27.3 C
Jakarta
Sunday, September 8, 2024

Mau Panen Diterjang Banjir, Ikan di 12 Tambak Keluar Semua

SAMPIT, PROKALTENG.CO– Hujan deras yang mengguyur Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) membuat kota berjuluk Mentaya ini direndam banjir. Beberapa titik dua kecamatan besar di Kota Sampit yaitu Kecamatan Ketapang dan Baamang terendam banjir. Banjir bahkan membuat beberapa warga terpaksa mengungsi akibat tingginya debit air.

Diperkirakan, banjir yang melanda Kota Sampit pada Rabu (1/5) itu merupakan banjir yang terparah sepanjang tahun 2024 ini. Ketinggian air dibeberapa lokasi bahkan melewati lutut orang dewasa. Kondisi ini sudah berlangsung sejak awal pekan lalu. Setidaknya ada 20 titik yang tercatat tergenang banjir.

Banjir rupanya tidak hanya berdampak bagi rumah warga saja. Mata pencaharian wargapun ikut terdampak. Salah satu dampaknya dirasakan oleh Mat Kholil, warga Jalan Antang Barat, Kelurahan Sawahan.

Pria yang sehati-hari aktif mengurusi tambak ikan Lele dan kebun seluas satu hektar disekitaran rumahnya itu harus menelan kerugian puluhan juta rupiah akibat ikan yang tengah dipeliharanya keluar kolam akibat meluapnya air. Sontak saja, hal itu dimanfaatkan warga sekitar untuk memancing di bahu-bahu jalan.

Baca Juga :  Penggunaan Racun Api untuk Mempercepat Proses Pemadaman

“Tambak saya 12 buah ikannya keluar semua. Padaham rencananya hari Minggu ini dua tambak itu ingin saya panen. Kalau dihitung-hitung kerugian bisamencapai Rp 50 hingga Rp 60 juta,” ujarnya kepada, Kalteng Pos, Rabu (1/5).

Tak hanya tambaknya yang merugi. Kebun singkong, dan sayur-sayuran yang ia tanam juga gagal panen akibat banjir. Banjir yang menggenang di wilayahnya mencapai ketinggian hampir selutut orang dewasa. Hal itu membuatnya harus mengungsi ke rumah sanak saudara yang lebih aman.

“Semuanya gagal panen. Padahal saya sudah menanam kangkung, singkong dan sebagainya. Akibat banjir satu hektar lahan saya tidak bisa dipanen,” terangnya.

Ia berharap kondisi ini tidak berlarut-larut. Sehingga ia bisa kembali menjalankan aktivitas seperti biasanya. “Kalau inikan faktor alam. Jadi tidak ada yang bisa disalahkan. Semoga kondisi ini tidak berlangsung lama,” tuturnya.

Baca Juga :  Bupati Apresiasi Perusahaan dan Perbankan yang Memiliki Kepedulian Sosial

Sementara itu, Wakil Bupati (Wabup) Kotim, Irawati yang langsung tutun mengecek kondisi banjir di dalam kota mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi banjir menggenang di Kota Sampit.

“Banjir ini terparah untuk tahun ini. Faktornya karena musim hujan, air pasang, dan aliran air yang tersumbat rerumputan, sampah dan sebagainya. Ada juga rumah warga yang menjorok ke sungai yang menutup aliran sungai,” katanya.

Pemerintah sendiri telah melakukan pembersihan. Namun, ada beberapa titik yang belum dilakukan pembersihan. Pembersihan akan dilakukan secara bertahap dibeberapa titik untuk memperlancar aliran air dan mencegah banjir terjadi.

“Kita sudah melakukan pembersihan di beberapa titik di bagian atas. Namun dibagian pertengahan Ketapang, Baamang, Sawahan dan Keramat itu belum. Sehingga air kembali ke tengah. Kita akan atasi banjir dulu untuk jangka pendek ini. Nanti kita akan lakukan kembali gotong royong untuk jangka panjang,” pungkasnya.(sli/kpg)

 

SAMPIT, PROKALTENG.CO– Hujan deras yang mengguyur Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) membuat kota berjuluk Mentaya ini direndam banjir. Beberapa titik dua kecamatan besar di Kota Sampit yaitu Kecamatan Ketapang dan Baamang terendam banjir. Banjir bahkan membuat beberapa warga terpaksa mengungsi akibat tingginya debit air.

Diperkirakan, banjir yang melanda Kota Sampit pada Rabu (1/5) itu merupakan banjir yang terparah sepanjang tahun 2024 ini. Ketinggian air dibeberapa lokasi bahkan melewati lutut orang dewasa. Kondisi ini sudah berlangsung sejak awal pekan lalu. Setidaknya ada 20 titik yang tercatat tergenang banjir.

Banjir rupanya tidak hanya berdampak bagi rumah warga saja. Mata pencaharian wargapun ikut terdampak. Salah satu dampaknya dirasakan oleh Mat Kholil, warga Jalan Antang Barat, Kelurahan Sawahan.

Pria yang sehati-hari aktif mengurusi tambak ikan Lele dan kebun seluas satu hektar disekitaran rumahnya itu harus menelan kerugian puluhan juta rupiah akibat ikan yang tengah dipeliharanya keluar kolam akibat meluapnya air. Sontak saja, hal itu dimanfaatkan warga sekitar untuk memancing di bahu-bahu jalan.

Baca Juga :  Penggunaan Racun Api untuk Mempercepat Proses Pemadaman

“Tambak saya 12 buah ikannya keluar semua. Padaham rencananya hari Minggu ini dua tambak itu ingin saya panen. Kalau dihitung-hitung kerugian bisamencapai Rp 50 hingga Rp 60 juta,” ujarnya kepada, Kalteng Pos, Rabu (1/5).

Tak hanya tambaknya yang merugi. Kebun singkong, dan sayur-sayuran yang ia tanam juga gagal panen akibat banjir. Banjir yang menggenang di wilayahnya mencapai ketinggian hampir selutut orang dewasa. Hal itu membuatnya harus mengungsi ke rumah sanak saudara yang lebih aman.

“Semuanya gagal panen. Padahal saya sudah menanam kangkung, singkong dan sebagainya. Akibat banjir satu hektar lahan saya tidak bisa dipanen,” terangnya.

Ia berharap kondisi ini tidak berlarut-larut. Sehingga ia bisa kembali menjalankan aktivitas seperti biasanya. “Kalau inikan faktor alam. Jadi tidak ada yang bisa disalahkan. Semoga kondisi ini tidak berlangsung lama,” tuturnya.

Baca Juga :  Bupati Apresiasi Perusahaan dan Perbankan yang Memiliki Kepedulian Sosial

Sementara itu, Wakil Bupati (Wabup) Kotim, Irawati yang langsung tutun mengecek kondisi banjir di dalam kota mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi banjir menggenang di Kota Sampit.

“Banjir ini terparah untuk tahun ini. Faktornya karena musim hujan, air pasang, dan aliran air yang tersumbat rerumputan, sampah dan sebagainya. Ada juga rumah warga yang menjorok ke sungai yang menutup aliran sungai,” katanya.

Pemerintah sendiri telah melakukan pembersihan. Namun, ada beberapa titik yang belum dilakukan pembersihan. Pembersihan akan dilakukan secara bertahap dibeberapa titik untuk memperlancar aliran air dan mencegah banjir terjadi.

“Kita sudah melakukan pembersihan di beberapa titik di bagian atas. Namun dibagian pertengahan Ketapang, Baamang, Sawahan dan Keramat itu belum. Sehingga air kembali ke tengah. Kita akan atasi banjir dulu untuk jangka pendek ini. Nanti kita akan lakukan kembali gotong royong untuk jangka panjang,” pungkasnya.(sli/kpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru