27.3 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Ada Insiden Penikaman, Kapolda Papua Sebut Pinggiran Wamena Rawan

Kondisi di Wamena
dipastikan sudah kondusif. Namun, berbeda dengan kondisi di pinggiran Wamena.
Polri mengaku masih tergolong rawan gangguan keamanan.

Seperti dilansir Fajar.co.id
(Jawa Pos Group)
, Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw dalam
keterangannya meminta agar para pekerja untuk sementara waktu tak pergi bekerja
ke luar kawasan Kota Wamena, Papua. Sebab situasi kamtibmas di beberapa daerah
pinggiran belum benar-benar kondusif.

“Melalui Kapolres
Jayawijaya saya sudah mengimbau agar saudara-saudara kita yang mau bekerja agar
jangan dulu keluar dari Wamena. Kalau bisa mereka untuk sementara ini bekerja
di sekitar Wamena itu saja. Kalau sudah di luar dan lepas dari pengawasan
aparat kita di sana maka mungkin agak susah untuk dipantau mengingat wilayah
Wamena itu agak luas,” kata Irjen Paulus di Timika, Minggu (13/10).

Hal tersebut
disampaikan Paulus terkait aksi penikaman terhadap Deri Datu Padang, 30, di
dekat Jembatan Wouma, Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Sabtu (12/10).
Diterangkan Paulus, Deri, warga asal Toraja, Sulawesi Selatan, merupakan
seorang pekerja bangunan yang sedang mengerjakan fasilitas kamar mandi Gereja
Katolik di Wouma, Wamena.

“Ada saudara-saudara
kita yang baru mengerjakan kamar mandi Gereja Katolik di Wouma itu yang menjadi
korban. Kampung Wouma itu terletak di seberang jembatan yang menjadi lokasi
utama kerusuhan pada 23 September 2019,” terangnya.

Wouma dan sekitarnya,
diakui Kapolda, memang cukup rawan. Lokasi itu, sebelumnya padat dengan
ruko-ruko dan pusat usaha ekonomi. Namun, kini tinggal menyisakan puing
lantaran dibakar habis oleh massa saat kerusuhan melanda Wamena, Senin (23/9).

“Saya sudah tiba di
situ, memang di situ agak sedikit tertutup masyarakatnya dan tampaknya kemarin
yang melakukan kekerasan terhadap ruko-ruko yang ada di sekitar Woma itu, ya,
kelompoknya mereka (pelaku penikaman pekerja bangunan) itu,” kata Paulus.

Baca Juga :  Pedagang Sayur Diduga Dirampok, Lalu Dibunuh

Kapolda menduga pelaku
pembakaran maupun penikaman terhadap pekerja bangunan di Wouma tersebut
merupakan anak-anak muda yang tidak memiliki pekerjaan yang jelas. “Itu
anak-anak yang free man yang hidupnya mau enak saja, tidak mau bekerja hanya
mau mengganggu yang lain. Mau dapat hasil yang banyak dengan cara-cara yang
tidak benar,” katanya.

Dia meyakini kasus
tersebut masih berhubungan dengan kerusuhan pada 23 September lalu. Dia pun
mengatakan akan melakukan evaluasi atas kasus penikaman yang memakan korban
jiwa tersebut. “Kejadian itu pasti ada hubungan, dan tentu untuk membuktikan
pelaku harus kita tangkap. Mengapa aparat ada di Jayawijaya dan di lokasi itu
ada kekosongan. Itu koreksi kami,” ujarnya.

Kapolda berjanji
memperkuat pengawasan, pendirian pos serta patroli skala besar. Oleh sebab itu,
diimbau agar tidak ada lagi warga yang membawa senjata tajam masuk ke pusat
kota Jayawijaya. “Kita akan lakukan untuk memastikan persoalan ini (yang
berkaitan dengan kejadian 23/9) sudah selesai. Saya harap warga tidak membawa
senjata tajam. Stop, daripada saudara kecewa,” ucapnya, menegaskan.

Selain itu, Paulus
juga mengingatkan agar aparat Polres Mimika maupun personel Brimob dari
berbagai polda tidak lengah. “Saya mengingatkan kembali bahwa mereka tidak
boleh sedikit pun lengah karena ancaman-ancaman yang ada sekarang itu nyata,”
katanya.

Kehadiran aparat Polri
maupun TNI di Papua untuk melindungi dan melayani masyarakat. “Saya minta
anggota untuk betul-betul menjaga keamanan di wilayah ini sampai kondusif
sehingga masyarakat bisa melaksanakan kegiatannya. Puji Tuhan sampai hari ini
untuk wilayah Timika masih kondusif, aman, dan terkendali,” katanya.

Kendati demikian, dia
meminta tetap waspada dengan menjalankan tugas dengan baik. Selain itu,
diharapkan pasukan di Papua beri keyakinan kepada masyarakat bahwa masyarakat
di daerah ini tidak perlu khawatir. “Kalau ada permasalahan, sampaikan kepada
kami. Maka, kami akan menangani secepat mungkin,” kata Kapolda.

Baca Juga :  Dibuntuti Pulang Sekolah, Pelajar Disetubuhi di Pondok

Sementara Pangdam
XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab mengatakan kesepakatan TNI/Polri
dan Pemkab Jayawijaya bahwa tidak akan ada lagi tindakan preventif bagi
pengganggu kamtibmas. “Kalau ada kejadian yang akan kita hadapi, kita akan
represif supaya situasi ini semakin kondusif ke depan,” tegasnya.

Herman mengatakan
kasus penikaman yang terjadi di sekitar Wouma merupakan usaha dari beberapa
orang untuk mengganggu kamtibmas yang sudah kondusif pascakerusuhan kemarin.
“Oleh sebab itu tindakan kita yang pertama, kita sudah komitmen bahwa tegas,”
katanya.

Untuk diketahui, Deri
Datu Padang, tewas setelah ditikam oleh orang tak dikenal saat melintas di
dekat Jembatan Wouwa, Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Sabtu (12/10).
Awalnya, Deri yang merupakan warga asal Toraja, Sulawesi Selatan bersama lima
rekan lainnya berboncengan menggunakan empat unit sepeda motor saat kembali
dari lokasi kerja mereka di depan Gereja Katolik Paroki Wouma menuju Kota
Wamena.

Ketika sampai di depan
Jembatan Wouma, korban yang tepat berada pada iring-iringan paling depan,
tiba-tiba ditikam oleh OTK yang berjumlah dua orang. Pelaku berciri-ciri pria
dewasa memakai baju merah dan satunya masih remaja. Keduanya melarikan diri ke
arah kuburan lama.

Setelah ditikam,
korban yang mengendarai motor terjatuh, kemudian berusaha bangkit kembali
mengendarai motor dengan kondisi pisau masih tertancap di perut. Korban melapor
di Pos Brimob, dekat Pasar Woma, kemudian dilarikan ke RSUD Wamena. Sesampainya
di rumah sakit, kondisi korban makin kritis karena mengalami pendarahan hebat.
Korban sempat menjalani penanganan medis namun nyawanya tak dapat diselamatkan.(jpg)

 

Kondisi di Wamena
dipastikan sudah kondusif. Namun, berbeda dengan kondisi di pinggiran Wamena.
Polri mengaku masih tergolong rawan gangguan keamanan.

Seperti dilansir Fajar.co.id
(Jawa Pos Group)
, Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw dalam
keterangannya meminta agar para pekerja untuk sementara waktu tak pergi bekerja
ke luar kawasan Kota Wamena, Papua. Sebab situasi kamtibmas di beberapa daerah
pinggiran belum benar-benar kondusif.

“Melalui Kapolres
Jayawijaya saya sudah mengimbau agar saudara-saudara kita yang mau bekerja agar
jangan dulu keluar dari Wamena. Kalau bisa mereka untuk sementara ini bekerja
di sekitar Wamena itu saja. Kalau sudah di luar dan lepas dari pengawasan
aparat kita di sana maka mungkin agak susah untuk dipantau mengingat wilayah
Wamena itu agak luas,” kata Irjen Paulus di Timika, Minggu (13/10).

Hal tersebut
disampaikan Paulus terkait aksi penikaman terhadap Deri Datu Padang, 30, di
dekat Jembatan Wouma, Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Sabtu (12/10).
Diterangkan Paulus, Deri, warga asal Toraja, Sulawesi Selatan, merupakan
seorang pekerja bangunan yang sedang mengerjakan fasilitas kamar mandi Gereja
Katolik di Wouma, Wamena.

“Ada saudara-saudara
kita yang baru mengerjakan kamar mandi Gereja Katolik di Wouma itu yang menjadi
korban. Kampung Wouma itu terletak di seberang jembatan yang menjadi lokasi
utama kerusuhan pada 23 September 2019,” terangnya.

Wouma dan sekitarnya,
diakui Kapolda, memang cukup rawan. Lokasi itu, sebelumnya padat dengan
ruko-ruko dan pusat usaha ekonomi. Namun, kini tinggal menyisakan puing
lantaran dibakar habis oleh massa saat kerusuhan melanda Wamena, Senin (23/9).

“Saya sudah tiba di
situ, memang di situ agak sedikit tertutup masyarakatnya dan tampaknya kemarin
yang melakukan kekerasan terhadap ruko-ruko yang ada di sekitar Woma itu, ya,
kelompoknya mereka (pelaku penikaman pekerja bangunan) itu,” kata Paulus.

Baca Juga :  Pedagang Sayur Diduga Dirampok, Lalu Dibunuh

Kapolda menduga pelaku
pembakaran maupun penikaman terhadap pekerja bangunan di Wouma tersebut
merupakan anak-anak muda yang tidak memiliki pekerjaan yang jelas. “Itu
anak-anak yang free man yang hidupnya mau enak saja, tidak mau bekerja hanya
mau mengganggu yang lain. Mau dapat hasil yang banyak dengan cara-cara yang
tidak benar,” katanya.

Dia meyakini kasus
tersebut masih berhubungan dengan kerusuhan pada 23 September lalu. Dia pun
mengatakan akan melakukan evaluasi atas kasus penikaman yang memakan korban
jiwa tersebut. “Kejadian itu pasti ada hubungan, dan tentu untuk membuktikan
pelaku harus kita tangkap. Mengapa aparat ada di Jayawijaya dan di lokasi itu
ada kekosongan. Itu koreksi kami,” ujarnya.

Kapolda berjanji
memperkuat pengawasan, pendirian pos serta patroli skala besar. Oleh sebab itu,
diimbau agar tidak ada lagi warga yang membawa senjata tajam masuk ke pusat
kota Jayawijaya. “Kita akan lakukan untuk memastikan persoalan ini (yang
berkaitan dengan kejadian 23/9) sudah selesai. Saya harap warga tidak membawa
senjata tajam. Stop, daripada saudara kecewa,” ucapnya, menegaskan.

Selain itu, Paulus
juga mengingatkan agar aparat Polres Mimika maupun personel Brimob dari
berbagai polda tidak lengah. “Saya mengingatkan kembali bahwa mereka tidak
boleh sedikit pun lengah karena ancaman-ancaman yang ada sekarang itu nyata,”
katanya.

Kehadiran aparat Polri
maupun TNI di Papua untuk melindungi dan melayani masyarakat. “Saya minta
anggota untuk betul-betul menjaga keamanan di wilayah ini sampai kondusif
sehingga masyarakat bisa melaksanakan kegiatannya. Puji Tuhan sampai hari ini
untuk wilayah Timika masih kondusif, aman, dan terkendali,” katanya.

Kendati demikian, dia
meminta tetap waspada dengan menjalankan tugas dengan baik. Selain itu,
diharapkan pasukan di Papua beri keyakinan kepada masyarakat bahwa masyarakat
di daerah ini tidak perlu khawatir. “Kalau ada permasalahan, sampaikan kepada
kami. Maka, kami akan menangani secepat mungkin,” kata Kapolda.

Baca Juga :  Dibuntuti Pulang Sekolah, Pelajar Disetubuhi di Pondok

Sementara Pangdam
XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab mengatakan kesepakatan TNI/Polri
dan Pemkab Jayawijaya bahwa tidak akan ada lagi tindakan preventif bagi
pengganggu kamtibmas. “Kalau ada kejadian yang akan kita hadapi, kita akan
represif supaya situasi ini semakin kondusif ke depan,” tegasnya.

Herman mengatakan
kasus penikaman yang terjadi di sekitar Wouma merupakan usaha dari beberapa
orang untuk mengganggu kamtibmas yang sudah kondusif pascakerusuhan kemarin.
“Oleh sebab itu tindakan kita yang pertama, kita sudah komitmen bahwa tegas,”
katanya.

Untuk diketahui, Deri
Datu Padang, tewas setelah ditikam oleh orang tak dikenal saat melintas di
dekat Jembatan Wouwa, Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Sabtu (12/10).
Awalnya, Deri yang merupakan warga asal Toraja, Sulawesi Selatan bersama lima
rekan lainnya berboncengan menggunakan empat unit sepeda motor saat kembali
dari lokasi kerja mereka di depan Gereja Katolik Paroki Wouma menuju Kota
Wamena.

Ketika sampai di depan
Jembatan Wouma, korban yang tepat berada pada iring-iringan paling depan,
tiba-tiba ditikam oleh OTK yang berjumlah dua orang. Pelaku berciri-ciri pria
dewasa memakai baju merah dan satunya masih remaja. Keduanya melarikan diri ke
arah kuburan lama.

Setelah ditikam,
korban yang mengendarai motor terjatuh, kemudian berusaha bangkit kembali
mengendarai motor dengan kondisi pisau masih tertancap di perut. Korban melapor
di Pos Brimob, dekat Pasar Woma, kemudian dilarikan ke RSUD Wamena. Sesampainya
di rumah sakit, kondisi korban makin kritis karena mengalami pendarahan hebat.
Korban sempat menjalani penanganan medis namun nyawanya tak dapat diselamatkan.(jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru