Dokter spesialis kulit dan kelamin, Dr. dr. Fitria Agustina Sp.KK FINSDV FAADV menjelaskan sejumlah penyakit kulit yang berpotensi timbul saat musim hujan, mulai dari kurap, panu, hingga eksim.
“Musim hujan identik dengan lembap, dengan banjir. Nah itu biasanya penyakit kulit yang berhubungan untuk kondisi tersebut misalnya penyakit yang disebabkan oleh jamur kulit,” ungkap Fitria yang dikutip dari Antara.
Ia mencontohkan salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur kulit saat musim hujan adalah kandidosis kutis, yang biasanya dialami oleh orang bertubuh gemuk.
Kandidosis kutis umumnya muncul pada sela-sela jari kaki dan biasanya menyebabkan kulit di area tersebut menjadi basah atau kemerahan.
Selain itu, kondisi lembap pada musim hujan juga dapat menjadi penyebab berkembangnya penyakit jamur lainnya, seperti tinea atau kurap.
Fitria menyebut bahwa kondisi lembap memungkinkan tinea yang bukan flora normal kulit untuk berkembang, terutama jika perlindungan kulit tidak optimal.
“Pada prinsipnya, kalau kayak tinea itu bukan flora normal ada di kulit kita. Jadi dia tidak boleh ada di kulit kita. Tapi dia bisa berkembang biak kalau skin barrier kita tidak bagus, kalau kondisi kulit kita lembap itu akan berkembang biak dengan mudah,” terangnya.
Ia juga menyebutkan bahwa panu, yang disebabkan oleh jamur Malassezia furfur adalah masalah kulit lainnya yang umum terjadi saat musim hujan.
Kemunculan panu pada beberapa individu dapat disebabkan oleh kelembapan yang tinggi, kurangnya kebersihan, dan pakaian yang sering basah.
“Kalau yang lainnya pada kondisi tertentu mungkin dermatitis atopik atau eczema (eksim). Pada beberapa orang, kondisi hujan itu jadi pencetus untuk eczema,” katanya.
Fitria menyarankan sejumlah tips agar terhindar dari masalah penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur saat musim hujan, yaitu dari menjaga kebersihan kulit baik wajah maupun tubuh, menggunakan pelembab, dan tabir surya.
Ia menegaskan bahwa penggunaan tabir surya saat musim hujan tetap penting dilakukan karena cahaya tampak saat cuaca mendung atau berawan tetap mengandung sinar ultraviolet (UV).
“Cahaya tampak itu memang isinya selain ada UV-nya, ada juga blue light atau sinar biru, atau infrared. Nah itu ada semua di cahaya tampak,” ucap Fitria.
“Untuk energi memang jauh lebih kecil dari UV, tetapi walaupun berawan UV tetap ada. Jangan hanya karena berawan tidak pakai sunscreen, walau agak gerimis tapi kan tetap terang,” lanjutnya.(jpc)