31.3 C
Jakarta
Wednesday, July 9, 2025

Anomali Musim Kemarau Picu Cuaca Ekstrem Berkepanjangan, BMKG Ingatkan Warga Begini

PROKALTENG.CO-Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia belum memasuki musim kemarau akibat dinamika atmosfer yang tidak biasa. Hingga akhir Juni 2025, hanya sekitar 30 persen wilayah zona musim yang telah beralih ke musim kemarau. Padahal secara normal, angka ini biasanya sudah mencapai 64 persen.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, kondisi ini dipicu oleh beberapa faktor, termasuk lemahnya Monsun Australia dan suhu muka laut di wilayah selatan Indonesia yang masih cukup hangat. Kondisi tersebut menghambat penguatan angin timuran yang biasanya mendominasi musim kemarau di wilayah Indonesia.

“Selain itu, fenomena atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby Equator juga masih aktif. Ketiganya memicu pertumbuhan awan konvektif dan meningkatkan potensi hujan lebat di berbagai wilayah,” ujar Dwikorita.

Baca Juga :  BMKG Sebut Puting Beliung dan Hujan Es Bisa Terjadi Hingga Maret

Meskipun fenomena ENSO (El Niño–Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) berada dalam kondisi netral, curah hujan di atas normal telah berlangsung sejak Mei dan diperkirakan masih akan terus terjadi hingga Oktober 2025. BMKG menilai situasi ini berpotensi menimbulkan cuaca ekstrem dalam waktu yang lebih lama dari biasanya.

Dampak dari kondisi ini sudah mulai terasa. Hujan ekstrem yang terjadi pada 5 dan 6 Juli lalu menyebabkan banjir, longsor, dan gangguan aktivitas masyarakat di sejumlah daerah seperti Bogor, Mataram, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, serta kawasan Jabodetabek.

“BMKG telah memberikan peringatan dini secara berkala melalui berbagai kanal komunikasi, termasuk aplikasi InfoBMKG, media sosial, serta koordinasi langsung dengan BNPB, BPBD, dan instansi teknis terkait,” tambah Dwikorita.

Baca Juga :  AHY: Penataan Ruang Lahan Bisa Mengatasi Kelangkaan Air

Potensi hujan lebat diperkirakan masih akan terjadi di wilayah barat dan tengah Indonesia. Beberapa wilayah yang perlu mewaspadai kondisi ini antara lain Jawa bagian barat dan tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Maluku Tengah, serta Papua bagian tengah dan utara.

BMKG mengimbau masyarakat untuk terus waspada dan aktif memantau perkembangan informasi cuaca guna mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi. (jpg)

PROKALTENG.CO-Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia belum memasuki musim kemarau akibat dinamika atmosfer yang tidak biasa. Hingga akhir Juni 2025, hanya sekitar 30 persen wilayah zona musim yang telah beralih ke musim kemarau. Padahal secara normal, angka ini biasanya sudah mencapai 64 persen.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, kondisi ini dipicu oleh beberapa faktor, termasuk lemahnya Monsun Australia dan suhu muka laut di wilayah selatan Indonesia yang masih cukup hangat. Kondisi tersebut menghambat penguatan angin timuran yang biasanya mendominasi musim kemarau di wilayah Indonesia.

“Selain itu, fenomena atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby Equator juga masih aktif. Ketiganya memicu pertumbuhan awan konvektif dan meningkatkan potensi hujan lebat di berbagai wilayah,” ujar Dwikorita.

Baca Juga :  BMKG Sebut Puting Beliung dan Hujan Es Bisa Terjadi Hingga Maret

Meskipun fenomena ENSO (El Niño–Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) berada dalam kondisi netral, curah hujan di atas normal telah berlangsung sejak Mei dan diperkirakan masih akan terus terjadi hingga Oktober 2025. BMKG menilai situasi ini berpotensi menimbulkan cuaca ekstrem dalam waktu yang lebih lama dari biasanya.

Dampak dari kondisi ini sudah mulai terasa. Hujan ekstrem yang terjadi pada 5 dan 6 Juli lalu menyebabkan banjir, longsor, dan gangguan aktivitas masyarakat di sejumlah daerah seperti Bogor, Mataram, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, serta kawasan Jabodetabek.

“BMKG telah memberikan peringatan dini secara berkala melalui berbagai kanal komunikasi, termasuk aplikasi InfoBMKG, media sosial, serta koordinasi langsung dengan BNPB, BPBD, dan instansi teknis terkait,” tambah Dwikorita.

Baca Juga :  AHY: Penataan Ruang Lahan Bisa Mengatasi Kelangkaan Air

Potensi hujan lebat diperkirakan masih akan terjadi di wilayah barat dan tengah Indonesia. Beberapa wilayah yang perlu mewaspadai kondisi ini antara lain Jawa bagian barat dan tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Maluku Tengah, serta Papua bagian tengah dan utara.

BMKG mengimbau masyarakat untuk terus waspada dan aktif memantau perkembangan informasi cuaca guna mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi. (jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/