PALANGKA RAYA,
KALTENGPOS.CO
– Kepala Dinas Kesehatan Kalteng dr Suyuti Syamsul menyampaikan, salah satu
sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024
adalah meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu dan anak. Pasalnya stunting
terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola
asuh tidak tepat.
Kemudian hal tersebut mengakibatkan kemampuan
kognitif anak tidak berkembang maksimal, mudah sakit dan berdaya saing rendah,
sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan.
“Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin
kompleks saat ini. Selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, kelebihan
gizi juga menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius,” ucap
Suyuti, kemarin.
Dia menerangkan, berdasarkan hasil riskesdas dari
tahun 2018 menunjukkan masih tingginya prevalensi kekurangan gizi pada balita
Indonesia, antara lain 17,7 persen balita gizi kurang di Indonesia, 30,8 persen
balita mengalami stunting dan 10,2 persen balita dalam kondisi kurus. Selain
itu kondisi ibu hamil dalam kondisi kurang energi kronik (KEK) dan sekitar 50
persen ibu hamil menderita anemia.
“Salah satu rekomendasi dalam Global Strategy on Infant and Child Feeding, pola pemberian makan
terbaik bagi bayi dan anak sejak lahir sampai umur 24 bulan,†terangnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, upaya mengatasi masalah
kekurangan gizi pada bayi dan anak balita melalui pemberian makanan bayi dan
anak yang baik dan benar menjadi agenda penting demi menyelamatkan generasi
masa depan. Kegiatan yang dilakukan untuk mengintervensi anak dalam 1000 hari
pertama kehidupannya adalah dengan Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan
Anak (PMBA) bagi petugas kesehatan sebagai promotor kesehatan kepada
masyarakat.
Informasi yang utuh ini penting untuk disampaikan
kepada kader posyandu sebagai sumber daya potensial yang langsung berhubungan
dengan sasaran PMBA. Tenaga kesehatan sebagai fasilitator PMBA perlu dibekali
informasi menyeluruh dan utuh tentang 1000 hari pertama kehidupan, sehingga
mampu menyampaikan kembali kepada konselor PMBA di tingkat posyandu.
“Tujuan kegiatan ini adalah untuk membekali
tenaga kesehatan dengan pengetahuan, keterampilan, dan alat bantu untuk
mendukung ibu, ayah dan pengasuh dalam meningkatkan praktik pemberian makan
kepada bayi dan anak serta ibu hamil. Selain itu difokuskan pada pemantauan
pertumbuhan, pemberian ASI, pemberian makanan pendamping ASI, pemberian makan
pada ibu, bayi dan anak berbasis masyarakat,†urainya.