32 C
Jakarta
Saturday, October 18, 2025

Cuaca Panas Ekstrem, Suhu Capai 38 Derajat, BMKG: Masih Belum Akan Reda

PROKALTENG.CO-Fenomena suhu panas ekstrem tengah melanda sebagian besar wilayah Indonesia, dengan catatan suhu tertinggi mencapai 37,6°C dalam beberapa hari terakhir. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa kondisi ini dipicu oleh kombinasi gerak semu matahari dan pengaruh angin Monsun Australia yang membawa udara kering dari benua tersebut.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, memaparkan bahwa pada Oktober ini posisi matahari berada di selatan ekuator sehingga intensitas penyinaran meningkat di wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan.

“Posisi ini membuat wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan, seperti Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua, menerima penyinaran matahari yang lebih intens sehingga cuaca terasa lebih panas di banyak wilayah Indonesia,” ujarnya di Jakarta, Rabu lalu.

Ia menambahkan, penguatan Monsun Australia turut memperparah kondisi karena membawa massa udara kering dan hangat. Minimnya pembentukan awan membuat radiasi matahari langsung mencapai permukaan bumi tanpa penghalang berarti.

Baca Juga :  Karhutla Kotim! Status Siaga Menjadi Tanggap Darurat Bencana

Sementara itu, Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menuturkan, suhu panas terpantau merata di hampir seluruh wilayah tanah air. Berdasarkan data BMKG, suhu maksimum di atas 35°C tercatat di sebagian besar Nusa Tenggara, Jawa, Kalimantan bagian barat dan tengah, Sulawesi bagian selatan dan tenggara, hingga Papua.

Puncak suhu panas terjadi pada 12 Oktober 2025, di mana Kapuas Hulu (Kalimantan Barat), Kupang (NTT), dan Majalengka (Jawa Barat) mencatat suhu 36,8°C. Sehari berselang, suhu sedikit menurun menjadi 36,6°C di Sabu Barat (NTT), namun kembali melonjak pada 14 Oktober hingga menyentuh 37,6°C di wilayah Majalengka dan Boven Digoel (Papua).

“Konsistensi tingginya suhu maksimum di banyak wilayah menunjukkan kondisi cuaca panas yang persisten, didukung oleh dominasi massa udara kering dan minimnya tutupan awan,” jelas Andri.

Meski demikian, BMKG menyebut bahwa hujan lokal akibat aktivitas konvektif masih berpeluang terjadi pada sore hingga malam hari, terutama di wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Papua. Namun secara umum, cuaca panas diperkirakan akan bertahan hingga akhir Oktober atau awal November 2025, sebelum perlahan bergeser seiring perubahan posisi matahari dan peralihan musim.

Baca Juga :  DPR dan Menkumham Sepakat, 50 RUU Masuk Prolegnas Prioritas 2020

BMKG mengingatkan masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan selama periode suhu tinggi ini, terutama dengan mencukupi asupan cairan, menghindari paparan sinar matahari langsung pada siang hari, dan waspada terhadap perubahan cuaca mendadak seperti hujan disertai petir dan angin kencang.

“Tetap waspada terhadap potensi perubahan cuaca mendadak seperti hujan disertai petir dan angin kencang pada sore atau malam hari,” imbuh Guswanto.

BMKG juga mengimbau masyarakat agar memantau informasi cuaca terkini dan peringatan dini melalui situs resmi www.bmkg.go.id, akun media sosial, atau aplikasi Info BMKG untuk mengantisipasi dampak cuaca terhadap aktivitas sehari-hari. (fin)

 

PROKALTENG.CO-Fenomena suhu panas ekstrem tengah melanda sebagian besar wilayah Indonesia, dengan catatan suhu tertinggi mencapai 37,6°C dalam beberapa hari terakhir. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa kondisi ini dipicu oleh kombinasi gerak semu matahari dan pengaruh angin Monsun Australia yang membawa udara kering dari benua tersebut.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, memaparkan bahwa pada Oktober ini posisi matahari berada di selatan ekuator sehingga intensitas penyinaran meningkat di wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan.

“Posisi ini membuat wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan, seperti Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua, menerima penyinaran matahari yang lebih intens sehingga cuaca terasa lebih panas di banyak wilayah Indonesia,” ujarnya di Jakarta, Rabu lalu.

Ia menambahkan, penguatan Monsun Australia turut memperparah kondisi karena membawa massa udara kering dan hangat. Minimnya pembentukan awan membuat radiasi matahari langsung mencapai permukaan bumi tanpa penghalang berarti.

Baca Juga :  Karhutla Kotim! Status Siaga Menjadi Tanggap Darurat Bencana

Sementara itu, Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menuturkan, suhu panas terpantau merata di hampir seluruh wilayah tanah air. Berdasarkan data BMKG, suhu maksimum di atas 35°C tercatat di sebagian besar Nusa Tenggara, Jawa, Kalimantan bagian barat dan tengah, Sulawesi bagian selatan dan tenggara, hingga Papua.

Puncak suhu panas terjadi pada 12 Oktober 2025, di mana Kapuas Hulu (Kalimantan Barat), Kupang (NTT), dan Majalengka (Jawa Barat) mencatat suhu 36,8°C. Sehari berselang, suhu sedikit menurun menjadi 36,6°C di Sabu Barat (NTT), namun kembali melonjak pada 14 Oktober hingga menyentuh 37,6°C di wilayah Majalengka dan Boven Digoel (Papua).

“Konsistensi tingginya suhu maksimum di banyak wilayah menunjukkan kondisi cuaca panas yang persisten, didukung oleh dominasi massa udara kering dan minimnya tutupan awan,” jelas Andri.

Meski demikian, BMKG menyebut bahwa hujan lokal akibat aktivitas konvektif masih berpeluang terjadi pada sore hingga malam hari, terutama di wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Papua. Namun secara umum, cuaca panas diperkirakan akan bertahan hingga akhir Oktober atau awal November 2025, sebelum perlahan bergeser seiring perubahan posisi matahari dan peralihan musim.

Baca Juga :  DPR dan Menkumham Sepakat, 50 RUU Masuk Prolegnas Prioritas 2020

BMKG mengingatkan masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan selama periode suhu tinggi ini, terutama dengan mencukupi asupan cairan, menghindari paparan sinar matahari langsung pada siang hari, dan waspada terhadap perubahan cuaca mendadak seperti hujan disertai petir dan angin kencang.

“Tetap waspada terhadap potensi perubahan cuaca mendadak seperti hujan disertai petir dan angin kencang pada sore atau malam hari,” imbuh Guswanto.

BMKG juga mengimbau masyarakat agar memantau informasi cuaca terkini dan peringatan dini melalui situs resmi www.bmkg.go.id, akun media sosial, atau aplikasi Info BMKG untuk mengantisipasi dampak cuaca terhadap aktivitas sehari-hari. (fin)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru