28.4 C
Jakarta
Tuesday, August 19, 2025

Hujan Turun di Baamang dan Mentawa Baru Ketapang Membantu Mengurangi Ancaman Karhutla

SAMPIT, PROKALTENG.CO – Guyuran hujan yang melanda Kota Sampit dan sekitarnya dalam beberapa hari terakhir membawa kabar baik. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur (Kotim) menyebut curah hujan tersebut mampu menekan risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla), setidaknya untuk 10 hingga 15 hari ke depan.

“Hujan yang turun, terutama di Kecamatan Baamang dan Mentawa Baru Ketapang, sangat membantu mengurangi ancaman karhutla. Dengan kondisi ini, Satgas Karhutla bisa sedikit bernapas lega untuk beberapa hari ke depan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim, Multazam, Selasa (19/8).

Sebelumnya, Pemkab Kotim telah menetapkan status siaga darurat karhutla selama 90 hari, mulai 1 Agustus hingga 29 Oktober 2025. Kebijakan ini diambil menyusul meningkatnya jumlah titik panas (hot spot) sejak pertengahan Juni akibat kemarau panjang yang memicu kekeringan ekstrem.

Multazam menjelaskan, muka air tanah di sejumlah wilayah sempat turun drastis hingga minus 40–100 sentimeter, terutama di kawasan gambut. Kondisi ini menjadikan lahan sangat rawan terbakar. Namun, hujan yang turun belakangan ini mulai mengisi kembali cadangan air tanah, membuat lahan gambut lebih lembab dan risiko karhutla pun menurun.

Baca Juga :  Penanganan Sumber Daya Air di Kotim Sudah Sangat Mendesak

“Mudah-mudahan hujan masih berlanjut dalam beberapa hari ke depan. Idealnya, kondisi muka air tanah bisa naik hingga minus 20 atau 10 sentimeter, itu sudah sangat aman. Sebelumnya bahkan sempat menyentuh minus 1 meter,” ujarnya.

Menurut paparan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kotim dalam rapat koordinasi penanganan karhutla, wilayah Kotim sebenarnya masih berada dalam periode musim kemarau. Namun, adanya pertumbuhan awan hujan di beberapa titik membuat curah hujan meningkat dalam sepekan terakhir.

“Memang ada daerah lain seperti Lamandau yang masih banyak titik panas. Tapi di beberapa wilayah lain, termasuk Pulang Pisau dan Kotim, hujan sudah mulai turun dan cukup membantu menekan potensi karhutla,” jelas Multazam.

Baca Juga :  Koperasi yang Sehat Sarana Strategis Menciptakan Kesejahteraan yang Merata

Selain karhutla, BPBD juga menyoroti banjir yang sempat melanda Sampit pada Selasa (12/8). Berdasarkan data BMKG, curah hujan saat itu mencapai 58 milimeter yang tergolong kategori sedang.

Namun, banjir terjadi karena sehari sebelumnya hujan juga mengguyur kawasan hulu. Akibatnya, debit Sungai Mentaya meluap hingga merendam sejumlah titik, termasuk di Kecamatan Bukit Santuai.

“Banjir kemarin bukan hanya dipicu hujan, tapi juga karena bertepatan dengan pasang Sungai Mentaya. Air bahkan sempat mengalir dari Sungai Mentaya ke Sungai Mentawa. Syukurlah sekitar pukul 18.00 WIB permukaan air mulai surut cukup cepat,” terang Multazam, seray berharap tren hujan tetap berlanjut agar mampu menjaga stabilitas air tanah sekaligus menekan risiko karhutla. (bah/kpg)

SAMPIT, PROKALTENG.CO – Guyuran hujan yang melanda Kota Sampit dan sekitarnya dalam beberapa hari terakhir membawa kabar baik. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur (Kotim) menyebut curah hujan tersebut mampu menekan risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla), setidaknya untuk 10 hingga 15 hari ke depan.

“Hujan yang turun, terutama di Kecamatan Baamang dan Mentawa Baru Ketapang, sangat membantu mengurangi ancaman karhutla. Dengan kondisi ini, Satgas Karhutla bisa sedikit bernapas lega untuk beberapa hari ke depan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim, Multazam, Selasa (19/8).

Sebelumnya, Pemkab Kotim telah menetapkan status siaga darurat karhutla selama 90 hari, mulai 1 Agustus hingga 29 Oktober 2025. Kebijakan ini diambil menyusul meningkatnya jumlah titik panas (hot spot) sejak pertengahan Juni akibat kemarau panjang yang memicu kekeringan ekstrem.

Multazam menjelaskan, muka air tanah di sejumlah wilayah sempat turun drastis hingga minus 40–100 sentimeter, terutama di kawasan gambut. Kondisi ini menjadikan lahan sangat rawan terbakar. Namun, hujan yang turun belakangan ini mulai mengisi kembali cadangan air tanah, membuat lahan gambut lebih lembab dan risiko karhutla pun menurun.

Baca Juga :  Penanganan Sumber Daya Air di Kotim Sudah Sangat Mendesak

“Mudah-mudahan hujan masih berlanjut dalam beberapa hari ke depan. Idealnya, kondisi muka air tanah bisa naik hingga minus 20 atau 10 sentimeter, itu sudah sangat aman. Sebelumnya bahkan sempat menyentuh minus 1 meter,” ujarnya.

Menurut paparan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kotim dalam rapat koordinasi penanganan karhutla, wilayah Kotim sebenarnya masih berada dalam periode musim kemarau. Namun, adanya pertumbuhan awan hujan di beberapa titik membuat curah hujan meningkat dalam sepekan terakhir.

“Memang ada daerah lain seperti Lamandau yang masih banyak titik panas. Tapi di beberapa wilayah lain, termasuk Pulang Pisau dan Kotim, hujan sudah mulai turun dan cukup membantu menekan potensi karhutla,” jelas Multazam.

Baca Juga :  Koperasi yang Sehat Sarana Strategis Menciptakan Kesejahteraan yang Merata

Selain karhutla, BPBD juga menyoroti banjir yang sempat melanda Sampit pada Selasa (12/8). Berdasarkan data BMKG, curah hujan saat itu mencapai 58 milimeter yang tergolong kategori sedang.

Namun, banjir terjadi karena sehari sebelumnya hujan juga mengguyur kawasan hulu. Akibatnya, debit Sungai Mentaya meluap hingga merendam sejumlah titik, termasuk di Kecamatan Bukit Santuai.

“Banjir kemarin bukan hanya dipicu hujan, tapi juga karena bertepatan dengan pasang Sungai Mentaya. Air bahkan sempat mengalir dari Sungai Mentaya ke Sungai Mentawa. Syukurlah sekitar pukul 18.00 WIB permukaan air mulai surut cukup cepat,” terang Multazam, seray berharap tren hujan tetap berlanjut agar mampu menjaga stabilitas air tanah sekaligus menekan risiko karhutla. (bah/kpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru