31.6 C
Jakarta
Thursday, October 2, 2025

Menperin Ajak Generasi Muda Jadikan Batik Bagian Gaya Hidup Sehari-hari

PROKALTENG.CO – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mendorong generasi muda untuk menjadikan batik bukan sekadar busana formal, melainkan bagian dari fesyen sehari-hari. Dilansir dari ANTARA, menurutnya batik harus hadir lebih dekat dengan gaya hidup modern agar tetap relevan di tengah arus globalisasi.

“Batik perlu dikembangkan dengan desain yang segar, dipasarkan melalui platform digital, dan tetap menjaga kualitas. Dengan begitu, batik bisa diterima generasi muda sebagai pilihan gaya hidup, bukan hanya busana acara resmi,” ujar Agus saat membuka Pameran Merawit Rasa di Museum Tekstil, Jakarta, Kamis (2/10).

Ia menegaskan, pemerintah berkomitmen membumikan batik agar tidak terbatas pada momen tertentu. Batik, kata dia, adalah warisan budaya yang bisa dikenakan dalam berbagai suasana, termasuk santai, sekaligus menjadi pilar ekonomi kreatif berbasis budaya.

Baca Juga :  Dari Warisan Leluhur ke Panggung UNESCO, Begini Asal Usul Hari Batik Nasional

“Industri batik nasional punya ekosistem besar. Ia menopang budaya sekaligus ekonomi, dan sebaliknya, ekonomi juga mendukung keberlanjutan budaya,” ungkapnya.

Dari sisi kinerja, Agus menyebut industri batik menunjukkan tren positif. Ekspor batik pada triwulan pertama 2025 mencapai 7,63 juta dolar AS, naik 76,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada triwulan kedua, ekspor kembali tumbuh dengan capaian 5,09 juta dolar AS atau meningkat 27,2 persen secara tahunan (year on year).

“Ini perkembangan yang baik, tetapi sekaligus menjadi tantangan agar kualitas, inovasi, dan daya saing terus ditingkatkan,” katanya.

Selain pasar ekspor, pasar domestik juga menyimpan potensi besar. Saat ini terdapat hampir 6.000 industri batik di lebih dari 200 sentra produksi yang tersebar di 11 provinsi utama. Sektor ini menyerap sekitar 200.000 tenaga kerja melalui 47.000 unit usaha di 101 daerah produksi batik.

Baca Juga :  Batik Piring Malawen Khas Barsel Resmi Dilaunching

Namun, industri batik menghadapi persoalan regenerasi. Berdasarkan data Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI), jumlah perajin batik menurun dari 151.000 pada 2020 menjadi 101.000 pada 2024.

“Karena itu, penguatan industri batik harus diiringi upaya memastikan regenerasi berjalan. Dengan begitu, batik tetap lestari sebagai budaya dan berkelanjutan sebagai industri,” tutur Agus.

Ia menambahkan, penguatan industri batik sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo, terutama pada poin kelima, yakni mewujudkan kedaulatan ekonomi berbasis keunggulan sumber daya nasional, serta poin keenam, memperkuat budaya bangsa. (ant)

PROKALTENG.CO – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mendorong generasi muda untuk menjadikan batik bukan sekadar busana formal, melainkan bagian dari fesyen sehari-hari. Dilansir dari ANTARA, menurutnya batik harus hadir lebih dekat dengan gaya hidup modern agar tetap relevan di tengah arus globalisasi.

“Batik perlu dikembangkan dengan desain yang segar, dipasarkan melalui platform digital, dan tetap menjaga kualitas. Dengan begitu, batik bisa diterima generasi muda sebagai pilihan gaya hidup, bukan hanya busana acara resmi,” ujar Agus saat membuka Pameran Merawit Rasa di Museum Tekstil, Jakarta, Kamis (2/10).

Ia menegaskan, pemerintah berkomitmen membumikan batik agar tidak terbatas pada momen tertentu. Batik, kata dia, adalah warisan budaya yang bisa dikenakan dalam berbagai suasana, termasuk santai, sekaligus menjadi pilar ekonomi kreatif berbasis budaya.

Baca Juga :  Dari Warisan Leluhur ke Panggung UNESCO, Begini Asal Usul Hari Batik Nasional

“Industri batik nasional punya ekosistem besar. Ia menopang budaya sekaligus ekonomi, dan sebaliknya, ekonomi juga mendukung keberlanjutan budaya,” ungkapnya.

Dari sisi kinerja, Agus menyebut industri batik menunjukkan tren positif. Ekspor batik pada triwulan pertama 2025 mencapai 7,63 juta dolar AS, naik 76,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada triwulan kedua, ekspor kembali tumbuh dengan capaian 5,09 juta dolar AS atau meningkat 27,2 persen secara tahunan (year on year).

“Ini perkembangan yang baik, tetapi sekaligus menjadi tantangan agar kualitas, inovasi, dan daya saing terus ditingkatkan,” katanya.

Selain pasar ekspor, pasar domestik juga menyimpan potensi besar. Saat ini terdapat hampir 6.000 industri batik di lebih dari 200 sentra produksi yang tersebar di 11 provinsi utama. Sektor ini menyerap sekitar 200.000 tenaga kerja melalui 47.000 unit usaha di 101 daerah produksi batik.

Baca Juga :  Batik Piring Malawen Khas Barsel Resmi Dilaunching

Namun, industri batik menghadapi persoalan regenerasi. Berdasarkan data Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI), jumlah perajin batik menurun dari 151.000 pada 2020 menjadi 101.000 pada 2024.

“Karena itu, penguatan industri batik harus diiringi upaya memastikan regenerasi berjalan. Dengan begitu, batik tetap lestari sebagai budaya dan berkelanjutan sebagai industri,” tutur Agus.

Ia menambahkan, penguatan industri batik sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo, terutama pada poin kelima, yakni mewujudkan kedaulatan ekonomi berbasis keunggulan sumber daya nasional, serta poin keenam, memperkuat budaya bangsa. (ant)

Terpopuler

Artikel Terbaru