27.5 C
Jakarta
Saturday, March 22, 2025

Sayangi Ginjal Sejak Dini, Dengan Menjaga Ginjal Pastikan Masa Depan Lebih Cerah

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO– Dalam memperingati Hari Ginjal Sedunia pada Kamis, 13 Maret 2025, Podcast Ruang Redaksi menghadirkan dua narasumber yang telah lama bergelut di dunia kesehatan, khususnya kesehatan ginjal, Tresia Eramitha, S.Kep., Ns, M.Kep dan Mulyadi, S.Kep., Ns.

Keduanya merupakan perawat dialisis di RSUD dr. Doris Sylvanus (RSDS) Palangka Raya dan memiliki pengalaman luas dalam menangani pasien gangguan ginjal.

Kali ini, topik yang diangkat menyentuh sesuatu yang jarang dibahas, tetapi memiliki peran luar biasa dalam kehidupan manusia, ginjal. Mitha, begitu ia akrab disapa, membuka diskusi dengan kalimat sederhana, tetapi penuh makna. “Ginjal itu kecil, tetapi perannya dalam tubuh luar biasa besar,” ucapnya.

Dari sana, perbincangan mulai mengalir, membahas bagaimana ginjal bekerja, kebiasaan yang merusaknya, serta cara-cara efektif untuk menjaganya tetap sehat. Ginjal, yang terletak di bagian belakang perut dekat tulang belakang, berfungsi layaknya penyaring alami tubuh.

Organ ini berperan dalam membuang racun, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, serta mengatur tekanan darah. Namun, banyak orang tidak menyadari bahwa pola hidup yang buruk bisa merusak ginjal secara perlahan tanpa gejala yang jelas. Hingga akhirnya, ketika kondisi sudah parah, barulah menyadari bahwa ginjal sudah dalam bahaya.

“Sayangnya, kebanyakan pasien baru tahu mereka punya masalah ginjal ketika sudah stadium akhir,” ungkap Mitha.

Karena itu, pemahaman mengenai pencegahan menjadi kunci utama dalam menjaga kesehatan ginjal. Bahkan, tanpa disadari, banyak kebiasaan sehari-hari yang bisa merusak ginjal. Mitha dan Mulyadi pun menguraikan beberapa di antaranya.

Pertama, terlalu sering mengonsumsi minuman manis dan suplemen berlebihan. Banyak orang tidak menyadari bahwa minuman suplemen, kopi instan, dan minuman kemasan mengandung banyak zat tambahan yang bisa membebani ginjal.

Kedua, terlalu banyak konsumsi garam dan gula. Makanan tinggi natrium, diumpamakan seperti memelihara macan tidur. Jika dikonsumsi berlebihan, lama-kelamaan ginjal bisa mengalami kerusakan serius.

Ketiga, kurang minum air putih. Air putih adalah kunci utama untuk menjaga ginjal tetap sehat. Mulyadi menyarankan untuk minum minimal dua liter air per hari agar ginjal bisa bekerja optimal.

Keempat, merokok dan kurang olahraga. Merokok dapat menyumbat pembuluh darah ginjal, sehingga mengurangi suplai oksigen dan mempercepat kerusakan organ ini. Kelima, sering begadang dan stres berlebihan. Kurang istirahat dan stres berkepanjangan juga bisa berkontribusi terhadap gangguan ginjal.

Baca Juga :  Dahsyat! Ini Manfaat Mengonsumsi Minuman Jeruk Nipis dengan Madu

“Karena itu, healing dan relaksasi sangat penting untuk menjaga kesehatan organ ini,” ucap Mulyadi.

Di sisi lain, yang lebih mengkhawatirkan, dewasa ini kasus gagal ginjal tidak lagi hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak-anak.

“Kami sedang menangani seorang anak dengan gangguan ginjal bawaan. Kebanyakan anak-anak yang mengalami masalah ginjal itu akibat pola makan yang tidak sehat,” jelas Mulyadi.

Menanggapi pernyataan Mulyadi, Mitha menekankan peran orang tua sangat penting dalam mengawasi makanan dan minuman yang dikonsumsi anak-anak. Makanan cepat saji, minuman tinggi gula, dan kebiasaan mengonsumsi kopi yang makin populer di kalangan remaja, bisa memicu penyakit ginjal sejak usia dini.

Terlebih, salah satu hal yang paling mengkhawatirkan dari gagal ginjal adalah gejalanya yang sering muncul tiba-tiba. Pasien sering kali baru menyadari penyakitnya ketika sudah mencapai stadium lanjut (stadium 5), di mana ginjal hampir tidak berfungsi sama sekali.

“Biasanya pasien merasa lemas, sesak napas, dan badan bengkak. Ketika diperiksa lebih lanjut, ternyata sudah mengalami komplikasi akibat hipertensi atau diabetes,” jelas Mulyadi.

Oleh karena itu, bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit ini, disarankan untuk rutin memeriksa kesehatan, terutama bagi mereka yang sudah berusia di atas 40 tahun. Bagi mereka yang sudah mengalami gagal ginjal, terapi dialisis atau cuci darah dapat menjadi penyelamat hidup.

Ini adalah perawatan yang memungkinkan orang dengan gagal ginjal stadium akhir untuk tetap hidup dan sehat. “Dialisis adalah proses penyaringan darah menggunakan mesin atau selaput perut untuk membuang racun dan kelebihan cairan dari tubuh,” terang Mulyadi.

Di RSDS, kini tersedia dua jenis dialisis. Pertama, hemodialisis. Darah pasien dialirkan ke mesin dialisis untuk disaring, lalu dikembalikan ke dalam tubuh. Kedua, dialisis peritoneal (CAPD), yakni proses cuci darah yang dilakukan melalui selaput perut, yang bisa dilakukan di rumah saat pasien tidur. Sayangnya, untuk transparansi ginjal masih belum tersedia.

Baca Juga :  Untuk Melindungi Kesehatan Mata, Berikut 7 Makanan yang Direkomendasikan

“Di RSDS, kami memiliki sekitar 30 mesin dialisis dan melayani pasien tiap hari, Senin sampai Sabtu. Bahkan tanggal merah pun kami tetap melayani, karena tiap pasien sudah memiliki jadwal masing-masing, kecuali hari Minggu karena kami libur,” tambah Mitha.

Rumah sakit ini memiliki sekitar 30 mesin hemodialisis dan tenaga medis yang terdiri dari 14 perawat dan 2 dokter spesialis, yang dibagi dalam dua shif. Proses ini biasanya berlangsung selama 4-5 jam per sesi, dengan jadwal ideal 1-12 jam per minggu. Meski dialisis bisa membantu pasien bertahan hidup, pencegahan tetap jauh lebih baik daripada harus menjalani prosedur ini seumur hidup.

Mitha menyebut, pencegahan gagal ginjal dapat dilakukan dengan program CERDIK. Sebab, untuk mencegah semakin banyaknya kasus gagal ginjal, pemerintah menggalakkan program ini: Cek kesehatan secara berkala; Enyahkan asap rokok; Rajin aktivitas fisik; Diet seimbang; Istirahat cukup; Kelola stres.

Selain itu, edukasi sejak dini pun sangat penting. Salah satu cara efektif adalah melalui sosialisasi di sekolah-sekolah. Pemerintah juga telah menyediakan program cek kesehatan gratis bagi masyarakat yang berulang tahun, yang bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi dini berbagai penyakit, termasuk gangguan ginjal.

Selain itu, memiliki alat tensi darah dan alat cek gula darah di rumah masing-masing dapat membantu masyarakat lebih proaktif dalam memantau kondisi kesehatan. Dalam perbincangan itu, baik Mitha maupun Mulyadi menekankan satu pesan utama, yakni sayangi ginjal sejak dini. Minum air putih minimal 2 liter per hari, batasi konsumsi garam dan gula, rajin berolahraga, serta hindari rokok dan stres.

“Ubur-ubur ikan lele, sayangi ginjal Anda le, untuk masa depan yang cerah,” ucap Mitha dengan semangat. Pada penghujung diskusi, Mulyadi juga mengingatkan kembali pentingnya kebiasaan sederhana yang sering diabaikan.

“Cukup dengan minum air putih secukupnya tiap hari, kita sudah membantu ginjal bekerja lebih baik,” pungkasnya.

Hari Ginjal Sedunia bukan sekadar peringatan tahunan. Ini adalah pengingat bagi kita semua bahwa kesehatan ginjal harus menjadi prioritas. Dengan menjaga ginjal, kita tidak hanya menjaga tubuh tetap sehat, tetapi juga memastikan masa depan yang lebih cerah. (ovi/ala/kpg)

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO– Dalam memperingati Hari Ginjal Sedunia pada Kamis, 13 Maret 2025, Podcast Ruang Redaksi menghadirkan dua narasumber yang telah lama bergelut di dunia kesehatan, khususnya kesehatan ginjal, Tresia Eramitha, S.Kep., Ns, M.Kep dan Mulyadi, S.Kep., Ns.

Keduanya merupakan perawat dialisis di RSUD dr. Doris Sylvanus (RSDS) Palangka Raya dan memiliki pengalaman luas dalam menangani pasien gangguan ginjal.

Kali ini, topik yang diangkat menyentuh sesuatu yang jarang dibahas, tetapi memiliki peran luar biasa dalam kehidupan manusia, ginjal. Mitha, begitu ia akrab disapa, membuka diskusi dengan kalimat sederhana, tetapi penuh makna. “Ginjal itu kecil, tetapi perannya dalam tubuh luar biasa besar,” ucapnya.

Dari sana, perbincangan mulai mengalir, membahas bagaimana ginjal bekerja, kebiasaan yang merusaknya, serta cara-cara efektif untuk menjaganya tetap sehat. Ginjal, yang terletak di bagian belakang perut dekat tulang belakang, berfungsi layaknya penyaring alami tubuh.

Organ ini berperan dalam membuang racun, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, serta mengatur tekanan darah. Namun, banyak orang tidak menyadari bahwa pola hidup yang buruk bisa merusak ginjal secara perlahan tanpa gejala yang jelas. Hingga akhirnya, ketika kondisi sudah parah, barulah menyadari bahwa ginjal sudah dalam bahaya.

“Sayangnya, kebanyakan pasien baru tahu mereka punya masalah ginjal ketika sudah stadium akhir,” ungkap Mitha.

Karena itu, pemahaman mengenai pencegahan menjadi kunci utama dalam menjaga kesehatan ginjal. Bahkan, tanpa disadari, banyak kebiasaan sehari-hari yang bisa merusak ginjal. Mitha dan Mulyadi pun menguraikan beberapa di antaranya.

Pertama, terlalu sering mengonsumsi minuman manis dan suplemen berlebihan. Banyak orang tidak menyadari bahwa minuman suplemen, kopi instan, dan minuman kemasan mengandung banyak zat tambahan yang bisa membebani ginjal.

Kedua, terlalu banyak konsumsi garam dan gula. Makanan tinggi natrium, diumpamakan seperti memelihara macan tidur. Jika dikonsumsi berlebihan, lama-kelamaan ginjal bisa mengalami kerusakan serius.

Ketiga, kurang minum air putih. Air putih adalah kunci utama untuk menjaga ginjal tetap sehat. Mulyadi menyarankan untuk minum minimal dua liter air per hari agar ginjal bisa bekerja optimal.

Keempat, merokok dan kurang olahraga. Merokok dapat menyumbat pembuluh darah ginjal, sehingga mengurangi suplai oksigen dan mempercepat kerusakan organ ini. Kelima, sering begadang dan stres berlebihan. Kurang istirahat dan stres berkepanjangan juga bisa berkontribusi terhadap gangguan ginjal.

Baca Juga :  Dahsyat! Ini Manfaat Mengonsumsi Minuman Jeruk Nipis dengan Madu

“Karena itu, healing dan relaksasi sangat penting untuk menjaga kesehatan organ ini,” ucap Mulyadi.

Di sisi lain, yang lebih mengkhawatirkan, dewasa ini kasus gagal ginjal tidak lagi hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak-anak.

“Kami sedang menangani seorang anak dengan gangguan ginjal bawaan. Kebanyakan anak-anak yang mengalami masalah ginjal itu akibat pola makan yang tidak sehat,” jelas Mulyadi.

Menanggapi pernyataan Mulyadi, Mitha menekankan peran orang tua sangat penting dalam mengawasi makanan dan minuman yang dikonsumsi anak-anak. Makanan cepat saji, minuman tinggi gula, dan kebiasaan mengonsumsi kopi yang makin populer di kalangan remaja, bisa memicu penyakit ginjal sejak usia dini.

Terlebih, salah satu hal yang paling mengkhawatirkan dari gagal ginjal adalah gejalanya yang sering muncul tiba-tiba. Pasien sering kali baru menyadari penyakitnya ketika sudah mencapai stadium lanjut (stadium 5), di mana ginjal hampir tidak berfungsi sama sekali.

“Biasanya pasien merasa lemas, sesak napas, dan badan bengkak. Ketika diperiksa lebih lanjut, ternyata sudah mengalami komplikasi akibat hipertensi atau diabetes,” jelas Mulyadi.

Oleh karena itu, bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit ini, disarankan untuk rutin memeriksa kesehatan, terutama bagi mereka yang sudah berusia di atas 40 tahun. Bagi mereka yang sudah mengalami gagal ginjal, terapi dialisis atau cuci darah dapat menjadi penyelamat hidup.

Ini adalah perawatan yang memungkinkan orang dengan gagal ginjal stadium akhir untuk tetap hidup dan sehat. “Dialisis adalah proses penyaringan darah menggunakan mesin atau selaput perut untuk membuang racun dan kelebihan cairan dari tubuh,” terang Mulyadi.

Di RSDS, kini tersedia dua jenis dialisis. Pertama, hemodialisis. Darah pasien dialirkan ke mesin dialisis untuk disaring, lalu dikembalikan ke dalam tubuh. Kedua, dialisis peritoneal (CAPD), yakni proses cuci darah yang dilakukan melalui selaput perut, yang bisa dilakukan di rumah saat pasien tidur. Sayangnya, untuk transparansi ginjal masih belum tersedia.

Baca Juga :  Untuk Melindungi Kesehatan Mata, Berikut 7 Makanan yang Direkomendasikan

“Di RSDS, kami memiliki sekitar 30 mesin dialisis dan melayani pasien tiap hari, Senin sampai Sabtu. Bahkan tanggal merah pun kami tetap melayani, karena tiap pasien sudah memiliki jadwal masing-masing, kecuali hari Minggu karena kami libur,” tambah Mitha.

Rumah sakit ini memiliki sekitar 30 mesin hemodialisis dan tenaga medis yang terdiri dari 14 perawat dan 2 dokter spesialis, yang dibagi dalam dua shif. Proses ini biasanya berlangsung selama 4-5 jam per sesi, dengan jadwal ideal 1-12 jam per minggu. Meski dialisis bisa membantu pasien bertahan hidup, pencegahan tetap jauh lebih baik daripada harus menjalani prosedur ini seumur hidup.

Mitha menyebut, pencegahan gagal ginjal dapat dilakukan dengan program CERDIK. Sebab, untuk mencegah semakin banyaknya kasus gagal ginjal, pemerintah menggalakkan program ini: Cek kesehatan secara berkala; Enyahkan asap rokok; Rajin aktivitas fisik; Diet seimbang; Istirahat cukup; Kelola stres.

Selain itu, edukasi sejak dini pun sangat penting. Salah satu cara efektif adalah melalui sosialisasi di sekolah-sekolah. Pemerintah juga telah menyediakan program cek kesehatan gratis bagi masyarakat yang berulang tahun, yang bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi dini berbagai penyakit, termasuk gangguan ginjal.

Selain itu, memiliki alat tensi darah dan alat cek gula darah di rumah masing-masing dapat membantu masyarakat lebih proaktif dalam memantau kondisi kesehatan. Dalam perbincangan itu, baik Mitha maupun Mulyadi menekankan satu pesan utama, yakni sayangi ginjal sejak dini. Minum air putih minimal 2 liter per hari, batasi konsumsi garam dan gula, rajin berolahraga, serta hindari rokok dan stres.

“Ubur-ubur ikan lele, sayangi ginjal Anda le, untuk masa depan yang cerah,” ucap Mitha dengan semangat. Pada penghujung diskusi, Mulyadi juga mengingatkan kembali pentingnya kebiasaan sederhana yang sering diabaikan.

“Cukup dengan minum air putih secukupnya tiap hari, kita sudah membantu ginjal bekerja lebih baik,” pungkasnya.

Hari Ginjal Sedunia bukan sekadar peringatan tahunan. Ini adalah pengingat bagi kita semua bahwa kesehatan ginjal harus menjadi prioritas. Dengan menjaga ginjal, kita tidak hanya menjaga tubuh tetap sehat, tetapi juga memastikan masa depan yang lebih cerah. (ovi/ala/kpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru