26.9 C
Jakarta
Sunday, September 22, 2024

Kapolda Papua: Oknum yang Menyebarkan Hoax di Wamena Kita akan Cari!

Kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua
ternyata diduga karena hoax yang disebarkan untuk membuat kacau situasi di bumi
cendrawasih. Berawal dari oknum guru yang menyampaikan sesuatu kepada muridnya,
kemudian diplintir dan menjadi konten hoax. Hal ini memantik kemarahan warga
Papua karena kalimat tersebut bernada rasis.

Seperti
diberitakan Cendrawasih Pos (Jawa Pos Group), Kapolda Papua Irjen
Rudolf A Rodja mengatakan bahwa aksi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya bermula
dari kesalahpahaman adanya informasi ucapan rasis. Sehingga banyak siswa
melakukan aksi demonstrasi, kemudian menyusul terjadinya tindakan anarkis dan
pembakaran.

“Di Wamena ada isu
bahwa ada guru yang mengeluarkan kata-kata rasis, sehingga sebagai bentuk
solidaritas mereka (pelajas SMA-red) melakukan aksi,” katanya usai memulangkan
massa di Kampus Uncen Abepura, Senin, (23/9).

Menurutnya, dia
bersama Bupati Jayawijaya sudah mendekati para demonstran agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Karena, pihak oknum guru itu pun mengaku
tidak mengeluarkan kata-kata bernada rasis tersebut. ”Permasalahan ini hanya
isu, karena guru tersebut saat ditanya mengaku tidak pernah mengeluarkan
kata-kata atau kalimat rasis,” ujarnya.

Untuk itu, ia berharap
agar mahasiswa Papua dan masyarakat tidak mudah dipengaruhi dan terprovokasi
isu yang tidak jelas. Ia pun menegaskan oknum yang melakukan penyebaran
berita hoax akan ditindak oleh pihak kepolisian sesuai aturan yang berlaku
karena telah berdampak luas bagi masyarakat di Papua.

Baca Juga :  Panglima Larang Prajurit TNI Jadi Pengamanan Proyek

”Masyarakat jangan
provokasi dengan berita berita hoax. Oknum yang menyebarkan hoax di Wamena kita
akan cari!” tegasnya.

Oknum Guru Tidak
Bersalah

Ketua PGRI Papua DR
Nomensen Mambraku (kiri) bersama Rektor Uncen, DR Ir Apolo Safanpo ST MT saat
ditemui disatu kesempatan beberapa waktu lalu. (Gamel/Cepos/ JPG)

Sementara itu, Ketua
PGRI Provinsi Papua, DR Nomensen Mambraku meyakini jika oknum guru yang disebut
berujar kalimat tidak pantas kepada muridnya adalah tidak betul. Bertahun-tahun
bergelut dengan dunia pendidikan, Nomensen memahami bagaimana cara mengajar
para tenaga pendidik di Papua yang tidak mungkin berkata seperti yang
dituduhkan hingga melahirkan bentuk protes dan berujung kerusuhan.

“Saya sudah kroscek ke
rekan guru-guru yang lain dan saya melihat ada kalimat yang diplintir untuk
menciptakan situasi kurang baik dan momentum itu dimanfaatkan betul oleh para
pelaku,” kata Nomensen.

Yang ia dengar kalimat
yang disampaikan guru tersebut kurang lebih berbunyi ‘Kamu harus belajar yang
keras agar pintar dan tidak dianggap bodoh’. Nah, kalimat Keras ini justru
diplintir menjadi kera kemudian dibawa keluar untuk memprovokasi warga.

Baca Juga :  Politik Identitas, Politisasi Isu SARA Diduga Masih Ancaman

Kata Nomensen ia
sangat meyakini tak ada ujaran seperti yang dituduhkan mengingat para guru di Papua
memahami bagaimana membangun sebuah peradaban yang baik lewat pendidikan.
“Bukan saya membela tapi saya sangat-sangat yakin tidak ada kalimat itu (kera)
dan kalau mereka mau protes kenapa tidak datang dan menanyakan ke sekolah?
Mengapa justru memprovokasi keluar hingga terjadi kerusuhan. Saya melihat ada
pihak yang coba memanfaatkan ini,” imbuhnya.

Ditanya soal
keberadaan guru tersebut, kata Dekan FKIP Uncen ini dari komunikasi yang
dibangun dikatakan guru tersebut saat ini masih dimintai keterangan oleh pihak
kepolisian. “Sekali lagi saya tidak membela dan saya meyakini tak mungkin ada
kalimat seperti itu dilontarkan guru kepada muridnya,” imbuh Nomensen.

Hingga saat ini sesuai
informasi yang di dapat Cenderawasih Pos, bahwa di Kota Wamena telah terjadi
kerusuhan yang meluas. beberapa siswa dilaporkan terkena tembakan oleh aparat.
Puluhan toko dan kios, kantor dibakar massa. Sementara warga memilih mengungsi
ke tempat aman di Kodim 2017, Koramil Wamena dan Kantor Polres Jayawijaya.(jpg)

 

Kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua
ternyata diduga karena hoax yang disebarkan untuk membuat kacau situasi di bumi
cendrawasih. Berawal dari oknum guru yang menyampaikan sesuatu kepada muridnya,
kemudian diplintir dan menjadi konten hoax. Hal ini memantik kemarahan warga
Papua karena kalimat tersebut bernada rasis.

Seperti
diberitakan Cendrawasih Pos (Jawa Pos Group), Kapolda Papua Irjen
Rudolf A Rodja mengatakan bahwa aksi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya bermula
dari kesalahpahaman adanya informasi ucapan rasis. Sehingga banyak siswa
melakukan aksi demonstrasi, kemudian menyusul terjadinya tindakan anarkis dan
pembakaran.

“Di Wamena ada isu
bahwa ada guru yang mengeluarkan kata-kata rasis, sehingga sebagai bentuk
solidaritas mereka (pelajas SMA-red) melakukan aksi,” katanya usai memulangkan
massa di Kampus Uncen Abepura, Senin, (23/9).

Menurutnya, dia
bersama Bupati Jayawijaya sudah mendekati para demonstran agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Karena, pihak oknum guru itu pun mengaku
tidak mengeluarkan kata-kata bernada rasis tersebut. ”Permasalahan ini hanya
isu, karena guru tersebut saat ditanya mengaku tidak pernah mengeluarkan
kata-kata atau kalimat rasis,” ujarnya.

Untuk itu, ia berharap
agar mahasiswa Papua dan masyarakat tidak mudah dipengaruhi dan terprovokasi
isu yang tidak jelas. Ia pun menegaskan oknum yang melakukan penyebaran
berita hoax akan ditindak oleh pihak kepolisian sesuai aturan yang berlaku
karena telah berdampak luas bagi masyarakat di Papua.

Baca Juga :  Panglima Larang Prajurit TNI Jadi Pengamanan Proyek

”Masyarakat jangan
provokasi dengan berita berita hoax. Oknum yang menyebarkan hoax di Wamena kita
akan cari!” tegasnya.

Oknum Guru Tidak
Bersalah

Ketua PGRI Papua DR
Nomensen Mambraku (kiri) bersama Rektor Uncen, DR Ir Apolo Safanpo ST MT saat
ditemui disatu kesempatan beberapa waktu lalu. (Gamel/Cepos/ JPG)

Sementara itu, Ketua
PGRI Provinsi Papua, DR Nomensen Mambraku meyakini jika oknum guru yang disebut
berujar kalimat tidak pantas kepada muridnya adalah tidak betul. Bertahun-tahun
bergelut dengan dunia pendidikan, Nomensen memahami bagaimana cara mengajar
para tenaga pendidik di Papua yang tidak mungkin berkata seperti yang
dituduhkan hingga melahirkan bentuk protes dan berujung kerusuhan.

“Saya sudah kroscek ke
rekan guru-guru yang lain dan saya melihat ada kalimat yang diplintir untuk
menciptakan situasi kurang baik dan momentum itu dimanfaatkan betul oleh para
pelaku,” kata Nomensen.

Yang ia dengar kalimat
yang disampaikan guru tersebut kurang lebih berbunyi ‘Kamu harus belajar yang
keras agar pintar dan tidak dianggap bodoh’. Nah, kalimat Keras ini justru
diplintir menjadi kera kemudian dibawa keluar untuk memprovokasi warga.

Baca Juga :  Politik Identitas, Politisasi Isu SARA Diduga Masih Ancaman

Kata Nomensen ia
sangat meyakini tak ada ujaran seperti yang dituduhkan mengingat para guru di Papua
memahami bagaimana membangun sebuah peradaban yang baik lewat pendidikan.
“Bukan saya membela tapi saya sangat-sangat yakin tidak ada kalimat itu (kera)
dan kalau mereka mau protes kenapa tidak datang dan menanyakan ke sekolah?
Mengapa justru memprovokasi keluar hingga terjadi kerusuhan. Saya melihat ada
pihak yang coba memanfaatkan ini,” imbuhnya.

Ditanya soal
keberadaan guru tersebut, kata Dekan FKIP Uncen ini dari komunikasi yang
dibangun dikatakan guru tersebut saat ini masih dimintai keterangan oleh pihak
kepolisian. “Sekali lagi saya tidak membela dan saya meyakini tak mungkin ada
kalimat seperti itu dilontarkan guru kepada muridnya,” imbuh Nomensen.

Hingga saat ini sesuai
informasi yang di dapat Cenderawasih Pos, bahwa di Kota Wamena telah terjadi
kerusuhan yang meluas. beberapa siswa dilaporkan terkena tembakan oleh aparat.
Puluhan toko dan kios, kantor dibakar massa. Sementara warga memilih mengungsi
ke tempat aman di Kodim 2017, Koramil Wamena dan Kantor Polres Jayawijaya.(jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru