30.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Harga LPG 3kg Dikeluhkan Warga

NANGA
BULIK – Mahalnya harga LPG Subsidi 3kg dikeluhkan oleh masyarakat Lamandau.
Pasalnya, harga LPG 3kg di tingkat eceran mencapai Rp50.000 hingga Rp55.000. Seperti
yang dialami Titi, salah satu warga sematu jaya, mengaku bahwa selama ini cukup
kesulitan mendapat LPG 3 kg, terlebih dengan harga normal. Ia biasanya membeli
di warung-warung dengan harga Rp 55 ribu/tabung.

“Kalau
mau beli ke pangkalan lumayan jauh dari rumah. Stok di warung sering kosong,
kalau ada, harganya bisa sampai Rp55 ribu, akhirnya saya terpaksa beli yang 12
kg,” ujar Titi kepada Kalteng Pos, Minggu (12/5).

Menanggapi
keluhan warga, Wakil Bupati Lamandau Riko Porwanto bersama dinas terkait
melakukan sidak ke sejumlah pangkalan di Lamandau, Rabu (8/5). Hasilnya, saat
pantauan di pangkalan LPG, masih ditemukan oknum pedagang yang membeli dalam
jumlah banyak untuk kemudian dijual kembali.

“Hasil
penelusuran, pasokan LPG bersubsidi atau tabung 3 kg saat ini sudah lancar.
Pasokan rutin datang setiap 5 hari sekali. Tapi di lapangan, warga masih
mengeluhkan mahalnya harga LPG bersubsidi ini,” cetus Riko Porwanto, saat
itu.

Baca Juga :  Patungan Material Menambal Jalan Berlubang

Dijelaskan
Riko, harga LPG tabung melon tersebut di jual di eceran warung-warung dengan
harga paling murah Rp 50 ribu, bahkan di pedalaman bisa tembus harga Rp 60
ribu/ tabung. Padahal, di pangkalan, LPG bersubsidi tersebut dijual dengan
kisaran harga Rp 30 ribu-35 ribu/ tabung.

Dalam
kesempatannya, Riko menegaskan, sesuai ketentuan titik bagi terakhir lpg tabung
3 kg adalah di pangkalan. Sehingga, semestinya tidak boleh di jual di
warung-warung yang bukan pangkalan LPG. Karena sebagai barang bersubsidi, maka
ada aturan khusus yang mengaturnya mulai dari alur distribusi sampai dengan
siapa yang berhak menerima atau membeli.

“Seperti
PNS, tidak boleh pakai LPG bersubsidi. Kalau ada PNS yang beli jangan
dilayani,” ungkap Riko.

Dibeberkannya
bahwa pangkalan menerima harga dari agen sebesar Rp 12.750 / tabung. Dan harga
jualnya adalah harga modal ditambah biaya angkut dan keuntungan pangkalan, yang
menurut Riko mestinya bisa kurang dari Rp 25 ribu/ tabung.

Baca Juga :  Perdie: Banyak Peristiwa Penting di Tahun 2019

Namun
menurut keterangan salah satu pangkalan di desa Purwareja kecamatan Sematu Jaya
yang namanya enggan dikorankan menuturkan bahwa pihaknya menerima harga dari
agen dengan harga total Rp 19 ribu ( mencakup biaya angkut). Dan ia menjualnya
kepada warga dengan harga Rp 30 ribu.

Karena,
lanjut Riko, maksud pemerintah memberikan LPG bersubsidi ini adalah untuk
membantu masyarakat miskin. Sehingga penyalurannya perlu diawasi dengan ketat
agar tepat sasaran.

“Mestinya
tidak boleh lagi ada warung yang menjual eceran selain pangkalan. Agar
masyarakat miskin yang sesuai ketentuan berhak menggunakan gas bersubsidi
tersebut  tidak tercekik dengan harga
pasaran yang melambung hampir 200 persen,” ujar Wakil Bupati yang
berpasangan dengan Hendra Lesmana. (*cho/abe/iha/CTK)

NANGA
BULIK – Mahalnya harga LPG Subsidi 3kg dikeluhkan oleh masyarakat Lamandau.
Pasalnya, harga LPG 3kg di tingkat eceran mencapai Rp50.000 hingga Rp55.000. Seperti
yang dialami Titi, salah satu warga sematu jaya, mengaku bahwa selama ini cukup
kesulitan mendapat LPG 3 kg, terlebih dengan harga normal. Ia biasanya membeli
di warung-warung dengan harga Rp 55 ribu/tabung.

“Kalau
mau beli ke pangkalan lumayan jauh dari rumah. Stok di warung sering kosong,
kalau ada, harganya bisa sampai Rp55 ribu, akhirnya saya terpaksa beli yang 12
kg,” ujar Titi kepada Kalteng Pos, Minggu (12/5).

Menanggapi
keluhan warga, Wakil Bupati Lamandau Riko Porwanto bersama dinas terkait
melakukan sidak ke sejumlah pangkalan di Lamandau, Rabu (8/5). Hasilnya, saat
pantauan di pangkalan LPG, masih ditemukan oknum pedagang yang membeli dalam
jumlah banyak untuk kemudian dijual kembali.

“Hasil
penelusuran, pasokan LPG bersubsidi atau tabung 3 kg saat ini sudah lancar.
Pasokan rutin datang setiap 5 hari sekali. Tapi di lapangan, warga masih
mengeluhkan mahalnya harga LPG bersubsidi ini,” cetus Riko Porwanto, saat
itu.

Baca Juga :  Patungan Material Menambal Jalan Berlubang

Dijelaskan
Riko, harga LPG tabung melon tersebut di jual di eceran warung-warung dengan
harga paling murah Rp 50 ribu, bahkan di pedalaman bisa tembus harga Rp 60
ribu/ tabung. Padahal, di pangkalan, LPG bersubsidi tersebut dijual dengan
kisaran harga Rp 30 ribu-35 ribu/ tabung.

Dalam
kesempatannya, Riko menegaskan, sesuai ketentuan titik bagi terakhir lpg tabung
3 kg adalah di pangkalan. Sehingga, semestinya tidak boleh di jual di
warung-warung yang bukan pangkalan LPG. Karena sebagai barang bersubsidi, maka
ada aturan khusus yang mengaturnya mulai dari alur distribusi sampai dengan
siapa yang berhak menerima atau membeli.

“Seperti
PNS, tidak boleh pakai LPG bersubsidi. Kalau ada PNS yang beli jangan
dilayani,” ungkap Riko.

Dibeberkannya
bahwa pangkalan menerima harga dari agen sebesar Rp 12.750 / tabung. Dan harga
jualnya adalah harga modal ditambah biaya angkut dan keuntungan pangkalan, yang
menurut Riko mestinya bisa kurang dari Rp 25 ribu/ tabung.

Baca Juga :  Perdie: Banyak Peristiwa Penting di Tahun 2019

Namun
menurut keterangan salah satu pangkalan di desa Purwareja kecamatan Sematu Jaya
yang namanya enggan dikorankan menuturkan bahwa pihaknya menerima harga dari
agen dengan harga total Rp 19 ribu ( mencakup biaya angkut). Dan ia menjualnya
kepada warga dengan harga Rp 30 ribu.

Karena,
lanjut Riko, maksud pemerintah memberikan LPG bersubsidi ini adalah untuk
membantu masyarakat miskin. Sehingga penyalurannya perlu diawasi dengan ketat
agar tepat sasaran.

“Mestinya
tidak boleh lagi ada warung yang menjual eceran selain pangkalan. Agar
masyarakat miskin yang sesuai ketentuan berhak menggunakan gas bersubsidi
tersebut  tidak tercekik dengan harga
pasaran yang melambung hampir 200 persen,” ujar Wakil Bupati yang
berpasangan dengan Hendra Lesmana. (*cho/abe/iha/CTK)

Terpopuler

Artikel Terbaru