik, yakni diare. Hal
ini dialami salah satu pasien biasa yang dirawat di RSUD Muara Teweh.
Di tempat yang sama,
Direktur RSUD Muara Teweh, Dwi Agus Setijowati mengemukakan, pasien yang
berobat ke rumah sakit mengalami keluhan batuk dan pilek totalnya 189 pasien.
Setiap pasien yang datang kalau non-reaktif tidak ada pemberat langsung gugur.
Jika pneumonia, rumah sakit langsung
menitik atau menandai. Misalnya, di Desa Sikui, banyak gejala pneumonia. Setelah
swab, hasilnya negative. Berarti desa tersebut aman.
“Kami mengedepankan akurasi. Spesialis kami
untuk rapid test tidak mau abal-abal,†tegasnya. Selain itu, ketika pasien
datang ke rumah sakit, petugas kesehatan selalu hati-hati.