25.2 C
Jakarta
Monday, November 25, 2024

Jangan Potong Sapi Betina Produktif

PULANG PISAU – Menjelang
hari raya Iduladha, Dinas Pertanian Pulang Pisau mengimbau masyarakat dan pihak
terkait untuk tidak memotong sapi betina yang masih produktif. Menurut Kepala
Dinas Pertanian Pulang Pisau, Untung Slamet Rianto, sebenarnya imbauan untuk
tidak memotong sapi betina produktif itu bukan saat hari raya Iduladha
saja. 

“Pada hari-hari biasa kami
juga mengimbau petani atau peternak dan penjagal agar tidak memotong sapi
betina produktif. Mengingat hari raya Iduladha ini kebutuhan hewan kurban cukup
tinggi, kami kembali mengingatkan agar sapi betina yang masih produktif tidak
dipotong. Imbauan ini juga diatur dalam peraturan menteri pertanian,” kata
Slamet saat dikonfirmasi Kalteng Pos, Rabu (7/8).

Baca Juga :  Vaksin Covid-19 Aman, Lindungi Diri dan Masyarakat

Jika sapi betina produktif
dipotong, sebutnya, dikhawatirkan akan mempengaruhi jumlah populasi sapi di
Pulang Pisau .

“Sayang kalau sapi betina
produktif dipotong. Kan bisa beranak dan berkembang biak, sehingga pupilasi
sapi juga akan semakin meningkat. Ini sekaligus sebagai upaya untuk mewujudkan
swasembada daging,” kata Slamet. 

Dia menyarankan, sapi yang
dipotong untuk kurban yakni sapi jantan. Terlebih, lanjut dia, sapi jantan juga
memiliki harga yang relatif mahal. “Bahkan penjualan sapi jantan bisa
dikembangkan lagi. Misalnya dari satu ekor yang dijual bisa dibelikan sapi yang
lebih muda dua ekor. Dengan demikian sapi akan cepat berkembang dan petani juga
akan mendapat keuntungan,” ujarnya. 

Menurut Slamet, Pulang Pisau
memiliki potensi untuk pengembangan sapi. “Daerah potensial pengembangan
sapi seperti di kecamatan Maliku, Pandih Batu, Kahayan Hilir dan beberapa
kecamatan lainnya. Terlebih di wilayah tersebut memiliki hijauan yang sangat
menunjang dalam pengembangan sapi,” tuturnya. 

Baca Juga :  Bupati Berharap Musrenbang Mampu Selesaikan Persoalan

Dia menambahkan, sejauh ini
ternak sapi di wilayah itu masih banyak yang dijadikan sebagai usaha sampingan.
“Karena mata pencaharian utama masyarakat di wilayah itu kebanyakan
berkebun dan bertani,” kata dia. (art/ram/ctk/nto)

PULANG PISAU – Menjelang
hari raya Iduladha, Dinas Pertanian Pulang Pisau mengimbau masyarakat dan pihak
terkait untuk tidak memotong sapi betina yang masih produktif. Menurut Kepala
Dinas Pertanian Pulang Pisau, Untung Slamet Rianto, sebenarnya imbauan untuk
tidak memotong sapi betina produktif itu bukan saat hari raya Iduladha
saja. 

“Pada hari-hari biasa kami
juga mengimbau petani atau peternak dan penjagal agar tidak memotong sapi
betina produktif. Mengingat hari raya Iduladha ini kebutuhan hewan kurban cukup
tinggi, kami kembali mengingatkan agar sapi betina yang masih produktif tidak
dipotong. Imbauan ini juga diatur dalam peraturan menteri pertanian,” kata
Slamet saat dikonfirmasi Kalteng Pos, Rabu (7/8).

Baca Juga :  Vaksin Covid-19 Aman, Lindungi Diri dan Masyarakat

Jika sapi betina produktif
dipotong, sebutnya, dikhawatirkan akan mempengaruhi jumlah populasi sapi di
Pulang Pisau .

“Sayang kalau sapi betina
produktif dipotong. Kan bisa beranak dan berkembang biak, sehingga pupilasi
sapi juga akan semakin meningkat. Ini sekaligus sebagai upaya untuk mewujudkan
swasembada daging,” kata Slamet. 

Dia menyarankan, sapi yang
dipotong untuk kurban yakni sapi jantan. Terlebih, lanjut dia, sapi jantan juga
memiliki harga yang relatif mahal. “Bahkan penjualan sapi jantan bisa
dikembangkan lagi. Misalnya dari satu ekor yang dijual bisa dibelikan sapi yang
lebih muda dua ekor. Dengan demikian sapi akan cepat berkembang dan petani juga
akan mendapat keuntungan,” ujarnya. 

Menurut Slamet, Pulang Pisau
memiliki potensi untuk pengembangan sapi. “Daerah potensial pengembangan
sapi seperti di kecamatan Maliku, Pandih Batu, Kahayan Hilir dan beberapa
kecamatan lainnya. Terlebih di wilayah tersebut memiliki hijauan yang sangat
menunjang dalam pengembangan sapi,” tuturnya. 

Baca Juga :  Bupati Berharap Musrenbang Mampu Selesaikan Persoalan

Dia menambahkan, sejauh ini
ternak sapi di wilayah itu masih banyak yang dijadikan sebagai usaha sampingan.
“Karena mata pencaharian utama masyarakat di wilayah itu kebanyakan
berkebun dan bertani,” kata dia. (art/ram/ctk/nto)

Terpopuler

Artikel Terbaru