PEMERINTAH semakin serius mengkaji rencana pemindahan ibu kota ke
Pulau Kalimantan. Kini yang sedang hangat dibahas adalah isu energinya.
Kebutuhan dan pengembangan infrastruktur energi di wilayah yang akan menjadi
pusat pemerintahan itu harus benar-benar dipikirkan sejak dini.
Kepala Badan Pengatur Hilir
Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Fanshurulah Asa mengatakan bahwa pengembangan
gas bumi di Kalimantan harus digarap serius.
“Rencana pemindahan ibu kota akan
meningkatkan demand kebutuhan listrik,†kata dalam Focus Group Discussion (FGD)
Pemenuhan Kebutuhan Energi di Kalimantan dalam rangka pemindahan Ibu Kota RI
yang diikuti oleh pemprov, para bupati dan wali kota serta rektor se Kalimantan, Kamis (4/7/2019).
Apalagi, menurut Fanshurulah, nanti
ada 34 kantor kementerian yang dipindah dari Jakarta. Pemerintah, juga harus
memperhatikan KEK (kawasan ekonomi khusus) dan KI (kawasan industri)
Kalimantan. Dia mengatakan bahwa Maloy Batuta, Batulicin, Jorong, Ketapang,
Tanah Kuning, dan Landak merupakan kawasan yang potensial untuk didatangi
investor baru. Artinya, di lokasi itu bakal terjadi lonjakan permintaan gas
bumi. Baik dari sektor industri maupun rumah tangga.
BPH Migas memperkirakan kenaikan
permintaan gas bumi di pulau terbesar kedua Indonesia tersebut akan mencapai
1.222,92 MMSCFD. Itu dua kali lipat dari kebutuhan gas bumi 2018 yang berkisar
622,51 MMSCFD. Dengan catatan, pemerintah menyepakati penerapan green energy di
Kalimantan. Nanti bahan bakar pembangkit listrik dialihkan dari batu bara dan
diesel menjadi gas bumi.
Neraca Gas Bumi Indonesia
20182027 menunjukkan bahwa potensi pengembangan gas bumi di Kalimantan masih
amat besar. Bahkan, Kalimantan diperkirakan mengalami surplus supply gas bumi
pada periode 20182027. Selama ini, gas bumi diolah menjadi LNG untuk memenuhi
permintaan pasar domestik dan internasional. “Komitmen ekspor pasca 2021 masih
belum diperoleh,†ungkap Fanshurulah.
Sementara itu, pemerintah telah
mengalokasikan pembangunan jalur pipa gas bumi di Kalimantan dalam rencana
induk jaringan transmisi dan distribusi gas bumi nasional (RIJTDGBN).
Rencananya, jalur pipa gas bumi Trans Kalimantan tersebut melewati
BontangBanjarmasinPalangkarayaPontianak. Panjangnya berkisar 2.019 kilometer. (vir/ful/kpc)