29.6 C
Jakarta
Wednesday, October 29, 2025

Awas! Hujan Lebat dan Cuaca Ekstrem Siap Guyur Indonesia Sepekan Penuh, Ini Penyebabnya

PROKALTENG.CO-Cuaca ekstrem kembali mengintai Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami hujan lebat hingga sangat lebat selama sepekan ke depan, mulai 28 Oktober hingga 3 November 2025.

Menurut BMKG, fenomena ini bukan sekadar hujan musiman, melainkan hasil dari interaksi kompleks berbagai faktor atmosfer — mulai dari pengaruh global seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) hingga fenomena lokal seperti sirkulasi siklonik dan konvergensi angin di sekitar wilayah tropis Indonesia.

“Selama beberapa hari mendatang, pertumbuhan awan konvektif akan meningkat signifikan di sejumlah wilayah. Kondisi udara saat ini sangat labil, memicu potensi hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi,” ungkap BMKG dalam Prospek Cuaca Mingguan yang dirilis, Selasa (29/10/2025).

Musim Hujan Mulai Meluas, Cuaca Panas Mulai Reda

BMKG mencatat, sekitar 43,8 persen zona musim (ZOM) di Indonesia telah resmi memasuki musim hujan pada paruh kedua Oktober 2025.

Dalam beberapa minggu ke depan, musim hujan diperkirakan akan terus meluas ke wilayah selatan dan timur Indonesia, termasuk sebagian besar Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga Papua.

Adapun puncak musim hujan diprediksi akan terjadi pada November–Desember 2025 untuk kawasan barat Indonesia, dan Januari–Februari 2026 untuk wilayah selatan dan timur.

Fenomena ini juga menandai berakhirnya cuaca panas ekstrem yang sempat melanda Indonesia di awal Oktober. BMKG memastikan tidak ada lagi wilayah yang mencatat suhu maksimum di atas 36°C.

Baca Juga :  Distribusi Beras SPHP Dimassifkan, Bulog Pastikan Stok Aman dan Harga Stabil

Saat ini, suhu tertinggi hanya tercatat di Lampung Utara (35,8°C), Kupang (35,5°C), dan Manokwari (34,8°C) — angka yang menunjukkan peralihan nyata menuju musim penghujan.

Fenomena Atmosfer Jadi Pemicu Utama

Dalam penjelasan resminya, BMKG menyebut sejumlah fenomena atmosfer sebagai pemicu utama meningkatnya curah hujan di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Madden-Julian Oscillation (MJO)— gelombang atmosfer global yang meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah tropis.
  2. Gelombang Rossby Ekuator dan Kelvin— dua fenomena yang memengaruhi pola angin dan memperkuat pembentukan awan hujan di atas wilayah Indonesia.
  3. Sirkulasi Siklonik— terpantau di Laut Cina Selatan, perairan selatan Kalimantan Tengah, dan Samudra Pasifik utara Papua Barat Daya, yang membentuk zona konvergensi atau pertemuan angin, sehingga memicu intensitas hujan tinggi.

Gabungan dari seluruh fenomena ini menciptakan kondisi atmosfer yang sangat aktif, menyebabkan awan hujan tumbuh cepat dan menyebar luas hampir di seluruh wilayah tanah air.

Daerah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat

BMKG memetakan sejumlah daerah yang berpotensi terdampak hujan dengan intensitas tinggi dalam sepekan mendatang. Di antaranya:

  • Sumatra bagian selatan
  • Pulau Jawa
  • Kalimantan bagian tengah dan selatan
  • Sulawesi bagian tengah dan selatan
  • Maluku
  • Sebagian besar wilayah Papua

Daerah-daerah tersebut diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir, genangan air, dan longsor, terutama di wilayah rawan yang memiliki sistem drainase buruk atau kontur tanah curam.

Baca Juga :  Waspada, Covid-19 Varian Delta Bisa Menular Lewat Mata

BMKG Imbau Masyarakat Tetap Waspada

Melihat tren cuaca yang cenderung ekstrem, BMKG mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap perubahan cuaca mendadak, terutama bagi warga yang tinggal di daerah pesisir, bantaran sungai, dan perbukitan.

“Dengan meningkatnya potensi hujan lebat dan angin kencang, masyarakat diharapkan terus memantau informasi resmi dari BMKG dan tidak mudah percaya pada kabar yang tidak dapat dipertanggungjawabkan,” tulis BMKG.

Selain itu, masyarakat diimbau untuk mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, hingga pohon tumbang yang sering terjadi saat puncak musim hujan.

Waspada, Tapi Jangan Panik

Fenomena cuaca ekstrem yang terjadi pekan ini adalah bagian dari siklus alamiah yang menandai peralihan menuju musim penghujan. Namun, dengan kondisi atmosfer yang aktif dan kompleks, BMKG menilai penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan.

Hujan deras memang tak bisa dihindari, tapi dampaknya bisa diminimalkan dengan disiplin informasi, kesiapan lingkungan, dan kewaspadaan bersama.

Karena di negeri tropis seperti Indonesia, hujan bukan sekadar air yang turun dari langit, melainkan pengingat agar kita tetap tangguh menghadapi setiap perubahan alam. (jpg)

 

PROKALTENG.CO-Cuaca ekstrem kembali mengintai Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami hujan lebat hingga sangat lebat selama sepekan ke depan, mulai 28 Oktober hingga 3 November 2025.

Menurut BMKG, fenomena ini bukan sekadar hujan musiman, melainkan hasil dari interaksi kompleks berbagai faktor atmosfer — mulai dari pengaruh global seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) hingga fenomena lokal seperti sirkulasi siklonik dan konvergensi angin di sekitar wilayah tropis Indonesia.

“Selama beberapa hari mendatang, pertumbuhan awan konvektif akan meningkat signifikan di sejumlah wilayah. Kondisi udara saat ini sangat labil, memicu potensi hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi,” ungkap BMKG dalam Prospek Cuaca Mingguan yang dirilis, Selasa (29/10/2025).

Musim Hujan Mulai Meluas, Cuaca Panas Mulai Reda

BMKG mencatat, sekitar 43,8 persen zona musim (ZOM) di Indonesia telah resmi memasuki musim hujan pada paruh kedua Oktober 2025.

Dalam beberapa minggu ke depan, musim hujan diperkirakan akan terus meluas ke wilayah selatan dan timur Indonesia, termasuk sebagian besar Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga Papua.

Adapun puncak musim hujan diprediksi akan terjadi pada November–Desember 2025 untuk kawasan barat Indonesia, dan Januari–Februari 2026 untuk wilayah selatan dan timur.

Fenomena ini juga menandai berakhirnya cuaca panas ekstrem yang sempat melanda Indonesia di awal Oktober. BMKG memastikan tidak ada lagi wilayah yang mencatat suhu maksimum di atas 36°C.

Baca Juga :  Distribusi Beras SPHP Dimassifkan, Bulog Pastikan Stok Aman dan Harga Stabil

Saat ini, suhu tertinggi hanya tercatat di Lampung Utara (35,8°C), Kupang (35,5°C), dan Manokwari (34,8°C) — angka yang menunjukkan peralihan nyata menuju musim penghujan.

Fenomena Atmosfer Jadi Pemicu Utama

Dalam penjelasan resminya, BMKG menyebut sejumlah fenomena atmosfer sebagai pemicu utama meningkatnya curah hujan di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Madden-Julian Oscillation (MJO)— gelombang atmosfer global yang meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah tropis.
  2. Gelombang Rossby Ekuator dan Kelvin— dua fenomena yang memengaruhi pola angin dan memperkuat pembentukan awan hujan di atas wilayah Indonesia.
  3. Sirkulasi Siklonik— terpantau di Laut Cina Selatan, perairan selatan Kalimantan Tengah, dan Samudra Pasifik utara Papua Barat Daya, yang membentuk zona konvergensi atau pertemuan angin, sehingga memicu intensitas hujan tinggi.

Gabungan dari seluruh fenomena ini menciptakan kondisi atmosfer yang sangat aktif, menyebabkan awan hujan tumbuh cepat dan menyebar luas hampir di seluruh wilayah tanah air.

Daerah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat

BMKG memetakan sejumlah daerah yang berpotensi terdampak hujan dengan intensitas tinggi dalam sepekan mendatang. Di antaranya:

  • Sumatra bagian selatan
  • Pulau Jawa
  • Kalimantan bagian tengah dan selatan
  • Sulawesi bagian tengah dan selatan
  • Maluku
  • Sebagian besar wilayah Papua

Daerah-daerah tersebut diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir, genangan air, dan longsor, terutama di wilayah rawan yang memiliki sistem drainase buruk atau kontur tanah curam.

Baca Juga :  Waspada, Covid-19 Varian Delta Bisa Menular Lewat Mata

BMKG Imbau Masyarakat Tetap Waspada

Melihat tren cuaca yang cenderung ekstrem, BMKG mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap perubahan cuaca mendadak, terutama bagi warga yang tinggal di daerah pesisir, bantaran sungai, dan perbukitan.

“Dengan meningkatnya potensi hujan lebat dan angin kencang, masyarakat diharapkan terus memantau informasi resmi dari BMKG dan tidak mudah percaya pada kabar yang tidak dapat dipertanggungjawabkan,” tulis BMKG.

Selain itu, masyarakat diimbau untuk mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, hingga pohon tumbang yang sering terjadi saat puncak musim hujan.

Waspada, Tapi Jangan Panik

Fenomena cuaca ekstrem yang terjadi pekan ini adalah bagian dari siklus alamiah yang menandai peralihan menuju musim penghujan. Namun, dengan kondisi atmosfer yang aktif dan kompleks, BMKG menilai penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan.

Hujan deras memang tak bisa dihindari, tapi dampaknya bisa diminimalkan dengan disiplin informasi, kesiapan lingkungan, dan kewaspadaan bersama.

Karena di negeri tropis seperti Indonesia, hujan bukan sekadar air yang turun dari langit, melainkan pengingat agar kita tetap tangguh menghadapi setiap perubahan alam. (jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru