SEJUMLAH daerah sudah
memperpanjang masa siswa belajar di
rumah, sebagai upaya physical
distancing untuk mencegah penularan virus corona, COVID-19.
Psikolog dari Universitas Indonesia (UI) Dr
Rose Mini Agoes Salim mengatakan sirkulasi kehidupan anak harus tetap sama
sebagaimana dilakukan biasanya.
“Jangan sampai bangunnya jadi siang, mandi
atau tidak mandi malah tidak masalah. Itu tidak benar, tetap harus ada
sirkulasi kehidupan sebagaimana biasanya,” kata dia saat dihubungi di Jakarta,
Sabtu (28/3).
Sebab yang beda dari kondisi saat ini hanyalah tempat belajarnya. Jika
biasanya di sekolah, saat ini dilaksanakan di rumah.
Apabila sirkulasi kehidupannya diubah menjadi
malas-malasan saat bangun, mandi dan sebagainya, maka ketika kondisi sudah
kembali normal hal itu akan sulit untuk mengubahnya kembali.
“Bisa-bisa nanti anak tidak mau bangun
pagi lagi, tidak mau sarapan, tidak mau mandi dan sebagainya,” kata dia.
Menurut dia, sebetulnya kondisi dan pola pikir
anak tidak akan berubah selama pembelajaran jarak jauh yang dilakukan di rumah
saat ini berjalan dengan baik. Sebab, anak setiap harinya mendapat tugas dari
guru.
Yang penting, kata dia, tugas-tugas itu
dilakukan dan kemudian diunggah kembali agar gurunya dapat melihat dan memeriksa.
Terkait tugas rumah yang diberikan guru, orang tua harus saling
bekerjasama antara ayah dan ibu dalam membimbing anak agar tidak kewalahan,
apalagi jika memiliki beberapa anak dengan jenjang pendidikan yang berbeda-beda.
“Jangan sampai orang tuanya yang stres
karena biasanya tidak mengajari pelajaran yang menjadi tugas oleh anak setiap
harinya. Jadi antara ayah dan ibu bekerjasama membimbing anak melakukan
pembelajaran jarak jauh,” katanya.
Apalagi, sebenarnya guru hanya memberikan tugas
sebagaimana dilakukan di kelas yakni tidak begitu sulit, melainkan hanya
mencapai indikator pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan sekolah dari
kurikulum.
“Waktunya juga sebagaimana di kelas, cukup
singkat. Jadi butuh bimbingan orang tua,” ujarnya.ÂÂ