28.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Bergandengan Tangan Melawan Pandemi

TURUT menangani pasien Covid-19 sejak awal pandemi, ketakutan saya akhirnya terjadi bulan lalu. Saya, suami, dan asisten rumah tangga terpapar Covid-19. Ketakutan terpapar atau ada keluarga yang terinfeksi SARS-CoV-2 selalu ada sejak saya kali pertama merawat pasien Covid-19. Ketakutan menjadi-jadi saat ada kenaikan kasus.

Sebab, saya juga menangani pasien Covid-19 di rumah sakit tempat saya praktik.

Mag sempat kambuh pada Desember hingga Januari karena melihat angka Covid-19 semakin memuncak. Saya, tenaga kesehatan (nakes), juga manusia yang memiliki rasa takut. Perasaan takut inilah yang kerap menjajah saya.

Karena itu, pada Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-76 Kemerdekaan Indonesia, saya, teman-teman nakes lain yang berjuang di garis depan, dan seluruh warga negeri ini sangat berharap bisa segera merdeka dari pandemi. Makna kemerdekaan untuk sekarang ini adalah sehat. Saya sehat. Anda sehat. Keluarga kita sehat. Masyarakat semua sehat. Covid-19 tidak lagi menjajah dunia.

Sangat sedih ketika mendengar keluarga dan sejawat terpapar Covid-19. Apalagi, ada yang meninggal akibat penyakit ini. Ketika setiap hari berada di ruang isolasi, memeriksa laporan kondisi kesehatan pasien, bukan hanya fisik yang lelah. Tetapi juga mental. Karena itulah, kami, para nakes, meminta dukungan banyak pihak untuk sama-sama melawan pandemi ini. Semua harus bergandengan tangan seperti para pahlawan dulu melawan penjajah.

Baca Juga :  Hijrah dan Fenomena Global Islam

Pemerintah dengan kebijakannya harus menguatkan penanggulangan pandemi. Kebijakan yang dikeluarkan seharusnya berakar pada sektor kesehatan. Cita-cita besarnya adalah bangsa ini bebas dari Covid-19. Gandenglah para ahli dalam kebijakan yang dikeluarkan. Pemerintah bukan hanya yang di pusat, tetapi juga para gubernur, bupati, wali kota, hingga tingkat RT sejalan.

Masyarakat juga harus mengambil peran. Menerapkan protokol kesehatan dengan tertib. Memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan harus menjadi kebiasaan. Selanjutnya dilengkapi dengan vaksinasi Covid-19. Lalu, tidak menyebarkan, apalagi memproduksi, informasi yang belum tentu benar.

Robot Delta Jadi Inspektur Upacara 17 Agustus

Dari sisi nakes, saat akan bertempur melawan Covid-19, saya ingin diberi ”senjata”. Misalnya, dipenuhi alat pelindung diri (APD). Pemberian vaksin juga menambah kepercayaan diri. Dua hal itu memberikan rasa aman bagi tenaga kesehatan saat melayani masyarakat. Selain itu, sangat membantu tenaga kesehatan dalam menanggulangi Covid-19.

Baca Juga :  Kishore Mahbubani dan Peran Intelektual

 

Yang bisa saya lakukan sekarang selain memberikan layanan kesehatan kepada mereka yang terinfeksi Covid-19 adalah melakukan edukasi. Media sosial saya gunakan untuk menjangkau lebih banyak orang.

Ini bermula dari keprihatinan saya terhadap misinformasi yang dialami masyarakat. Akibatnya, banyak informasi yang tidak efektif ataupun hoaks yang tersebar. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan hanya dengan mitos. Harus diselesaikan secara saintifik. Harus ada yang mengambil peran untuk memberikan penjelasan. Karena itu, di sela-sela pelayanan kepada pasien, saya rutin memberikan informasi terkait dengan Covid-19.

Masyarakat sudah seharusnya mendapatkan informasi yang benar dan sesuai dengan kaidah ilmiah. Jadi, mereka tidak hanya disuguhi ketakutan, tetapi juga mengetahui karakter penyakit dan cara menanggulanginya. Intervensi untuk membasmi penyakit ini akan lebih mudah jika seluruh pihak waspada dengan kondisi yang ada.

 

Dengan menghadapi secara bersama-sama, semoga pandemi ini segera hilang. Semoga semua sehat.

 

Disarikan dari wawancara dengan wartawan Jawa Pos Ferlynda Putri

TURUT menangani pasien Covid-19 sejak awal pandemi, ketakutan saya akhirnya terjadi bulan lalu. Saya, suami, dan asisten rumah tangga terpapar Covid-19. Ketakutan terpapar atau ada keluarga yang terinfeksi SARS-CoV-2 selalu ada sejak saya kali pertama merawat pasien Covid-19. Ketakutan menjadi-jadi saat ada kenaikan kasus.

Sebab, saya juga menangani pasien Covid-19 di rumah sakit tempat saya praktik.

Mag sempat kambuh pada Desember hingga Januari karena melihat angka Covid-19 semakin memuncak. Saya, tenaga kesehatan (nakes), juga manusia yang memiliki rasa takut. Perasaan takut inilah yang kerap menjajah saya.

Karena itu, pada Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-76 Kemerdekaan Indonesia, saya, teman-teman nakes lain yang berjuang di garis depan, dan seluruh warga negeri ini sangat berharap bisa segera merdeka dari pandemi. Makna kemerdekaan untuk sekarang ini adalah sehat. Saya sehat. Anda sehat. Keluarga kita sehat. Masyarakat semua sehat. Covid-19 tidak lagi menjajah dunia.

Sangat sedih ketika mendengar keluarga dan sejawat terpapar Covid-19. Apalagi, ada yang meninggal akibat penyakit ini. Ketika setiap hari berada di ruang isolasi, memeriksa laporan kondisi kesehatan pasien, bukan hanya fisik yang lelah. Tetapi juga mental. Karena itulah, kami, para nakes, meminta dukungan banyak pihak untuk sama-sama melawan pandemi ini. Semua harus bergandengan tangan seperti para pahlawan dulu melawan penjajah.

Baca Juga :  Hijrah dan Fenomena Global Islam

Pemerintah dengan kebijakannya harus menguatkan penanggulangan pandemi. Kebijakan yang dikeluarkan seharusnya berakar pada sektor kesehatan. Cita-cita besarnya adalah bangsa ini bebas dari Covid-19. Gandenglah para ahli dalam kebijakan yang dikeluarkan. Pemerintah bukan hanya yang di pusat, tetapi juga para gubernur, bupati, wali kota, hingga tingkat RT sejalan.

Masyarakat juga harus mengambil peran. Menerapkan protokol kesehatan dengan tertib. Memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan harus menjadi kebiasaan. Selanjutnya dilengkapi dengan vaksinasi Covid-19. Lalu, tidak menyebarkan, apalagi memproduksi, informasi yang belum tentu benar.

Robot Delta Jadi Inspektur Upacara 17 Agustus

Dari sisi nakes, saat akan bertempur melawan Covid-19, saya ingin diberi ”senjata”. Misalnya, dipenuhi alat pelindung diri (APD). Pemberian vaksin juga menambah kepercayaan diri. Dua hal itu memberikan rasa aman bagi tenaga kesehatan saat melayani masyarakat. Selain itu, sangat membantu tenaga kesehatan dalam menanggulangi Covid-19.

Baca Juga :  Kishore Mahbubani dan Peran Intelektual

 

Yang bisa saya lakukan sekarang selain memberikan layanan kesehatan kepada mereka yang terinfeksi Covid-19 adalah melakukan edukasi. Media sosial saya gunakan untuk menjangkau lebih banyak orang.

Ini bermula dari keprihatinan saya terhadap misinformasi yang dialami masyarakat. Akibatnya, banyak informasi yang tidak efektif ataupun hoaks yang tersebar. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan hanya dengan mitos. Harus diselesaikan secara saintifik. Harus ada yang mengambil peran untuk memberikan penjelasan. Karena itu, di sela-sela pelayanan kepada pasien, saya rutin memberikan informasi terkait dengan Covid-19.

Masyarakat sudah seharusnya mendapatkan informasi yang benar dan sesuai dengan kaidah ilmiah. Jadi, mereka tidak hanya disuguhi ketakutan, tetapi juga mengetahui karakter penyakit dan cara menanggulanginya. Intervensi untuk membasmi penyakit ini akan lebih mudah jika seluruh pihak waspada dengan kondisi yang ada.

 

Dengan menghadapi secara bersama-sama, semoga pandemi ini segera hilang. Semoga semua sehat.

 

Disarikan dari wawancara dengan wartawan Jawa Pos Ferlynda Putri

Terpopuler

Artikel Terbaru