32.7 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

Ratusan Penari Catatkan Rekor Muri di Pembukaan FBIM 2023

PALANGKA RAYA,PROKALTENG.CO-Pemprov Kalteng sukses pecahkan Rekor Muri Dunia untuk tarian Wadian Dadas dan Bawo secara massal di pembukaan Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2023 di halaman GOR Serbaguna Jalan Tjilik Riwut  Km  Kota Palangka Raya. Penyerahan penghargaan Rekor Muri itu diserahkan langsung kepada Gubernur Kalteng, Sugianto Sabran usai pergelaran tarian massal tersebut dipertunjukkan, Senin (22/5).

Penghargaan Rekor Muri tersebut, diberikan untuk Pemprov Kalteng karena telah berhasil menggerakkan kurang lebih 700 peserta penari Wadian Dadas dan Bawo yang terdiri dari kalangan pelajar dan mahasiswa berasal dari sanggar-sanggar di Kalteng. Mereka serentak melenggang menari dengan iringan musik khas Kalteng.


Gubernur Kalteng Sugianto Sabran (kiri) menerima piagam rekor muri tarian Wadian Dadas dan Bawo pada pergelaran pembukaan FBIM di Halaman GOR Serbaguna Jalan Tjilik Riwut, Senin (22/5). (HAFIDZ/PROKALTENG.CO)

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng, Adiah Chandra Sari mengatakan, tarian yang dipilih terbagi dua macam. Yakni tarian Wadian Dadas (khusus penari perempuan, red) dan Bawo (penari laki-laki,red). Tarian ini, dikatakannya merupakan salah satu tarian asli Kalteng. Tepatnya oleh masyarakat Suku Dayak Maanyan.

Baca Juga :  Plt Gubernur Kalteng Panen Padi di Kawasan Food Estate Petak Batuah

“Tarian Wadian Dadas dan Bawo, sebagai tema tari yang ditampilkan untuk pencatatan MURI tahun ini, dengan tujuan mengangkat kesenian di Kalteng agar lebih dikenal luas,”ucapnya tadi malam.

Meskipun di lokasi kegiatan pembukaan FBIM dinilai minim penerangan, namun ternyata tak menyurutkan semangat para penari dalam menampilkan performanya. Lantunan musik ciri khas suku Dayak Maanyan Kalimantan Tengah berkumandang, seketika membuat riuh suasana penuh sorak sorai para pengunjung. Kelincahan gerakan para penari mengikuti irama musik yang disajikan, mampu mengundang decak kagum para pengunjung di lokasi tersebut.

Adiah Chandra Sari mengungkapkan bahwa pada 2017 lalu, tarian tersebut sudah didaftarkan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia sebagai warisan budaya Kalimantan Tengah.

Baca Juga :  Rekor Buruk, Kali Pertama Tak Ada Wakil Indonesia di Semifinal Indonesia Open

Dalam gelaran FBIM tahun ini, pihaknya telah menargetkan pengunjung dari luar Kalteng dan wisatawan mancanegara. “Terlebih FBIM ini sudah menjadi karisma event nusantara. Meski penyelenggaraan dilaksanakan di daerah, tetapi kementerian turut ambil dalam hal promosi, termasuk kepada wisatawan asing,”jelasnya.

Sementara di sisi lain, penanggung jawab kegiatan, Hadi Saputra mengatakan asal usul tarian yang ditampilkan ini merupakan tari Wadian atau Balian yang biasa dibawakan saat pelaksanaan ritual pernikahan, penyembuhan orang sakit, dan lainnya. Saat pelaksanaan ritual, bunyi gelang yang dikenakan para penari memiliki arti komunikasi dengan leluhur. Untuk itu, sebelum pelaksanaan pencatatan Rekor Muri, terlebih dahulu pihaknya melakukan ritual khusus untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan.

“Sebelum dilaksanakan kegiatan ini, kami melaksanakan tampung tawar. Baik kepada tim produksi maupun para peserta (penari,red),”ujarnya singkat. (rin/hnd)






Reporter: Marini

PALANGKA RAYA,PROKALTENG.CO-Pemprov Kalteng sukses pecahkan Rekor Muri Dunia untuk tarian Wadian Dadas dan Bawo secara massal di pembukaan Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2023 di halaman GOR Serbaguna Jalan Tjilik Riwut  Km  Kota Palangka Raya. Penyerahan penghargaan Rekor Muri itu diserahkan langsung kepada Gubernur Kalteng, Sugianto Sabran usai pergelaran tarian massal tersebut dipertunjukkan, Senin (22/5).

Penghargaan Rekor Muri tersebut, diberikan untuk Pemprov Kalteng karena telah berhasil menggerakkan kurang lebih 700 peserta penari Wadian Dadas dan Bawo yang terdiri dari kalangan pelajar dan mahasiswa berasal dari sanggar-sanggar di Kalteng. Mereka serentak melenggang menari dengan iringan musik khas Kalteng.


Gubernur Kalteng Sugianto Sabran (kiri) menerima piagam rekor muri tarian Wadian Dadas dan Bawo pada pergelaran pembukaan FBIM di Halaman GOR Serbaguna Jalan Tjilik Riwut, Senin (22/5). (HAFIDZ/PROKALTENG.CO)

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng, Adiah Chandra Sari mengatakan, tarian yang dipilih terbagi dua macam. Yakni tarian Wadian Dadas (khusus penari perempuan, red) dan Bawo (penari laki-laki,red). Tarian ini, dikatakannya merupakan salah satu tarian asli Kalteng. Tepatnya oleh masyarakat Suku Dayak Maanyan.

Baca Juga :  Plt Gubernur Kalteng Panen Padi di Kawasan Food Estate Petak Batuah

“Tarian Wadian Dadas dan Bawo, sebagai tema tari yang ditampilkan untuk pencatatan MURI tahun ini, dengan tujuan mengangkat kesenian di Kalteng agar lebih dikenal luas,”ucapnya tadi malam.

Meskipun di lokasi kegiatan pembukaan FBIM dinilai minim penerangan, namun ternyata tak menyurutkan semangat para penari dalam menampilkan performanya. Lantunan musik ciri khas suku Dayak Maanyan Kalimantan Tengah berkumandang, seketika membuat riuh suasana penuh sorak sorai para pengunjung. Kelincahan gerakan para penari mengikuti irama musik yang disajikan, mampu mengundang decak kagum para pengunjung di lokasi tersebut.

Adiah Chandra Sari mengungkapkan bahwa pada 2017 lalu, tarian tersebut sudah didaftarkan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia sebagai warisan budaya Kalimantan Tengah.

Baca Juga :  Rekor Buruk, Kali Pertama Tak Ada Wakil Indonesia di Semifinal Indonesia Open

Dalam gelaran FBIM tahun ini, pihaknya telah menargetkan pengunjung dari luar Kalteng dan wisatawan mancanegara. “Terlebih FBIM ini sudah menjadi karisma event nusantara. Meski penyelenggaraan dilaksanakan di daerah, tetapi kementerian turut ambil dalam hal promosi, termasuk kepada wisatawan asing,”jelasnya.

Sementara di sisi lain, penanggung jawab kegiatan, Hadi Saputra mengatakan asal usul tarian yang ditampilkan ini merupakan tari Wadian atau Balian yang biasa dibawakan saat pelaksanaan ritual pernikahan, penyembuhan orang sakit, dan lainnya. Saat pelaksanaan ritual, bunyi gelang yang dikenakan para penari memiliki arti komunikasi dengan leluhur. Untuk itu, sebelum pelaksanaan pencatatan Rekor Muri, terlebih dahulu pihaknya melakukan ritual khusus untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan.

“Sebelum dilaksanakan kegiatan ini, kami melaksanakan tampung tawar. Baik kepada tim produksi maupun para peserta (penari,red),”ujarnya singkat. (rin/hnd)






Reporter: Marini

Terpopuler

Artikel Terbaru