PROKALTENG.CO-Keputusan
Partai Demokrat memecat kader-kader yang berkonspirasi dengan pihak eksternal
untuk mengambil alih kepemimpinan partai, tidak mengagetkan pengamat dan
akademisi.
Tetapi mereka mengingatkan bahwa bahaya laten
intervensi kekuasaan atas partai-partai politik tetap harus diwaspadai. Ini
disampaikan Ubedilah Badrun, pengamat politik dari UNJ dan Cahyo Seftyono,
dosen Universitas Negeri Semarang.
Menurut Ubedilah, tindakan Ketua Umum Partai
Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono mengungkapkan upaya pengambilalihan
kepemimpinan melalui jumpa pers (1/2), teguran Presiden Jokowi pada Kepala KSP
Moeldoko (5/2) dan pemecatan atas tujuh kader yang terlibat dalam upaya KLB
ilegal (26/2) menunjukkan pola kepemimpinan yang khas.
“AHY terlihat tegas dan terukur dalam mengatasi
upaya kudeta atas kepemimpinan partai yang sah,†kata Ubedilah kepada wartawan,
Sabtu (27/2).
“Meski masih muda, AHY tampaknya bukan tipikal
pemimpin yang tergesa-gesa, tapi juga bukan tipe yang lambat mengambil
keputusan, ia memasuki episode kepemimpinan yang matang,†tambahnya.
Sementara, dosen ilmu politik UNNES Cahyo Seftyono
tidak kaget dengan keputusan Partai Demokrat memecat segelintir kadernya ini.
“Sudah terlihat sejak mengumumkan upaya pengambilalihan kepemimpinan ini
tanggal 1 Februari lalu, AHY sebagai Ketum tidak ragu-ragu mengambil tindakan
tegas. Mungkin AHY hanya butuh waktu agar penyelidikan internal bisa tuntas dan
para kader yang terbukti bersalah bisa diproses sesuai mekanisme partai,â€
katanya.
Tetapi Ubedilah dan Cahyo secara terpisah
menyarankan agar jangan terlalu fokus pada soal pemecatan. “Ini soal internal
partai yang biasa, ini juga laboratorium yang sangat berharga bagi AHY dan
politisi Demokrat lainya, jalani saja dengan tenang dan matang, apalagi sudah
ketemu celahnya,†kata Ubedilah.
“Pada partai-partai lain juga pernah terjadi hal
yang sama, baik yang melalui mekanisme partai maupun yang tiba-tiba muncul
surat pemecatan, pasti ada dasarnya†ujar Cahyo.
Mereka mengingatkan bahwa persoalan yang lebih besar
adalah bahaya laten intervensi kekuasaan pada kekuatan-kekuatan politik di
Indonesia. Apalagi memilih jalan bersama rakyat bukan bersama penguasa.
“Oposisi itu penting, bukan hanya agar pemerintah bekerja
benar tetapi juga karena tanpa oposisi demokrasi akan melemah,†kata Ubedilah.
“Apalagi Presiden Jokowi pernah bilang jangan
meragukan komitmennya pada demokrasi. Nah ini harus dibuktikan salah satunya
adalah dengan membiarkan oposisi tumbuh sehat, bebas dari ancaman intervensi,
kriminalisasi atau bentuk-bentuk tekanan lainnya,†ungkap pengamat politik yang
biasa dipanggil kang Ubed ini.
Namun di sisi lain,
Ubedilah maupun Cahyo mengingatkan agar Partai Demokrat tidak gentar menghadapi
berbagai tekanan sebagai partai non pemerintah. “Ini konsekuensi tidak
bergabung bersama koalisi pemerintah, tetapi jika Demokrat jeli dan tangguh,
tantangan ini bisa menjadi peluang yang luar biasa†ungkap Ubedilah. Sementara Cahyo menjelaskan Demokrat berpengalaman berada dalam
pemerintahan selama 10 tahun, dan tujuh tahun ini berada di luar pemerintahan.
Memang tidak akan mudah, tapi ini bisa menjadi titik balik kebangkitan
Demokrat.