NANGA BULIK, PROKALTENG.CO -Video viral perkelahian yang melibatkan kepala desa (kades) Tanjung Beringin, Kecamatan Lamandau, Kabupaten Lamandau, sempat heboh di media sosial. Awal peristiwa itu dikaitkan dengan masalah plasma sawit, namun pihak kepolisian menegaskan bahwa penyebab sebenarnya jauh dari isu tersebut.
Kapolres Lamandau AKBP Joko Handono melalui Kasatreskrim AKP Jhon Digul Manra menjelaskan, perkelahian tersebut dipicu oleh tindakan tidak pantas korban terhadap sang kades. Insiden bermula pada Kamis (9/9/2025) lalu sekitar pukul 15.00 WIB, ketika korban berinisial SY menenggak minuman keras bersama teman-temannya.
“Setelah mabuk, SY pergi ke rumah saudara IN untuk melihat rapat pengumpulan KTP. Sekitar pukul 19.30 WIB, saat hendak ke warung, SY yang dalam pengaruh alkohol bercanda dengan seseorang yang tidak dikenalnya dengan cara memegang kemaluan UN, yang ternyata adalah kepala desa,” jelas AKP Jhon Digul, Sabtu (11/10).
Merasa dilecehkan, UN sontak marah. Adu mulut pun tak terhindarkan hingga keduanya saling dorong dan menantang. Usai insiden itu, UN sempat pergi sambil mengancam akan membalas. Sekitar pukul 20.57 WIB, UN datang kembali bersama tiga orang tak dikenal dan mengejar SY.
“UN terlihat memang membawa senjata airsoft, tapi ternyata tidak berisi peluru. SY lari ke rumah IN seperti yang terlihat dalam video yang beredar, namun akhirnya terjadi pemukulan oleh UN dan saudaranya,” terang AKP Jhon.
Beberapa warga yang berada di lokasi sempat melerai dan meminta SY pergi meninggalkan tempat kejadian. Akibat kejadian itu, SY mengalami luka memar di bagian pelipis mata.
“Kami sudah menerima laporan dan masih mengumpulkan bukti serta keterangan saksi. Belum ada tersangka yang ditetapkan. Yang jelas, kejadian ini bukan karena plasma sawit, tapi murni akibat kesalahpahaman yang dipicu oleh alkohol,” tegasnya.
Sekretaris Desa Tanjung Beringin, Mukhlis, juga membenarkan bahwa insiden tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan kebun plasma.
“Itu murni karena persoalan pribadi dan menyangkut harga diri seorang kepala desa. Tidak ada hubungannya dengan plasma sawit,” ungkapnya.
Mukhlis menambahkan, berdasarkan informasi yang ia terima, justru korban SY lebih dulu memukul keponakan sang kades.
“Wajar kalau keluarga membela diri,” pungkasnya.
Polisi mengimbau masyarakat agar tidak mudah menyebarkan video atau informasi yang belum terverifikasi agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di tengah masyarakat. (bib/hnd)