PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Mantan anggota DPRD Kalteng periode 2019-2024, Yohannes Freddy Ering ramai menjadi perbincangan lantaran komentarnya yang menyebutkan pihak pemadam kebakaran kurang sigap saat kebakaran di Gereja Maranatha, beberapa waktu lalu.
Menyikapi hal itu, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Palangka Raya, Gloriana Aden mengatakan bahwa pihaknya bersama relawan merasa keberatan atas komentar tersebut.
“Menjawab apa yang disampaikan bapak Freddy Ering dalam status facebook beliau, kami menyesalkan adanya komentar tersebut. Artinya beliau belum memahami terkait SOP teknis pemadaman di lapangan,” ucapnya kepada awak media saat ditemui di ruangannya, Jumat (27/9/2024).
Menurutnya, Freddy Ering tidak memahami apa itu api, air, dan udara dalam teknis dan kondisi pemadaman di lapangan. Pihaknya menyesalkan komentar Freddy Ering karena tidak berada di tempat saat insiden.
“Seharusnya beliau melihat, mendengar, memeriksa dan turut serta baru berkomentar. Kami sangat prihatin dan sedih dengan kejadian yang menimpa Gereja Maranatha. Gereja yang sangat bersejarah dan menyimpan banyak dokumen penting yang berarti bagi masyarakat Kota Palangka Raya,” ujarnya.
Menurutnya, ungkapan kurang sigap yang disampaikan Freddy Ering itu, berarti mengatakan pihaknya lamban dalam pemadaman.
“Kami satu jalur dengan gereja, respons time nasional adalah 15 menit. Kami tiba kurang dari tiga menit. Hasil investigasi waktu kebakaran adalah pukul 13.05 WIB, dan kami baru menerima laporan pada pukul 13.48 WIB,” ungkapnya.
Pada saat pihaknya tiba, api sudah merambat ke bagian atas gereja dan pihaknya mengambil langkah blocking area yaitu menyelamatkan gedung-gedung di sekitar gereja. Pemadam kebakaran berhasil menyelamatkan gedung-gedung di sekitar dan aset berharga lainnya.
“Kendala di lapangan yaitu kekurangan air, sehingga pemadam kebakaran harus bolak-balik tiga kali mengambil air. Infrastruktur jalan menjadi kendala, kabel listrik bisa mengenai armada damkar. Selama perjalanan dari mako damkar ke gereja, masyarakat banyak yang tidak mau minggir karena ingin menonton,” ujarnya.
Pihaknya juga tidak memiliki kendaran operasional khusus yang dapat mencapai titik api yang tinggi pada saat kejadian. Bahkan di tingkat provinsi tidak memiliki kendaraan operasional tersebut.
“Ke depan saya berharap tidak ada lagi steatment yang memojokkan petugas pemadam, karena kami sudah berjibaku dengan kata pantang pulang sebelum padam dan nyawa taruhannya,” tutupnya. (jef/hnd)