25.6 C
Jakarta
Monday, November 25, 2024

Pak Ci Tiada, Ciputra Group Tetap Kukuh

Ciputra memang telah berpulang. Namun, jaringan bisnis yang
dinaungi Ciputra Group tetap berjalan seperti biasa. Tidak ada yang berubah.
Hal itu dipastikan oleh putri sulung almarhum, Rina Ciputra Sastrawinata,
kemarin. ”Kami mempertahankan bentuk organisasi yang sekarang. Seperti
diketahui, ayah saya sudah menjabat sebagai komisaris utama, lalu Dirut adalah
Candra Ciputra. Jadi, tidak ada perubahan pada struktur organisasi,” tutur dia
dalam konferensi pers di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, kemarin (28/11).

Dengan kondisi itu, kerajaan bisnis Ciputra dipastikan tetap
kukuh. Seperti diketahui, selain meninggalkan istri, 4 anak, 4 menantu, 10
cucu, 4 cucu menantu, dan 7 cicit, Pak Ci –sapaan Ciputra– juga meninggalkan warisan
kerajaan bisnis. Hingga akhir hayatnya, pria yang bernama lahir Tjie Tjin Hoan
itu masih tercatat sebagai komisaris utama PT Ciputra Development Tbk.

Selama ini, Ciputra berperan memberikan saran dan arahan untuk
proyek-proyek yang akan dikerjakan. Sebagai komisaris utama, Ciputra dijuluki
sebagai creative navigator. ”Meskipun secara bisnis tidak berubah, kami jelas
kehilangan seorang creative navigator,” sambung Rina dengan suara bergetar.

Generasi ketiga Ciputra yang juga direktur Ciputra Residence,
Nararya Ciputra Sastrawinata, menambahkan, tidak akan ada hambatan dalam
pengembangan proyek-proyek berikutnya. Bahkan, pihaknya sudah mempersiapkan
beberapa rencana. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk diluncurkan.
”Generasi penerusnya sudah bersiap dan bekerja sebaik mungkin,” kata putra
ketiga pasangan Budiarsa Sastrawinata-Rina Ciputra itu.

Baca Juga :  Deddy Bertanya kepada Ariel NOAH, Apakah Tertarik jadi Capres?

Rina melanjutkan, sebelum Pak Ci mengembuskan napas terakhir
pun, tak ada pesan-pesan khusus yang ditinggalkan untuk keluarga. Namun,
nilai-nilai integritas yang selalu dipegang erat terus membekas di keluarganya.
”Ayah saya itu seorang mentor, seorang guru. Setiap kali bertemu, selalu ada
pesan-pesan khusus yang memotivasi kami semua,” imbuh perempuan 64 tahun itu.

Sebelum tutup usia, Pak Ci sempat dirawat di rumah sakit
Singapura selama 42 hari. Dua hari sebelum kepergiannya, Ciputra juga masih
bisa diajak berdiskusi. Menurut Rina, tak ada penyakit serius yang diderita
sang ayah. ”Ayah meninggal karena usia. Seperti Anda semua tahu, ayah sudah
berusia 88 tahun,” jelasnya.

Saat Jawa Pos mendatangi Gleneagles Hospital Singapore
yang menjadi tempat Ciputra tutup usia, pihak rumah sakit enggan membeberkan
penyakit dan lamanya perawatan. Salah satu resepsionis yang ditemui menyatakan
bahwa hal itu adalah privasi pasien.

Menurut informasi yang Jawa Pos dapatkan, Ciputra mengalami
pneumonia. Penyakit itu adalah inflamasi pada paru-paru. Biasanya, penderita
mengalami batuk berdahak hingga sulit bernapas. Penyebabnya bisa virus maupun
bakteri. Hal itu juga dibenarkan oleh Harun Hajadi, menantu Ciputra. ”Iya, Pak
Ci kena pneumonia, infeksi paru-paru,” kata dia kepada Jawa Pos kemarin
(28/11).

Baca Juga :  Ini Enam Syarat Terapkan New Normal dari WHO

Semasa hidup, Ciputra dikenal sebagai sosok pekerja keras,
pribadi yang sederhana, dan pengusaha properti ulung. Senior Director Ciputra
Group Tanan Herwandi Antonius menceritakan, Ciputra adalah sosok pimpinan yang
mau menolong siapa pun.

Suatu ketika Antonius yang menemani Ciputra untuk wawancara
khusus dengan media nasional disodori potret buruh migran yang sedang berupaya
buruh diri. ”Pak Ci saat itu juga langsung meneteskan air mata. Kami semua
kaget. Saat itu juga beliau berpesan, kita harus melatih buruh migran,”
kenangnya. Sejak saat itu pula Grup Ciputra memutuskan untuk melatih buruh
migran. Program tersebut telah berlangsung delapan tahun.

Antonius juga terkejut ketika dalam sebuah kesempatan Ciputra
mengatakan keinginan lainnya. ”Bapak pernah bilang ke saya, ’Antonius, kamu
harus bisa melatih orang paling hina di Indonesia.’ Saya terkejut, lalu dia
mengatakan, ’Kamu harus bisa membantu melalui entrepreneurship untuk mantan PSK
(pekerja seks komersial, Red) yang sudah tua,’” bebernya. Ternyata, lanjut
Antonius, Ciputra menganggap mantan PSK sebagai golongan rakyat yang harus
ditolong. Mereka, menurut Ciputra, punya kesempatan untuk mendapatkan masa
depan yang lebih baik. ”Rakyat jelata, orang menderita, selalu ada di hati
beliau,” katanya.(jpc)

 

Ciputra memang telah berpulang. Namun, jaringan bisnis yang
dinaungi Ciputra Group tetap berjalan seperti biasa. Tidak ada yang berubah.
Hal itu dipastikan oleh putri sulung almarhum, Rina Ciputra Sastrawinata,
kemarin. ”Kami mempertahankan bentuk organisasi yang sekarang. Seperti
diketahui, ayah saya sudah menjabat sebagai komisaris utama, lalu Dirut adalah
Candra Ciputra. Jadi, tidak ada perubahan pada struktur organisasi,” tutur dia
dalam konferensi pers di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, kemarin (28/11).

Dengan kondisi itu, kerajaan bisnis Ciputra dipastikan tetap
kukuh. Seperti diketahui, selain meninggalkan istri, 4 anak, 4 menantu, 10
cucu, 4 cucu menantu, dan 7 cicit, Pak Ci –sapaan Ciputra– juga meninggalkan warisan
kerajaan bisnis. Hingga akhir hayatnya, pria yang bernama lahir Tjie Tjin Hoan
itu masih tercatat sebagai komisaris utama PT Ciputra Development Tbk.

Selama ini, Ciputra berperan memberikan saran dan arahan untuk
proyek-proyek yang akan dikerjakan. Sebagai komisaris utama, Ciputra dijuluki
sebagai creative navigator. ”Meskipun secara bisnis tidak berubah, kami jelas
kehilangan seorang creative navigator,” sambung Rina dengan suara bergetar.

Generasi ketiga Ciputra yang juga direktur Ciputra Residence,
Nararya Ciputra Sastrawinata, menambahkan, tidak akan ada hambatan dalam
pengembangan proyek-proyek berikutnya. Bahkan, pihaknya sudah mempersiapkan
beberapa rencana. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk diluncurkan.
”Generasi penerusnya sudah bersiap dan bekerja sebaik mungkin,” kata putra
ketiga pasangan Budiarsa Sastrawinata-Rina Ciputra itu.

Baca Juga :  Deddy Bertanya kepada Ariel NOAH, Apakah Tertarik jadi Capres?

Rina melanjutkan, sebelum Pak Ci mengembuskan napas terakhir
pun, tak ada pesan-pesan khusus yang ditinggalkan untuk keluarga. Namun,
nilai-nilai integritas yang selalu dipegang erat terus membekas di keluarganya.
”Ayah saya itu seorang mentor, seorang guru. Setiap kali bertemu, selalu ada
pesan-pesan khusus yang memotivasi kami semua,” imbuh perempuan 64 tahun itu.

Sebelum tutup usia, Pak Ci sempat dirawat di rumah sakit
Singapura selama 42 hari. Dua hari sebelum kepergiannya, Ciputra juga masih
bisa diajak berdiskusi. Menurut Rina, tak ada penyakit serius yang diderita
sang ayah. ”Ayah meninggal karena usia. Seperti Anda semua tahu, ayah sudah
berusia 88 tahun,” jelasnya.

Saat Jawa Pos mendatangi Gleneagles Hospital Singapore
yang menjadi tempat Ciputra tutup usia, pihak rumah sakit enggan membeberkan
penyakit dan lamanya perawatan. Salah satu resepsionis yang ditemui menyatakan
bahwa hal itu adalah privasi pasien.

Menurut informasi yang Jawa Pos dapatkan, Ciputra mengalami
pneumonia. Penyakit itu adalah inflamasi pada paru-paru. Biasanya, penderita
mengalami batuk berdahak hingga sulit bernapas. Penyebabnya bisa virus maupun
bakteri. Hal itu juga dibenarkan oleh Harun Hajadi, menantu Ciputra. ”Iya, Pak
Ci kena pneumonia, infeksi paru-paru,” kata dia kepada Jawa Pos kemarin
(28/11).

Baca Juga :  Ini Enam Syarat Terapkan New Normal dari WHO

Semasa hidup, Ciputra dikenal sebagai sosok pekerja keras,
pribadi yang sederhana, dan pengusaha properti ulung. Senior Director Ciputra
Group Tanan Herwandi Antonius menceritakan, Ciputra adalah sosok pimpinan yang
mau menolong siapa pun.

Suatu ketika Antonius yang menemani Ciputra untuk wawancara
khusus dengan media nasional disodori potret buruh migran yang sedang berupaya
buruh diri. ”Pak Ci saat itu juga langsung meneteskan air mata. Kami semua
kaget. Saat itu juga beliau berpesan, kita harus melatih buruh migran,”
kenangnya. Sejak saat itu pula Grup Ciputra memutuskan untuk melatih buruh
migran. Program tersebut telah berlangsung delapan tahun.

Antonius juga terkejut ketika dalam sebuah kesempatan Ciputra
mengatakan keinginan lainnya. ”Bapak pernah bilang ke saya, ’Antonius, kamu
harus bisa melatih orang paling hina di Indonesia.’ Saya terkejut, lalu dia
mengatakan, ’Kamu harus bisa membantu melalui entrepreneurship untuk mantan PSK
(pekerja seks komersial, Red) yang sudah tua,’” bebernya. Ternyata, lanjut
Antonius, Ciputra menganggap mantan PSK sebagai golongan rakyat yang harus
ditolong. Mereka, menurut Ciputra, punya kesempatan untuk mendapatkan masa
depan yang lebih baik. ”Rakyat jelata, orang menderita, selalu ada di hati
beliau,” katanya.(jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru