30 C
Jakarta
Monday, April 21, 2025

BI: Indonesia Harus Bisa Ambil Momentum Perang Dagang AS-Tiongkok

Bank Indonesia (BI)
menilai momentum perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok harus
dimanfaatkan oleh Indonesia dengan mengambil adanya keuntungan peralihan
investasi dari kedua negara tersebut. BI justru beranggapa bahwa perang dagang
bisa jadi momentum tepat untuk dimanfaatkan negara-negara emerging market.

Sebagaimana diketahui,
perang dagang memang telah membuat perekonomian seluruh negara mengalami
pelambatan. Termasuk Indonesia. Hal itu dipengaruhi oleh rendahnya kinerja
ekspor dunia akibat permintaan globan yang mulai menurun.

“Kita jangan pesimis
ini menjadi tren permanen. Indonesia harusnya bisa memanfaatkan dan menangkap
beralihnya sebagian investasi asing ke Tiongkok ke negara lain dan menangkap
diversifikasi investasi Tiongkok keluar Tiongkok,” kata Deputi Gubernur Senior
BI, Mirza Adityaswara saat silahturahmi dengan awak media menyusul berakhirnya
masa jabatanya di Kantor BI, Jakarta, Selasa (23/7).

Baca Juga :  Presiden Jokowi Kesal Lagi, Serapan Anggaran Lelet, Program Numpuk di

Mirza menyatakan,
negara berkembang lainnya disebutkan telah terlebih dahulu berhasil mengambil
momentum perang dagang tersebut. Ia berharap Indonesia dapat menyusul. Salah
satunya caranya dengan stimulus kebijakan dan fiskal yang menarik investor
asing.

“Saat ini yang
berhasil menarik investasi masuk sebagai diversifikasi itu Vietnam dan
Thailand,” terangnya.

Pemerintah, kata
Mirza, sejatinya telah menangkap adanya momentum investasi yang keluar dari
Tiongkok. Hanya saja yang masih jadi persoalan adalah eksekusinya yang belum
berhasil. Untuk mewujudkan itu, diperlukan kerjasama seluruh pihak.

“Eksekusi bukan mudah,
jadi perlu dikoordinasikan pusat dan daerah. Kita harus undang investasi,
tingkatkan ekspor, tingkatkan perjanjian kerjasama dengan berbagai negara,”
jelasnya.

Di sisi lain, Mirza
memperkirakan bahwa perang dagang antara dua negara adidaya tersebut hanya
berlangsung sementara. Menurut Mirza, perang dagang hanya bagian agenda politik
Presiden AS Donald Trump untuk melenggang sebagai presiden kali kedua.

Baca Juga :  Romo Benny ke Pendeta Saifudin: Tidak Perlu Mengurusi Keyakinan Orang Lain

“Perang dagang ini
lebih kepada agenda politik Presiden Amerika. Retorika anti imigran dan barang
impor dari luar amerika hanya instrumen untuk kampanye 2020,” tukasnya.(jpn)

 

Bank Indonesia (BI)
menilai momentum perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok harus
dimanfaatkan oleh Indonesia dengan mengambil adanya keuntungan peralihan
investasi dari kedua negara tersebut. BI justru beranggapa bahwa perang dagang
bisa jadi momentum tepat untuk dimanfaatkan negara-negara emerging market.

Sebagaimana diketahui,
perang dagang memang telah membuat perekonomian seluruh negara mengalami
pelambatan. Termasuk Indonesia. Hal itu dipengaruhi oleh rendahnya kinerja
ekspor dunia akibat permintaan globan yang mulai menurun.

“Kita jangan pesimis
ini menjadi tren permanen. Indonesia harusnya bisa memanfaatkan dan menangkap
beralihnya sebagian investasi asing ke Tiongkok ke negara lain dan menangkap
diversifikasi investasi Tiongkok keluar Tiongkok,” kata Deputi Gubernur Senior
BI, Mirza Adityaswara saat silahturahmi dengan awak media menyusul berakhirnya
masa jabatanya di Kantor BI, Jakarta, Selasa (23/7).

Baca Juga :  Presiden Jokowi Kesal Lagi, Serapan Anggaran Lelet, Program Numpuk di

Mirza menyatakan,
negara berkembang lainnya disebutkan telah terlebih dahulu berhasil mengambil
momentum perang dagang tersebut. Ia berharap Indonesia dapat menyusul. Salah
satunya caranya dengan stimulus kebijakan dan fiskal yang menarik investor
asing.

“Saat ini yang
berhasil menarik investasi masuk sebagai diversifikasi itu Vietnam dan
Thailand,” terangnya.

Pemerintah, kata
Mirza, sejatinya telah menangkap adanya momentum investasi yang keluar dari
Tiongkok. Hanya saja yang masih jadi persoalan adalah eksekusinya yang belum
berhasil. Untuk mewujudkan itu, diperlukan kerjasama seluruh pihak.

“Eksekusi bukan mudah,
jadi perlu dikoordinasikan pusat dan daerah. Kita harus undang investasi,
tingkatkan ekspor, tingkatkan perjanjian kerjasama dengan berbagai negara,”
jelasnya.

Di sisi lain, Mirza
memperkirakan bahwa perang dagang antara dua negara adidaya tersebut hanya
berlangsung sementara. Menurut Mirza, perang dagang hanya bagian agenda politik
Presiden AS Donald Trump untuk melenggang sebagai presiden kali kedua.

Baca Juga :  Romo Benny ke Pendeta Saifudin: Tidak Perlu Mengurusi Keyakinan Orang Lain

“Perang dagang ini
lebih kepada agenda politik Presiden Amerika. Retorika anti imigran dan barang
impor dari luar amerika hanya instrumen untuk kampanye 2020,” tukasnya.(jpn)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru