SAMPIT, PROKALTENG.CO– Masalah kesehatan di tengah masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) masih menjadi perhatian serius penerintah daerah setempat. Mengingat masalah kesehatan tersebut sudah menjadi masalah global yang memerlukan penanganan cepat dari berbagai sektor.
Dalam menghadapi masalah kesehatan itu, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci dalam menangani berbagai permasalahan kesehatan yang berasal dari sektor-sektor lain.
“Masalah kesehatan merupakan masalah global yang memerlukan penanganan serius dan kolaborasi lintas sektor, karena banyaknya masalah kesehatan yang berawal dari masalah di sektor lain. Apabila sektor lain berperan, maka masalah kesehatan akan berkurang,” ujar Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Sekretariat Daerah (Setda) Kotim, Rusmiati, saat membacakan sambutan Bupati Kotim Halikinnor dalam rakor eliminasi Tuberkulosis dan pekan imunisasi nasional Polio, Rabu (17/7).
Dalam kegiatan itu, ia juga menyoroti masalah tuberkulosis (TBC) yang masih menjadi perhatian serius di Kabupaten Kotim dan Indonesia secara umum. Sebab, TBC masih menjadi momok menakutkan bagi dunia kesehatan. Terlebih lagi penularan penyakit yang berasal dari bakteri Mycobacterium Tuberculosis sama seperti Covid-19 dengan rentang waktu pengobatan berkisar enam hingga delapan bulan.
“Indonesia menjadi negara dengan penderita TBC nomor 2 terbesar di dunia, setelah India dan disusul dengan Cina. Hal ini menuntut perhatian serius kita bersama, mengingat penularan TBC mirip dengan COVID-19,” ungkapnya.
Dirinya juga menggarisbawahi implementasi Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC, yang menargetkan penurunan kasus TBC dan kematian akibat TBC ke tingkat yang sangat rendah pada tahun 2030.
“Ini menjadi tugas kita bersama untuk menyelesaikannya,” tegasnya.
Dirinya juga memberikan instruksi kepada kepala perangkat daerah untuk aktif dalam skrining TBC dan melaporkan progresnya secara berkala. Dia juga mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga kesehatan pribadi dengan cek kesehatan secara rutin dan mengimbau penderita TBC untuk disiplin dalam minum obat.
“Pencegahan TBC juga sama seperti Covid-19. Bedanya, penyakit ini disebabkan oleh bakteri. Sedangkan Covid-19 oleh virus. Mencuci tangan, memakan makanan bergizi dan menerapkan pola hidup sehat menjadi kunci utama pencegahan penularan penyakit ini,” jelasnya.
Selain TBC, penyakit polio di beberapa daerah di Indonesia juga menjadi sorotan. Hal itu termasuk upaya pencegahan melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio tahun 2024. “Provinsi Kalimantan Tengah, termasuk Kabupaten Kotim, dijadwalkan untuk menggelar PIN Polio mulai tanggal 23 Juli 2024,” ungkapnya.
Ia berpendapat dalam upaya antisipasi meluasnya kejadian luar biasa (KLB) polio, perlu dipastikan keberhasilan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio tahun ini. Terlebih lagi Kabupaten Kotim, sebagai salah satu wilayah penghubung di Kalteng. Hal itu menyebabkan Kotim memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga agar polio tidak menyebar dari daerah lain.
“Kotim menjadi wilayah yang kerap kali dilalui. Jadi kita memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga agar polio tidak menyebar dari daerah lain,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kotim, Umar Kaderi mengingatkan akan pentingnya PIN Polio sebagai langkah antisipasi terhadap penyebaran penyakit polio di daerah ini.
“Kabupaten Kotim, yang tidak memiliki kasus polio, dijadwalkan untuk melaksanakan imunisasi pada tanggal 23 Juli dan 3 Agustus mendatang,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan kegiatan Itu sebagai mempersiapkan pelaksanaan efektif dari upaya penanggulangan TBC dan PIN tahap II, kegiatan itu dihadiri oleh berbagai instansi pemerintah dan tenaga kesehatan.
“Pertemuan ini diikuti oleh 125 orang peserta yang terdiri dari perangkat daerah terkait, camat, kepala puskesmas, pengelola program pencegahan dan pengendalian penyakit TBC, serta pengelola program imunisasi puskesmas se-Kabupaten Kotim,” jelas Umar.(sli/kpg)