33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Entah Apa yang Merasukinya, Gegara Wajah Mirip Ayahnya, Bayi Ini Diani

ENTAH apa yang merasuki MD. Perempuan di Kecamatan Samarinda Ulu,
Samarinda, Kalimantan Timur itu tega menganiaya darah dagingnya sendiri yang
masih berusia 3 tahun, hingga mengalami patah tulang.

Penganiayaan itu rupanya dipicu
perasaan benci, lantaran si balita memiliki wajah dan perilaku yang mirip
dengan mantan suami pelaku. Peristiwa ini terungkap dari ibu angkat MD
berinisial IA.

Awalnya IA seperti mendapat
firasat bahwa ada hal buruk yang menimpa anak asuhnya tersebut. Apalagi IA
sudah sebulan terakhir tidak pernah bertemu anak asuhnya itu.

Atas dorongan firasat itu, IA dan
suami memutuskan berkunjung kerumah MD. IA mengatakan, setiap menggendong bocah
malang itu, selalu saja ada bekas luka di tubuh si bocah.

Bahkan kondisi berat badannya
kerap menurun, seperti tak diberi makan. IA pun menaruh curiga pada MD. Tetapi
karena belum memiliki bukti, IA tidak bisa melakukan apa-apa.

“Kami tidak melihat langsung.
Jadi, kami cuma bisa diam. Cuma rasa curiga saya sangat besar sekali. Masa luka
besar karena cakaran kucing. Kan, tidak masuk akal,” ungkap IA dikutip dari
Samarinda Pos (Jawa Pos Group), Minggu (24/11).

Dirinya pun kaget ketika melihat
kondisi anak angkatnya tersebut di rumah. MD menolak ajakan IA si balita dibawa
ke rumah sakit. Tetapi IA tak habis akal.

IA lalu mengancam jika MD tidak
dibawa ke rumah sakit, maka dia akan melaporkan kejadian ini kepada polisi. MD
pun luluh. Dia memperbolehkan IA membawa anaknya.

Baca Juga :  Polda Kalteng Gandeng Mahasiswa UPR Cegah Karhutla

“Korban kami bawa atas
pengetahuan Pak RT setempat. Ditandatangai pula kalau kami boleh membawa korban
untuk dirawat,” terang IA.

“Nah, setelah dirawat tiga hari
barulah ketahuan kalau kaki MD patah di bagian paha. Karena itu dia tidak bisa
berdiri,” ungkapnya.

Sambil MD dirawat, rupanya hal
ini sudah dilaporkan kepada Tindak Pidana Kekerasan (Tipiker), Sebuah lembaga
swadaya masyarakat yang menangani anak-anak dan perempuan korban kekerasan.
Dari situlah persoalan ini masuk ke jajaran Reskrim Polsekta Samarinda Ulu.
Polisi juga telah mendatangi MD 13 November lalu.

Pemilik Yayasan Rumah Aman, Sri
Utari mengatakan bahwa yang bersangkutan atau pelaku sudah bertemu. Bahkan
mengakui perbuatannya. Saat ditanya, MD memang menyiksa anaknya, sampa kaki
anaknya patah.

“Dia juga mengalami stres berat
sejak kehamilan anak ini. Sebelumnya dia (MD, Red) dicerai suaminya. Ditinggal
saat hamil. Jadi, dia bawa pikiran itu sampai melahirkan. Dia bilang anaknya
itu mirip bapaknya. Makanya dia sering benci dan menyiksa anaknya,” tuturnya.

Sri pun menerangkan bahwa
psikolog sudah memeriksa pelaku dan menyatakan bahwa MD stres berat. Bahkan
jika hal ini tidak ditangani akan berakibat pada gangguan kejiwaan.

Malahan bisa jadi pelaku juga
membunuh Namun pelaku juga mengaku bahwa ada itikad baiknya untuk sembuh dan
berobat. “Jadi, saya juga sudah berkonsultasi dengan psikologi dan kepolisian
bagaimana menangani kasus ini. Apalagi dia punya anak bayi. Hanya saja dengan
anak bayi itu dia tidak bermasalah . Hanya sama MD ini saja dia sering aniaya,”
terangnya.

Baca Juga :  Ertiga Vs Avanza Adu Kuat di Jalan Tjilik Riwut

Komisioner Komisi Perlindungan
Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kaltim, Aji Suwignyo mengatakan bahwa pihaknya
akan betul-betul menangani kasus ini sampai tuntas. Bahkan dirinya juga sudah
meminta ahli tulang dan ahli anak, serta psikolog untuk turun menangani kasus
ini.

“Kami dampingi terus sampai di
mana nanti perkembangannya. Bahkan akan kami dampingi sampai nanti anak ini
kembali kepada keluarganya. Selanjutnya juga akan dipantau setiap tiga bulan
sekali, bagaimana perkembangan si anak dan siapa nanti yang akan merawatnya,”
katanya.

Kanit Reskrim Polsekta Samarinda
Ulu, Ipda Muhammad Ridwan membenarkan adanya kasus ini. Namun pihaknya juga
masih menyimpulkan beberapa keterangan yang didapat di lokasi maupun dari para
saksi.

“Kalau orang depresi begitu tidak
bisa melalui penyelidikan. Kalau ada yang mau melaporkan hal ini kepada kami,
kami persilakan. Karena tidak mungkin siapa yang mau melaporkan, karena ibu itu
sedang depresi. Dan hal itu asalnya berasal dari psikolog,” ujarnya.

Pihaknya pun masih belum mengakui
keterangan dari pelaku, karena masih berubah-ubah. “Suaminya (mantan, Red) kami
mintai keterangan sama pengasuh anaknya. Tindakan KDRT itu tidak ada yang
melihat. Dari empat orang yang kami interogasi belum kami lakukan pemeriksaan.
Keempatnya tidak ada yang mengetahui kejadian aslinya,” terangnya.

“Jadi, kami menunggu laporan dari
pihak rumah sakit. Kemudian kami mempersilahkan melapor dan bisa menghadirkan
saksi-saksi yang ada,” pungkasnya. (JPG/KPC)

ENTAH apa yang merasuki MD. Perempuan di Kecamatan Samarinda Ulu,
Samarinda, Kalimantan Timur itu tega menganiaya darah dagingnya sendiri yang
masih berusia 3 tahun, hingga mengalami patah tulang.

Penganiayaan itu rupanya dipicu
perasaan benci, lantaran si balita memiliki wajah dan perilaku yang mirip
dengan mantan suami pelaku. Peristiwa ini terungkap dari ibu angkat MD
berinisial IA.

Awalnya IA seperti mendapat
firasat bahwa ada hal buruk yang menimpa anak asuhnya tersebut. Apalagi IA
sudah sebulan terakhir tidak pernah bertemu anak asuhnya itu.

Atas dorongan firasat itu, IA dan
suami memutuskan berkunjung kerumah MD. IA mengatakan, setiap menggendong bocah
malang itu, selalu saja ada bekas luka di tubuh si bocah.

Bahkan kondisi berat badannya
kerap menurun, seperti tak diberi makan. IA pun menaruh curiga pada MD. Tetapi
karena belum memiliki bukti, IA tidak bisa melakukan apa-apa.

“Kami tidak melihat langsung.
Jadi, kami cuma bisa diam. Cuma rasa curiga saya sangat besar sekali. Masa luka
besar karena cakaran kucing. Kan, tidak masuk akal,” ungkap IA dikutip dari
Samarinda Pos (Jawa Pos Group), Minggu (24/11).

Dirinya pun kaget ketika melihat
kondisi anak angkatnya tersebut di rumah. MD menolak ajakan IA si balita dibawa
ke rumah sakit. Tetapi IA tak habis akal.

IA lalu mengancam jika MD tidak
dibawa ke rumah sakit, maka dia akan melaporkan kejadian ini kepada polisi. MD
pun luluh. Dia memperbolehkan IA membawa anaknya.

Baca Juga :  Polda Kalteng Gandeng Mahasiswa UPR Cegah Karhutla

“Korban kami bawa atas
pengetahuan Pak RT setempat. Ditandatangai pula kalau kami boleh membawa korban
untuk dirawat,” terang IA.

“Nah, setelah dirawat tiga hari
barulah ketahuan kalau kaki MD patah di bagian paha. Karena itu dia tidak bisa
berdiri,” ungkapnya.

Sambil MD dirawat, rupanya hal
ini sudah dilaporkan kepada Tindak Pidana Kekerasan (Tipiker), Sebuah lembaga
swadaya masyarakat yang menangani anak-anak dan perempuan korban kekerasan.
Dari situlah persoalan ini masuk ke jajaran Reskrim Polsekta Samarinda Ulu.
Polisi juga telah mendatangi MD 13 November lalu.

Pemilik Yayasan Rumah Aman, Sri
Utari mengatakan bahwa yang bersangkutan atau pelaku sudah bertemu. Bahkan
mengakui perbuatannya. Saat ditanya, MD memang menyiksa anaknya, sampa kaki
anaknya patah.

“Dia juga mengalami stres berat
sejak kehamilan anak ini. Sebelumnya dia (MD, Red) dicerai suaminya. Ditinggal
saat hamil. Jadi, dia bawa pikiran itu sampai melahirkan. Dia bilang anaknya
itu mirip bapaknya. Makanya dia sering benci dan menyiksa anaknya,” tuturnya.

Sri pun menerangkan bahwa
psikolog sudah memeriksa pelaku dan menyatakan bahwa MD stres berat. Bahkan
jika hal ini tidak ditangani akan berakibat pada gangguan kejiwaan.

Malahan bisa jadi pelaku juga
membunuh Namun pelaku juga mengaku bahwa ada itikad baiknya untuk sembuh dan
berobat. “Jadi, saya juga sudah berkonsultasi dengan psikologi dan kepolisian
bagaimana menangani kasus ini. Apalagi dia punya anak bayi. Hanya saja dengan
anak bayi itu dia tidak bermasalah . Hanya sama MD ini saja dia sering aniaya,”
terangnya.

Baca Juga :  Ertiga Vs Avanza Adu Kuat di Jalan Tjilik Riwut

Komisioner Komisi Perlindungan
Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kaltim, Aji Suwignyo mengatakan bahwa pihaknya
akan betul-betul menangani kasus ini sampai tuntas. Bahkan dirinya juga sudah
meminta ahli tulang dan ahli anak, serta psikolog untuk turun menangani kasus
ini.

“Kami dampingi terus sampai di
mana nanti perkembangannya. Bahkan akan kami dampingi sampai nanti anak ini
kembali kepada keluarganya. Selanjutnya juga akan dipantau setiap tiga bulan
sekali, bagaimana perkembangan si anak dan siapa nanti yang akan merawatnya,”
katanya.

Kanit Reskrim Polsekta Samarinda
Ulu, Ipda Muhammad Ridwan membenarkan adanya kasus ini. Namun pihaknya juga
masih menyimpulkan beberapa keterangan yang didapat di lokasi maupun dari para
saksi.

“Kalau orang depresi begitu tidak
bisa melalui penyelidikan. Kalau ada yang mau melaporkan hal ini kepada kami,
kami persilakan. Karena tidak mungkin siapa yang mau melaporkan, karena ibu itu
sedang depresi. Dan hal itu asalnya berasal dari psikolog,” ujarnya.

Pihaknya pun masih belum mengakui
keterangan dari pelaku, karena masih berubah-ubah. “Suaminya (mantan, Red) kami
mintai keterangan sama pengasuh anaknya. Tindakan KDRT itu tidak ada yang
melihat. Dari empat orang yang kami interogasi belum kami lakukan pemeriksaan.
Keempatnya tidak ada yang mengetahui kejadian aslinya,” terangnya.

“Jadi, kami menunggu laporan dari
pihak rumah sakit. Kemudian kami mempersilahkan melapor dan bisa menghadirkan
saksi-saksi yang ada,” pungkasnya. (JPG/KPC)

Terpopuler

Artikel Terbaru