26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Pengamat Sebut Banjarmasin Kehilangan Sungai hingga Sebabkan Banjir

PROKALTENG.CO-Pengamat sosial dan kebijakan publik dari Universitas Lambung
Mangkurat (ULM) Budi Suryadi mengatakan, Kota Banjarmasin yang berjuluk Kota
Seribu Sungai kini telah kehilangan banyak sungai. Kondisi itu menyebabkan
banjir ketika hujan turun dengan intensitas tinggi dalam durasi lama.

”Banyak sungai-sungai kecil yang sudah mati atau tidak
berfungsi karena tertutup perkampungan atau mengalami pendangkalan,” kata Budi
Suryadi seperti dilansir dari Antara di
Banjarmasin.

Dugaan buruknya saluran air atau drainase juga disoroti
Budi. Mengingat air yang menggenang hampir di setiap sudut kota tak kunjung
surut meski dalam lima hari terakhir tak lagi turun hujan.

”Ini ada apa. Bagaimana bisa air tak surut walau hujan
sudah tidak lagi turun. Apalagi air menggenang di jalan protokol yang menjadi
akses utama masyarakat,” kata Budi Suryadi, guru besar bidang sosial dan
politik ULM itu.

Baca Juga :  Diduga Terima Rp27,6 Miliar, Eks Kadis ESDM Ini Jadi Tersangka

Menurut Budi,  banjir tahun ini di Kota Banjarmasin
sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan juga diperparah keterlambatan
mengantisipasi dan penanggulangannya.

”Apakah kita hanya mengandalkan cuaca berdoa hujan tidak
turun sembari berharap air semakin surut dengan sendirinya. Harusnya ada upaya
konkret. Misalnya menyedot air yang menggenang ataupun mengecek seluruh saluran
air guna dipastikan kelancarannya,” tutur Budi Suryadi.

Budi melihat kebijakan selama ini lebih cenderung memihak
pembangunan fisik. Sehingga, ruang air untuk rawa-rawa semakin berkurang dan
itu tidak diiringi dengan sistem drainase yang baik. Penataan sungai juga kini
tidak selebar dulu yang berfungsi normal.

”Kalau pun ada kebijakan rumah panggung atau bangunan
panggung, baru beberapa tahun saja ketika bangunan fisik tanpa panggung sudah
berdiri yang otomatis menghilangkan ruang air, sehingga air meluber kemana-mana
ketika hujan dengan intensitas tinggi,” terang Budi.

Baca Juga :  Jokowi: Jembatan Alalak, Tahan Gempa dan Kuat Sampai 100 Tahun

Berdasar pantauan pada Rabu (20/1), air masih
menggenang dengan ketinggian bervariasi di jalan nasional Jalan Ahmad Yani dari
kilometer 4 di Kota Banjarmasin sampai kilometer 9 di Kabupaten Banjar. Arus
lalu lintas pun terganggu karena ada perlambatan laju kendaraan. Tak sedikit
motor yang mogok karena nekat menerobos banjir.

Sejumlah ruas jalan lain di pusat Kota Banjarmasin juga
tergenang. Seperti Jalan Pramuka yang kondisinya cukup parah. Bahkan banyak
perumahan penduduk juga terdampak banjir terparah dalam sejarah bencana air
pasang tersebut. Saat ini Pemerintah Kota Banjarmasin menetapkan status tanggap
darurat banjir.

PROKALTENG.CO-Pengamat sosial dan kebijakan publik dari Universitas Lambung
Mangkurat (ULM) Budi Suryadi mengatakan, Kota Banjarmasin yang berjuluk Kota
Seribu Sungai kini telah kehilangan banyak sungai. Kondisi itu menyebabkan
banjir ketika hujan turun dengan intensitas tinggi dalam durasi lama.

”Banyak sungai-sungai kecil yang sudah mati atau tidak
berfungsi karena tertutup perkampungan atau mengalami pendangkalan,” kata Budi
Suryadi seperti dilansir dari Antara di
Banjarmasin.

Dugaan buruknya saluran air atau drainase juga disoroti
Budi. Mengingat air yang menggenang hampir di setiap sudut kota tak kunjung
surut meski dalam lima hari terakhir tak lagi turun hujan.

”Ini ada apa. Bagaimana bisa air tak surut walau hujan
sudah tidak lagi turun. Apalagi air menggenang di jalan protokol yang menjadi
akses utama masyarakat,” kata Budi Suryadi, guru besar bidang sosial dan
politik ULM itu.

Baca Juga :  Diduga Terima Rp27,6 Miliar, Eks Kadis ESDM Ini Jadi Tersangka

Menurut Budi,  banjir tahun ini di Kota Banjarmasin
sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan juga diperparah keterlambatan
mengantisipasi dan penanggulangannya.

”Apakah kita hanya mengandalkan cuaca berdoa hujan tidak
turun sembari berharap air semakin surut dengan sendirinya. Harusnya ada upaya
konkret. Misalnya menyedot air yang menggenang ataupun mengecek seluruh saluran
air guna dipastikan kelancarannya,” tutur Budi Suryadi.

Budi melihat kebijakan selama ini lebih cenderung memihak
pembangunan fisik. Sehingga, ruang air untuk rawa-rawa semakin berkurang dan
itu tidak diiringi dengan sistem drainase yang baik. Penataan sungai juga kini
tidak selebar dulu yang berfungsi normal.

”Kalau pun ada kebijakan rumah panggung atau bangunan
panggung, baru beberapa tahun saja ketika bangunan fisik tanpa panggung sudah
berdiri yang otomatis menghilangkan ruang air, sehingga air meluber kemana-mana
ketika hujan dengan intensitas tinggi,” terang Budi.

Baca Juga :  Jokowi: Jembatan Alalak, Tahan Gempa dan Kuat Sampai 100 Tahun

Berdasar pantauan pada Rabu (20/1), air masih
menggenang dengan ketinggian bervariasi di jalan nasional Jalan Ahmad Yani dari
kilometer 4 di Kota Banjarmasin sampai kilometer 9 di Kabupaten Banjar. Arus
lalu lintas pun terganggu karena ada perlambatan laju kendaraan. Tak sedikit
motor yang mogok karena nekat menerobos banjir.

Sejumlah ruas jalan lain di pusat Kota Banjarmasin juga
tergenang. Seperti Jalan Pramuka yang kondisinya cukup parah. Bahkan banyak
perumahan penduduk juga terdampak banjir terparah dalam sejarah bencana air
pasang tersebut. Saat ini Pemerintah Kota Banjarmasin menetapkan status tanggap
darurat banjir.

Terpopuler

Artikel Terbaru