“Sekali saja tidak bermasalah dengan subtitle, kalian akan menemukan banyak sekali film menakjubkan.†Ucapan Bong Joon-ho saat menerima piala Film Berbahasa Asing Terbaik di Golden Globes pada 5 Januari lalu, tampaknya, dipatuhi para juri Oscars.
Mereka tak peduli film garapan Joon-ho tidak berbahasa Inggris. Malam puncak perfilman Hollywood menobatkan Parasite di puncak penghargaan sebagai Film Terbaik.
Dalam hajatan di Dolby Theatre, Los Angeles, pada Minggu malam waktu setempat atau kemarin pagi WIB itu, film dark comedy berbahasa Korea Selatan tersebut secara mengejutkan mengalahkan delapan nomine lainnya. Yakni, Little Women, Ford v Ferrari, Joker, Once Upon a Time in Hollywood, The Irishman, Jojo Rabbit, Marriage Story, dan 1917 si kuda hitam yang banyak dijagokan menang.
Parasite mencatat sejarah dengan menjadi Film Terbaik pertama nonbahasa Inggris sepanjang 92 kali penyelenggaraan Oscars. Film berdurasi 2 jam 12 menit itu juga mengantarkan Joon-ho sebagai Sutradara Terbaik. Dua kemenangan lain didapat dari kategori Film Feature Internasional Terbaik dan Produksi Desain Terbaik.
Saat Joon-ho mengucapkan pidato kemenangan dalam bahasa ibu, Sharon Choi, seorang yang bercita-cita menjadi sutradara, berada di sampingnya untuk menjadi penerjemah. â€Yeah, saya siap minum-minum malam ini sampai besok pagi,†kata Joon-ho, lalu tertawa.
Saat menerima piala Sutradara Terbaik, Joon-ho menyebut nama Martin Scorsese (The Irishman) dan Quentin Tarantino (Once Upon a Time in Hollywood). Dua sutradara kawakan yang justru dia kalahkan itu adalah orang-orang terpenting dalam karirnya. â€Ketika saya masih muda dan belajar film, ada pepatah yang saya ingat. ’(Hal) yang paling personal adalah yang paling kreatif’. Kutipan itu dari Martin Scorsese kita yang hebat,†ucapnya.
Sementara itu, Joon-ho menilai Quentin Tarantino selalu memberikan dukungan buat filmnya. â€Meski orang-orang di Amerika Serikat tidak tahu karya saya, Quentin selalu memasukkan film saya ke daftarnya. Quentin, I love you,†ucapnya.
Dikutip dari The Guardian, tahun lalu hingga saat ini merupakan momen tersibuk Joon-ho. Semua itu karena Parasite. Dimulai dari standing ovation delapan menit yang berbuah kemenangan puncak di Festival Film Cannes Mei lalu.
Laju Parasite menjadi tak terhentikan. Mendulang sukses di box office serta hadir di sejumlah talk show di AS dan tak kurang dari 170 acara penghargaan. Termasuk masuk enam nominasi Oscars. Tak seperti Golden Globes yang mensyaratkan kategori utama untuk film yang dialognya minimal 50 persen berbahasa Inggris, di Oscars tak ada ketentuan itu.
Namun, Joon-ho tetap berpijak di tanah. Sosoknya selalu hangat dan mudah disukai. Pidato Miky Lee, bos multiplex pertama Korea CJ Group yang mengedarkan Parasite sekaligus menjadi investor di bisnis hiburan, mungkin bisa sedikit menggambarkan kepribadian Joon-ho.
â€Halo semua. Saya ingin mengucapkan terima kasih untuk Bong. Terima kasih karena telah menjadi dirimu apa adanya. Saya menyukai semua tentangnya. Senyumnya, rambut lucunya, caranya berbicara dan berjalan, dan tentu saja caranya menyutradarai. Saya juga suka selera humornya. Dia sering membuat lelucon tentang dirinya,†tutur Lee.
Joon-ho bukan orang baru di Hollywood. Dua filmnya, Okja (2017) dan Snowpiercer (2013), merupakan kisah scifi yang berpengaruh dan dimainkan para bintang kelas A seperti Chris Evans, Tilda Swinton, Jake Gyllenhaal, dan Ed Harris.
Joon-ho mengaku suka aktor Inggris dan Irlandia. Dia juga tergila-gila pada film Inggris. Dia menonton Psycho (1960), film garapan Alfred Hitchcock, setidaknya 50 kali. Dia juga memiliki hubungan kerja dengan Harvey Weinstein, produser yang kini terjerat skandal kekerasan seksual.
Ide membuat Parasite muncul saat pria 50 tahun itu menggarap Snowpiercer. Ada misi cerita yang dibawa. â€Korea terlihat kaya dan glamor dengan K-pop, internet cepat, dan teknologi IT,†paparnya. â€Tapi, jarak antara orang kaya dan orang miskin semakin membentang. Banyak generasi muda yang putus asa,†imbuhnya.
Parasite bukan hanya kisah kaya v miskin. Tidak ada yang benar-benar suci maupun bersalah. Joon-ho menyebut film itu natural. Dia menggambarkan karakter Mr Park seperti Mark Zuckerberg, yang menurutnya mendapat kekayaan dengan kerja keras.
â€Saya pikir film ini menang karena bercerita tentang kaya-miskin dengan cara yang sangat sinematik, seperti sebuah film dalam film,†tambahnya.
Joon-ho yang memiliki ayah seorang guru seni dibesarkan di kalangan kelas menengah di Korea Selatan. Dia tinggal di permukiman yang berada tepat di antara kawasan miskin dan kaya. Dia memiliki teman dari dua kelas tersebut. Parasite terinspirasi pengalaman pribadi Joon-ho saat menjadi tutor anak orang kaya.
Dengan segala capaiannya kini, apakah Bong sudah sekaya Mr Park? â€Tidak sekaya itu,†ujarnya, lalu tertawa. â€Saya hidup di apartemen, di lantai 9. Ukurannya seperempat rumah di film itu. Tentu saja Parasite menghasilkan banyak uang. Tapi, saya tidak tahu apakah saya sudah bisa dipanggil kaya raya,†lanjutnya.
Kemenangan Parasite juga dirayakan di Korea. Tagar terkait Joon-ho dan filmnya memuncaki portal pencarian lokal Naver dan Twitter. Presiden Moon Jae-in ikut mengucapkan selamat lewat twit. â€Parasite menyentuh lewat cerita yang sangat Korea. Film itu seru dan sedih, menyegarkan, serta luar biasa dalam menyampaikan pesan sosial,†cuitnya. Pihak CGV, chain bioskop terbesar Korea, juga akan menayangkan ulang film itu mulai 18 Februari mendatang.(jpc)