31.8 C
Jakarta
Wednesday, August 27, 2025

Enam Jurnalis Tewas dalam Serangan Israel di Gaza, Dunia Kecam Pembungkaman Media

PROKALTENG.CO-Gaza kembali diguncang tragedi berdarah. Enam jurnalis Palestina dilaporkan tewas dalam serangan Israel pada Senin (25/8), menjadikan serangan ini salah satu hari paling mematikan bagi pekerja media sejak perang di Jalur Gaza meletus hampir dua tahun lalu.

Serangan pertama menghantam Kompleks Medis Nasser di Khan Younis, fasilitas kesehatan utama di Gaza selatan. Lima jurnalis, termasuk fotografer Al Jazeera, Mohammad Salama, meregang nyawa ketika rudal Israel menghantam kawasan rumah sakit tersebut.

Tak berhenti di situ, beberapa jam kemudian seorang jurnalis lain tewas dalam serangan terpisah di wilayah yang sama. Dengan demikian, total enam pewarta kehilangan nyawa hanya dalam satu hari.

Menurut saksi mata dan tenaga medis, serangan ke rumah sakit dilakukan dengan pola double-tap strike, rudal pertama menghantam lokasi, lalu disusul serangan kedua ketika tim penyelamat dan jurnalis berusaha menolong korban.

Baca Juga :  Di Negara Ini, Istri Melahirkan Dapat 155 Juta Plus Suami Cuti 9 Bulan

Pola serangan semacam ini sebelumnya banyak dikritik lembaga HAM karena berpotensi menargetkan secara sengaja pekerja medis maupun jurnalis.

Al Jazeera Media Network, yang kehilangan dua jurnalis dalam kurun dua pekan terakhir, menuduh Israel sengaja melakukan pembunuhan sistematis terhadap awak media di Gaza.

“Ini adalah kampanye yang dirancang untuk membungkam kebenaran. Israel telah secara langsung menargetkan dan membunuh jurnalis, termasuk kameramen kami Mohammad Salama,” demikian pernyataan resmi jaringan berita asal Qatar tersebut.

Mereka juga menyinggung kematian jurnalis senior Anas al-Sharif dua minggu sebelumnya, yang selama ini dikenal sebagai ‘suara Gaza’ karena liputannya yang konsisten dari lapangan.

“Darah para jurnalis kami belum kering ketika Israel kembali melakukan kejahatan baru,” lanjut pernyataan Al Jazeera, yang menyebut serangan ini melanggar hukum internasional dan setara dengan kejahatan perang.

Serangan yang menewaskan enam jurnalis sekaligus ini menambah panjang daftar korban dari kalangan media di Gaza. Sejak pecahnya perang pada Oktober 2023, puluhan jurnalis Palestina telah terbunuh, menjadikan konflik ini salah satu yang paling mematikan bagi pekerja media dalam sejarah modern.

Baca Juga :  Pekerja PT PSP Tewas Tenggelam

Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut insiden di Khan Younis sebagai “kesalahan tragis”. Namun, pernyataan itu tidak meredam kritik internasional.

Sejumlah organisasi media global dan lembaga HAM mendesak dilakukan investigasi independen, menegaskan bahwa serangan terhadap jurnalis merupakan pelanggaran berat Konvensi Jenewa.

Tragedi ini juga terjadi di tengah meningkatnya ofensif Israel untuk merebut Gaza City, meski PBB telah mengumumkan bahwa wilayah berpenduduk 2,3 juta orang itu tengah menghadapi krisis kelaparan akut.

Dengan akses media internasional yang terus diblokir Israel, laporan dari jurnalis lokal, yang kini banyak menjadi korban, merupakan satu-satunya jendela dunia terhadap realitas perang di Gaza. (jpg)

PROKALTENG.CO-Gaza kembali diguncang tragedi berdarah. Enam jurnalis Palestina dilaporkan tewas dalam serangan Israel pada Senin (25/8), menjadikan serangan ini salah satu hari paling mematikan bagi pekerja media sejak perang di Jalur Gaza meletus hampir dua tahun lalu.

Serangan pertama menghantam Kompleks Medis Nasser di Khan Younis, fasilitas kesehatan utama di Gaza selatan. Lima jurnalis, termasuk fotografer Al Jazeera, Mohammad Salama, meregang nyawa ketika rudal Israel menghantam kawasan rumah sakit tersebut.

Tak berhenti di situ, beberapa jam kemudian seorang jurnalis lain tewas dalam serangan terpisah di wilayah yang sama. Dengan demikian, total enam pewarta kehilangan nyawa hanya dalam satu hari.

Menurut saksi mata dan tenaga medis, serangan ke rumah sakit dilakukan dengan pola double-tap strike, rudal pertama menghantam lokasi, lalu disusul serangan kedua ketika tim penyelamat dan jurnalis berusaha menolong korban.

Baca Juga :  Di Negara Ini, Istri Melahirkan Dapat 155 Juta Plus Suami Cuti 9 Bulan

Pola serangan semacam ini sebelumnya banyak dikritik lembaga HAM karena berpotensi menargetkan secara sengaja pekerja medis maupun jurnalis.

Al Jazeera Media Network, yang kehilangan dua jurnalis dalam kurun dua pekan terakhir, menuduh Israel sengaja melakukan pembunuhan sistematis terhadap awak media di Gaza.

“Ini adalah kampanye yang dirancang untuk membungkam kebenaran. Israel telah secara langsung menargetkan dan membunuh jurnalis, termasuk kameramen kami Mohammad Salama,” demikian pernyataan resmi jaringan berita asal Qatar tersebut.

Mereka juga menyinggung kematian jurnalis senior Anas al-Sharif dua minggu sebelumnya, yang selama ini dikenal sebagai ‘suara Gaza’ karena liputannya yang konsisten dari lapangan.

“Darah para jurnalis kami belum kering ketika Israel kembali melakukan kejahatan baru,” lanjut pernyataan Al Jazeera, yang menyebut serangan ini melanggar hukum internasional dan setara dengan kejahatan perang.

Serangan yang menewaskan enam jurnalis sekaligus ini menambah panjang daftar korban dari kalangan media di Gaza. Sejak pecahnya perang pada Oktober 2023, puluhan jurnalis Palestina telah terbunuh, menjadikan konflik ini salah satu yang paling mematikan bagi pekerja media dalam sejarah modern.

Baca Juga :  Pekerja PT PSP Tewas Tenggelam

Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut insiden di Khan Younis sebagai “kesalahan tragis”. Namun, pernyataan itu tidak meredam kritik internasional.

Sejumlah organisasi media global dan lembaga HAM mendesak dilakukan investigasi independen, menegaskan bahwa serangan terhadap jurnalis merupakan pelanggaran berat Konvensi Jenewa.

Tragedi ini juga terjadi di tengah meningkatnya ofensif Israel untuk merebut Gaza City, meski PBB telah mengumumkan bahwa wilayah berpenduduk 2,3 juta orang itu tengah menghadapi krisis kelaparan akut.

Dengan akses media internasional yang terus diblokir Israel, laporan dari jurnalis lokal, yang kini banyak menjadi korban, merupakan satu-satunya jendela dunia terhadap realitas perang di Gaza. (jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru