PROKALTENG.CO-Ketegangan di Jalur Gaza kembali memuncak. Minggu (19/10), pesawat tempur Israel dilaporkan melancarkan serangan udara di Rafah, Gaza Selatan, serangan paling serius sejak gencatan senjata diberlakukan lebih dari sepekan lalu.
Media Israel melaporkan, serangan itu terjadi setelah militan Hamas keluar dari terowongan bawah tanah dan menembaki pasukan Israel di wilayah tersebut, memicu baku tembak sengit yang terus berlanjut hingga siang hari.
Baik militer Israel maupun Hamas belum mengeluarkan pernyataan resmi. Namun, laporan dari radio militer Israel menyebut bentrokan di Rafah berlangsung “mematikan”.
Serangan tersebut menambah daftar panjang pelanggaran gencatan senjata yang kian rapuh. Kantor media pemerintah Gaza, mengutip Guardian, menuduh Israel telah melanggar gencatan senjata hingga 48 kali sejak diberlakukan 10 hari lalu, dengan 38 warga Palestina tewas akibat serangan udara dan tembakan di berbagai wilayah.
Sebaliknya, Israel menuding Hamas tidak mematuhi kesepakatan dengan menunda pengembalian jenazah para sandera yang tewas. Pejabat Israel, dikutip media lokal, menyebut Hamas sedang “menguji batas kesepakatan” dengan mendekati kelompok tentara di Gaza.
Kesepakatan gencatan senjata yang disusun Amerika Serikat dan dimediasi Mesir itu seharusnya mengakhiri perang hampir dua tahun di Gaza. Dalam perjanjian itu, Hamas diwajibkan membebaskan seluruh sandera Israel, sementara Israel membebaskan hampir 2.000 tahanan Palestina.
Namun, sebelum akhir pekan, kesepakatan itu sudah goyah. Negosiator di Kairo masih berupaya memperjelas poin-poin implementasi di tengah meningkatnya tekanan politik di Tel Aviv.
Serangan di Rafah langsung memicu seruan keras dari kubu sayap kanan Israel. Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk segera melanjutkan operasi militer dengan kekuatan penuh di Gaza, mengancam kesepakatan damai yang sudah diupayakan dalam dua pekan terakhir ini.
“Ilusi bahwa Hamas akan berubah atau mematuhi perjanjian terbukti berbahaya bagi keamanan Israel,” tulis Ben-Gvir di platform X.
Sementara sehari sebelumnya, Hamas menyerahkan dua peti jenazah kepada Israel. Mereka diidentifikasi sebagai Ronen Engel, fotografer dan relawan medis yang tewas pada 7 Oktober 2023 di Kibbutz Be’eri, serta Sonthaya Oakkharasr, warga negara Thailand.
Kantor Netanyahu mengkonfirmasi pengembalian tersebut dan menegaskan komitmennya untuk memastikan “seluruh sandera dan jenazah mereka dipulangkan ke Israel.”
Namun, hingga Sabtu (18/10) malam, Hamas baru menyerahkan 12 dari 28 jenazah sandera yang telah tewas. Kelompok itu mengklaim butuh alat berat untuk mengevakuasi sisanya dari reruntuhan Gaza dan menuding Israel menutup Perbatasan Rafah, sehingga proses itu tertunda.
Israel menolak tudingan tersebut dan menegaskan penutupan Rafah akan tetap berlaku hingga semua jenazah sandera dikembalikan. (jpg)