28.4 C
Jakarta
Wednesday, May 21, 2025

Kenta; Makanan Khas Terbuat dari Ketan, Biasa Disajikan Saat Panen Padi Sebagai Kudapan Utama

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2025 yang digelar di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, kembali menjadi magnet perhatian masyarakat.

Acara tahunan ini menghadirkan beragam perlombaan yang mengangkat budaya local. Termasuk lomba kuliner tradisional yang menampilkan makanan khas, salah satunya adalah Kenta . Kegiatan ini bukan sekadar kompetisi, tetapi juga ajang pelestarian kuliner leluhur yang mulai jarang dikenal generasi muda.

Koordinator Kuliner Tradisional Kenta, Ida Prihatin, menjelaskan bahwa kenta merupakan makanan khas yang terbuat dari padi ketan.

“Peserta membawa dua kilogram padi, bisa ketan hijau, ketan hitam, atau ketan putih. Pilihan jenis ketan diserahkan kepada kreativitas masing-masing peserta, padi tersebut kemudian diolah dengan tambahan kelapa muda, gula putih atau merah, air panas atau air muda, dan sedikit garam,” jelasnya saat ditemui Prokalteng.co pada Lomba tersebut, Selasa (20/5/2025).

Rasa dari kenta sendiri sangat khas dan identik dengan rasa ketan. Ida menambahkan bahwa secara umum rasa kenta cenderung manis, namun tidak terlalu dominan.

Baca Juga :  Gubernur Tutup FBIM dan FKN, Juara Umum Barito Utara Bakal Dapat Dana Hibah Rp 25 Milliar

“Kalau menurut saya, kenta itu ya ketan sebenarnya, tapi diberi santan dari kelapa muda, jadi rasanya sedikit manis dan gurih, cita rasa yang sederhana namun kaya akan makna tradisional inilah yang menjadi daya tarik utama makanan ini,” ujarnya.

Kenta bukan sekadar makanan, melainkan simbol budaya dan tradisi yang diwariskan dari nenek moyang. Menurut Ida, kenta dulu biasa disajikan saat panen padi sebagai kudapan utama yang disebut Panganan Bakas  dalam bahasa dayaknya.

“Zaman sekarang, kami ingin memperkenalkan kembali kenta kepada generasi muda. Karena banyak yang bahkan tidak tahu apa itu kenta, tujuan utamanya adalah menghidupkan kembali kesadaran masyarakat akan kuliner tradisional yang hampir terlupakan,” jelasnya lebih lanjut.

Dalam perlombaan kenta di FBIM 2025 ini, para peserta dinilai dari berbagai aspek. Penilaian tidak hanya berfokus pada rasa makanan, tetapi juga pada busana adat yang dikenakan, kerjasama tim dalam proses pembuatan, serta teknik pengolahan bahan.

Baca Juga :  Ivo Sugianto Sabran: Cegah Pernikahan Dini untuk Kurangi Angka Kematian Ibu dan Anak

“Busana adat daerah mereka menjadi salah satu aspek penting. Ini juga tentang bagaimana tim bekerja sama dan membagi tugas,” ungkap Ida.

Penilaian rasa menjadi faktor krusial yang akan ditentukan oleh para juri berpengalaman. Kesempurnaan rasa, keseimbangan bahan, dan kekhasan olahan akan menjadi kriteria utama.

Makanan yang tidak hanya lezat tetapi juga mencerminkan nilai budaya tinggi akan mendapat nilai lebih. Ini sekaligus menjadi cara untuk membuktikan bahwa tradisi kuliner lokal masih relevan dan bisa bersaing dengan makanan modern.

Tahun ini, lomba kenta diikuti oleh 8  kabupaten dari Kalimantan Tengah. Keikutsertaan berbagai daerah ini menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam melestarikan budaya. Dengan semangat kebersamaan dan kecintaan terhadap warisan leluhur.

Festival Budaya Isen Mulang 2025 menjadi momentum penting untuk merawat kekayaan kuliner tradisional seperti kenta agar tetap hidup dan dikenal luas oleh masyarakat. (ndo)

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2025 yang digelar di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, kembali menjadi magnet perhatian masyarakat.

Acara tahunan ini menghadirkan beragam perlombaan yang mengangkat budaya local. Termasuk lomba kuliner tradisional yang menampilkan makanan khas, salah satunya adalah Kenta . Kegiatan ini bukan sekadar kompetisi, tetapi juga ajang pelestarian kuliner leluhur yang mulai jarang dikenal generasi muda.

Koordinator Kuliner Tradisional Kenta, Ida Prihatin, menjelaskan bahwa kenta merupakan makanan khas yang terbuat dari padi ketan.

“Peserta membawa dua kilogram padi, bisa ketan hijau, ketan hitam, atau ketan putih. Pilihan jenis ketan diserahkan kepada kreativitas masing-masing peserta, padi tersebut kemudian diolah dengan tambahan kelapa muda, gula putih atau merah, air panas atau air muda, dan sedikit garam,” jelasnya saat ditemui Prokalteng.co pada Lomba tersebut, Selasa (20/5/2025).

Rasa dari kenta sendiri sangat khas dan identik dengan rasa ketan. Ida menambahkan bahwa secara umum rasa kenta cenderung manis, namun tidak terlalu dominan.

Baca Juga :  Gubernur Tutup FBIM dan FKN, Juara Umum Barito Utara Bakal Dapat Dana Hibah Rp 25 Milliar

“Kalau menurut saya, kenta itu ya ketan sebenarnya, tapi diberi santan dari kelapa muda, jadi rasanya sedikit manis dan gurih, cita rasa yang sederhana namun kaya akan makna tradisional inilah yang menjadi daya tarik utama makanan ini,” ujarnya.

Kenta bukan sekadar makanan, melainkan simbol budaya dan tradisi yang diwariskan dari nenek moyang. Menurut Ida, kenta dulu biasa disajikan saat panen padi sebagai kudapan utama yang disebut Panganan Bakas  dalam bahasa dayaknya.

“Zaman sekarang, kami ingin memperkenalkan kembali kenta kepada generasi muda. Karena banyak yang bahkan tidak tahu apa itu kenta, tujuan utamanya adalah menghidupkan kembali kesadaran masyarakat akan kuliner tradisional yang hampir terlupakan,” jelasnya lebih lanjut.

Dalam perlombaan kenta di FBIM 2025 ini, para peserta dinilai dari berbagai aspek. Penilaian tidak hanya berfokus pada rasa makanan, tetapi juga pada busana adat yang dikenakan, kerjasama tim dalam proses pembuatan, serta teknik pengolahan bahan.

Baca Juga :  Ivo Sugianto Sabran: Cegah Pernikahan Dini untuk Kurangi Angka Kematian Ibu dan Anak

“Busana adat daerah mereka menjadi salah satu aspek penting. Ini juga tentang bagaimana tim bekerja sama dan membagi tugas,” ungkap Ida.

Penilaian rasa menjadi faktor krusial yang akan ditentukan oleh para juri berpengalaman. Kesempurnaan rasa, keseimbangan bahan, dan kekhasan olahan akan menjadi kriteria utama.

Makanan yang tidak hanya lezat tetapi juga mencerminkan nilai budaya tinggi akan mendapat nilai lebih. Ini sekaligus menjadi cara untuk membuktikan bahwa tradisi kuliner lokal masih relevan dan bisa bersaing dengan makanan modern.

Tahun ini, lomba kenta diikuti oleh 8  kabupaten dari Kalimantan Tengah. Keikutsertaan berbagai daerah ini menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam melestarikan budaya. Dengan semangat kebersamaan dan kecintaan terhadap warisan leluhur.

Festival Budaya Isen Mulang 2025 menjadi momentum penting untuk merawat kekayaan kuliner tradisional seperti kenta agar tetap hidup dan dikenal luas oleh masyarakat. (ndo)

Terpopuler

Artikel Terbaru