Site icon Prokalteng

Dinsos Beri Pendampingan Keluarga Sambung Anak Korban Pembunuhan

dinsos-beri-pendampingan-keluarga-sambung-anak-korban-pembunuhan

PALANGKA
RAYA
, PROKALTENG.CO Anak-anak
yang menjadi korban pembunuhan dan bunuh diri di Petuk Katimpun mendapat perhatian
dari Dinas Sosial (Dinsos) Kalteng. Dinsos berupaya melakukan penguatan pada
keluarga sambung yang selama ini merawat dua keponakan pasca ditinggal oleh
kedua orang tuanya.

Kepala Bidang Rehabilitasi
Sosial (Rehsos) Dinsos Kalteng Nonsihai mengatakan, pasca kehilangan orang tua,
apabila anak-anak ini tidak ada yang menjamin dari pihak keluarga maka dapat
diasuh di panti asuhan. Namun, saat ini dua anak-anak ini masih berada pada
pengasuhan kerabat.

“Untuk itu, perlu melakukan
pendampingan kepada keluarga sambung yang nantinya akan merawat anak-anak ini,”
katanya saat diwawancarai di Dinsos Kalteng, Selasa (2/3).

Diungkapkannya, berkenaan
dengan bantuan-bantuan tentu akan diberikan dengan melakukan pendataan terlebih
dahulu dan dimasukkan pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Nantinya
dapat berupa bantuan sosial (bansos) anak ataupun Program Keluarga Harapan
(PKH).

“Nanti masuk melalui usulan
dari kelurahan ke dinsos kota selanjtunya diusulkan ke Dinsos Kalteng dan kami
akan mengusulkannya ke pusat,” tegasnya.

Sementara itu Peksos Rumah
Perlindungan Dan Trauma Center Dinsos Kalteng, Yuli Kustanti, mengatakan, dalam
penanganan anak sebagai korban trauma kekerasan bersinergi dengan Dinas Sosial
(Dinsos) Kota Palangka Raya dan UPT-PPA Kalteng dalam hal penanganan psikologis.
Pihaknya melakukan layanan dukungan psikososial awal baik kepada anak maupun
kerabat korban.

“Bagaimana kita mengurangi
kecemasan pada anak dan keluarganya, dalam hal ini keluarga pengganti yang merawat
dua anak korban itu, bersyukurnya dua anak ini masih memiliki keluarga
pengganti yaitu paman dan tantenya sehingga mereka tidak harus berada di trauma
senter,” katanya, Selasa (2/3).

Diungkapkannya, pada kondisi
seperti ini memang pengasuhan terbaik yakni pada keluarga inti. Untuk itu,
pihaknya melakukan penanganan komprehensif kepada anak, keluarga dan
orang-orang di sekitarnya. Terutama tante dua anak ini, lantaran tantenya kakak
kandung dari perempuan yang menjadi korban pembunuhan.

“Kakak kandungnya mengalami
guncangan, terganggu kesehatan mentalnya karena yang dibunuh adalah adik
kandungnya, perlu penguatan pada dirinya sendiri karena ia juga harus
menguatkan dua keponakannya itu,” ungkapnya.

Pada masa ini memang susah
melakukan komunikasi dengan dua anak itu, sehingga pihaknya menyarankan kepada
orang-orang di sekitarnya untuk tidak mengungkit tentang kronologis kejadian
pada beberapa malam itu. Saat ini, kedua anak itu dialihkan pada aktivitas
hiburan, mencoba mengalihkan perhatian yang masih membekas.

“Sekali kejadian anak paling
kecil itu tantrum, suatu malam terbangun dan menutupi muka mengelilingi tempat
tidur sambil teriak-teriak katanya melihat mamanya,” ujar Yuli.

Kondisi inilah, tambah dia,
harus dibangun supaya anak itu agar kedua anaknya ini lepas dari traumanya.
Apabila bisa di rangking dari satu sampai seratus, pihaknya menyebut saat ini
anak-anak itu masih berada pada trauma di angka seratus.

“Dari seratus ini secara
perlahan bagaimana menjadikan nol, sehingga ketika anak-anak itu mengingat
peristiwa itu namun emosinya tidak memuncak, mungkin hanya menangis dan tidak
sampai tantrum,” tegasnya.

Metode yang dilakukan yakni
pendekatan secara family support dengan menguatkan tantenya terlebih dahulu,
bahkan juga merujuk tantenya untuk diperiksa ke psikolog. Bagaimanapun,
tantenya harus diedukasi bagaimana ke depan mengasuh anak-anak itu.

“Namun saya melihat memang
keluarga mendukung kedua anak-anak ini untuk kembali pada aktivitasnya yang
normal, namun saya tidak bisa memastikan kapan mereka akan bisa kembali pada
masa normal karena setiap anak berbeda-beda,” pungkasnya.

Exit mobile version