27.8 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

Sebagian Besar Alutsista Usang

PROKALTENG.CO-Penguatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI yang direncanakan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto tidak main-main. Dengan rencana anggaran mencapai Rp 1.788 triliun, Kementerian Pertahanan akan melakukan pengadaan untuk lima renstra sekaligus.

Juru Bicara (Jubir) Menhan Dahnil Anzar Simanjuntak menjelaskan, alutsista yang kuat masuk dalam rencana strategis Prabowo. ’’Memiliki alat peralatan pertahanan dan keamanan yang efektif dan mutakhir,’’ jelasnya kemarin (3/6).

Keinginan itu didasari adanya berbagai ancaman. Mulai ancaman aktual, ancaman potensial, sampai ancaman hibrida. Selain itu, Kemenhan melihat kondisi alutsista TNI saat ini sudah perlu dibenahi. ’’Dengan juga melihat kondisi alpalhankam (alat peralatan pertahanan dan keamanan) yang faktualnya memang sudah tua,’’ katanya.

Bahkan, Dahnil menyebutkan, 60 persen dari total alutsista berusia sangat tua, usang, dan memprihatinkan. ’’Dengan demikian, modernisasi alpalhankam adalah keniscayaan,’’ tegasnya.

Sejak 2007, pemerintah sudah memetakan minimum essential force (MEF) yang kemudian masuk dalam renstra TNI. Tujuannya, memastikan TNI terus bertambah kuat. Sayang, pemenuhan kebutuhan TNI berdasar renstra tidak melulu mulus berjalan. Rencana pengadaan pesawat tempur guna menggantikan pesawat F-5 Tiger, misalnya, sampai saat ini belum terlaksana. Ditambah insiden-insiden kecelakaan yang melibatkan alutsista. Kondisi tersebut sedikit banyak ikut memengaruhi capaian pemerintah dalam memenuhi kebutuhan TNI.

Baca Juga :  Gaji Pokok dan Tunjangan PNS, TNI dan Polri Dipotong Untuk BPJS Keseha

Sementara itu, menurut analis utama politik keamanan LAB 45 Andi Widjajanto, langkah yang dilakukan Prabowo termasuk baru. ’’Pertama kalinya ada perencanaan di mana belanja alutsista dicoba seratus persen dari pinjaman luar negeri,’’ katanya.

Andi bersama timnya berusaha menjawab pertanyaan terkait dengan anggaran jumbo dalam raperpres alpalhankam. ’’Jadi, kami berusaha memaparkan angka Rp 1,7 kuadriliun itu normal atau tidak untuk perencanaan sampai 2044,’’ bebernya.

Total ada tiga permodelan. Itu berdasar kajian yang dilakukan LAB 45. ’’Dari tiga model itu, kemudian kami menyimpulkan pada dasarnya yang diajukan Rp 1,7 kuadriliun itu sangat normal untuk 2044,’’ jelasnya.

Andi berani menyatakan itu lantaran satu dari tiga permodelan yang ditemukan timnya mendapati angka Rp 1,7 kuadriliun untuk pemenuhan alutsista sampai 2044. ’’Ketemu juga bahwa Rp 1,7 kuadriliun itu normal banget. Pertumbuhan ekonominya 5 persen, anggaran pertahanannya 1 persen dari PDB, lalu belanja alutsistanya 27 persen (dari anggaran pertahanan), pinjaman luar negerinya 30 persen. Ketemu Rp 1,7 kuadriliun itu,’’ jelasnya.

Baca Juga :  Presiden Jokowi Akan Dikarantina Lima Hari

Namun demikian, Andi mengingatkan bahwa Kemenhan tetap harus cermat mengukur beban utang yang akan muncul. Itu sangat penting mengingat pinjaman luar negeri yang muncul dalam raperpres sangat besar. Terkait dengan renstra dan MEF, dia menyebutkan, sejak awal yang dirancang pemerintah adalah mendorong seluruh matra TNI saling terintegrasi dengan kekuatan yang memadai.

Upaya memperkuat TNI yang terus dilakukan pemerintah turut berpengaruh terhadap peringkat kekuatan militer Indonesia. Berdasar data dari laman resmi global fire power, tahun ini Indonesia berada di peringkat ke-16 dari total 140 negara. Posisi itu ditempati Indonesia dengan skor 0,2684. Di Asia, Indonesia hanya kalah posisi oleh Tiongkok, India, Jepang, Korea Selatan, dan Pakistan.

PROKALTENG.CO-Penguatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI yang direncanakan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto tidak main-main. Dengan rencana anggaran mencapai Rp 1.788 triliun, Kementerian Pertahanan akan melakukan pengadaan untuk lima renstra sekaligus.

Juru Bicara (Jubir) Menhan Dahnil Anzar Simanjuntak menjelaskan, alutsista yang kuat masuk dalam rencana strategis Prabowo. ’’Memiliki alat peralatan pertahanan dan keamanan yang efektif dan mutakhir,’’ jelasnya kemarin (3/6).

Keinginan itu didasari adanya berbagai ancaman. Mulai ancaman aktual, ancaman potensial, sampai ancaman hibrida. Selain itu, Kemenhan melihat kondisi alutsista TNI saat ini sudah perlu dibenahi. ’’Dengan juga melihat kondisi alpalhankam (alat peralatan pertahanan dan keamanan) yang faktualnya memang sudah tua,’’ katanya.

Bahkan, Dahnil menyebutkan, 60 persen dari total alutsista berusia sangat tua, usang, dan memprihatinkan. ’’Dengan demikian, modernisasi alpalhankam adalah keniscayaan,’’ tegasnya.

Sejak 2007, pemerintah sudah memetakan minimum essential force (MEF) yang kemudian masuk dalam renstra TNI. Tujuannya, memastikan TNI terus bertambah kuat. Sayang, pemenuhan kebutuhan TNI berdasar renstra tidak melulu mulus berjalan. Rencana pengadaan pesawat tempur guna menggantikan pesawat F-5 Tiger, misalnya, sampai saat ini belum terlaksana. Ditambah insiden-insiden kecelakaan yang melibatkan alutsista. Kondisi tersebut sedikit banyak ikut memengaruhi capaian pemerintah dalam memenuhi kebutuhan TNI.

Baca Juga :  Gaji Pokok dan Tunjangan PNS, TNI dan Polri Dipotong Untuk BPJS Keseha

Sementara itu, menurut analis utama politik keamanan LAB 45 Andi Widjajanto, langkah yang dilakukan Prabowo termasuk baru. ’’Pertama kalinya ada perencanaan di mana belanja alutsista dicoba seratus persen dari pinjaman luar negeri,’’ katanya.

Andi bersama timnya berusaha menjawab pertanyaan terkait dengan anggaran jumbo dalam raperpres alpalhankam. ’’Jadi, kami berusaha memaparkan angka Rp 1,7 kuadriliun itu normal atau tidak untuk perencanaan sampai 2044,’’ bebernya.

Total ada tiga permodelan. Itu berdasar kajian yang dilakukan LAB 45. ’’Dari tiga model itu, kemudian kami menyimpulkan pada dasarnya yang diajukan Rp 1,7 kuadriliun itu sangat normal untuk 2044,’’ jelasnya.

Andi berani menyatakan itu lantaran satu dari tiga permodelan yang ditemukan timnya mendapati angka Rp 1,7 kuadriliun untuk pemenuhan alutsista sampai 2044. ’’Ketemu juga bahwa Rp 1,7 kuadriliun itu normal banget. Pertumbuhan ekonominya 5 persen, anggaran pertahanannya 1 persen dari PDB, lalu belanja alutsistanya 27 persen (dari anggaran pertahanan), pinjaman luar negerinya 30 persen. Ketemu Rp 1,7 kuadriliun itu,’’ jelasnya.

Baca Juga :  Presiden Jokowi Akan Dikarantina Lima Hari

Namun demikian, Andi mengingatkan bahwa Kemenhan tetap harus cermat mengukur beban utang yang akan muncul. Itu sangat penting mengingat pinjaman luar negeri yang muncul dalam raperpres sangat besar. Terkait dengan renstra dan MEF, dia menyebutkan, sejak awal yang dirancang pemerintah adalah mendorong seluruh matra TNI saling terintegrasi dengan kekuatan yang memadai.

Upaya memperkuat TNI yang terus dilakukan pemerintah turut berpengaruh terhadap peringkat kekuatan militer Indonesia. Berdasar data dari laman resmi global fire power, tahun ini Indonesia berada di peringkat ke-16 dari total 140 negara. Posisi itu ditempati Indonesia dengan skor 0,2684. Di Asia, Indonesia hanya kalah posisi oleh Tiongkok, India, Jepang, Korea Selatan, dan Pakistan.

Terpopuler

Artikel Terbaru