28.9 C
Jakarta
Thursday, October 16, 2025

Jurnalis Palestina Saleh Aljafarawi Tewas Ditembak setelah Gencatan Senjata

PROKALTENG.CO-Ironi tragis masih mewarnai Gaza setelah pengumuman gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Saleh Aljafarawi, jurnalis sekaligus kreator konten Palestina yang dikenal luas karena liputannya di tengah konflik, tewas ditembak saat menjalankan tugas jurnalistiknya. Kejadian ini hanya berselang beberapa hari setelah kesepakatan damai sementara diumumkan di Jalur Gaza.

Dilansir dari Al Jazeera, Rabu (15/10/2025), Saleh Aljafarawi (28) ditembak oleh anggota “milisi bersenjata” yang diduga memiliki keterkaitan dengan Israel. Insiden itu terjadi di lingkungan Sabra, salah satu kawasan padat di Kota Gaza yang menjadi titik bentrokan antara kelompok bersenjata dan pasukan keamanan Hamas.

Lembaga verifikasi Sanad milik Al Jazeera memastikan keaslian rekaman video yang beredar di media sosial, memperlihatkan tubuh Aljafarawi yang mengenakan rompi bertanda press di bagian belakang sebuah truk. Jurnalis muda itu dilaporkan hilang sejak Minggu (12/10) pagi sebelum akhirnya ditemukan tak bernyawa beberapa jam kemudian.

Sumber-sumber Palestina menyebut bentrokan di Sabra melibatkan pasukan keamanan Hamas dan kelompok bersenjata dari klan Doghmush. Namun hingga kini, otoritas lokal belum memberikan konfirmasi resmi mengenai identitas pihak yang bertanggung jawab atas penembakan tersebut.

Baca Juga :  Bocah 4 Tahun Diculik 18 Hari, Ditemukan dalam Kondisi Sehat

Seorang pejabat senior di Kementerian Dalam Negeri Gaza mengatakan kepada Al Jazeera Arabic bahwa bentrokan itu melibatkan “milisi bersenjata yang berafiliasi dengan pendudukan [Israel].” Ia menambahkan, pasukan keamanan telah mengepung kelompok itu setelah laporan muncul bahwa para “anggota milisi” menembaki warga pengungsi yang tengah kembali dari Gaza bagian selatan ke Kota Gaza.

“Situasi keamanan di Gaza masih sangat rapuh meskipun gencatan senjata telah berlaku,” ujar pejabat tersebut. Pernyataan ini menegaskan bahwa meski pertempuran besar berhenti, ketegangan di tingkat lokal tetap tinggi dan berpotensi memicu kekerasan baru.

Di tengah kondisi keamanan yang tidak menentu itu, kisah pribadi Aljafarawi menjadi gambaran nyata tentang kehidupan warga sipil yang terus dibayangi ketakutan dan kehilangan. Dalam wawancara dengan Al Jazeera pada Januari lalu, Aljafarawi berbagi kisah pribadinya tentang menjadi pengungsi dari Gaza utara.

“Semua peristiwa yang saya alami selama 467 hari ini tidak akan pernah terhapus dari ingatan. Semua yang kami hadapi, kami tidak akan bisa melupakannya,” katanya dengan suara bergetar dalam wawancara itu.

Baca Juga :  Israel Bombardir Gaza Tanpa Henti, Korban Tewas Mencapai 1.200 Orang

Ia juga mengaku sering menerima ancaman langsung dari Israel karena aktivitas jurnalistiknya yang berfokus pada penderitaan warga sipil. “Sejujurnya, saya hidup dalam ketakutan setiap detik, terutama setelah mendengar apa yang dikatakan pendudukan Israel tentang saya. Saya hidup dari detik ke detik, tanpa tahu apa yang akan terjadi berikutnya,” ujar Aljafarawi dalam wawancara tersebut.

Kematian Aljafarawi menambah daftar panjang jurnalis yang menjadi korban sejak perang Israel–Hamas meletus pada Oktober 2023. Lebih dari 270 pekerja media dilaporkan tewas di Gaza, menjadikan konflik ini yang paling mematikan bagi jurnalis dalam sejarah modern.

Tragedi ini terjadi di tengah upaya diplomatik global untuk mengakhiri perang. Presiden Amerika Serikat Donald Trump dijadwalkan menghadiri Gaza Summit di Sharm el-Sheikh, Mesir, bersama sejumlah pemimpin dunia.

Pertemuan itu, menurut Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, bertujuan “mengakhiri perang di Jalur Gaza, memperkuat upaya perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah, serta membuka era baru keamanan kawasan.” Meski demikian, pertemuan bersejarah itu digelar tanpa kehadiran perwakilan Israel maupun Hamas. (jpg)

PROKALTENG.CO-Ironi tragis masih mewarnai Gaza setelah pengumuman gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Saleh Aljafarawi, jurnalis sekaligus kreator konten Palestina yang dikenal luas karena liputannya di tengah konflik, tewas ditembak saat menjalankan tugas jurnalistiknya. Kejadian ini hanya berselang beberapa hari setelah kesepakatan damai sementara diumumkan di Jalur Gaza.

Dilansir dari Al Jazeera, Rabu (15/10/2025), Saleh Aljafarawi (28) ditembak oleh anggota “milisi bersenjata” yang diduga memiliki keterkaitan dengan Israel. Insiden itu terjadi di lingkungan Sabra, salah satu kawasan padat di Kota Gaza yang menjadi titik bentrokan antara kelompok bersenjata dan pasukan keamanan Hamas.

Lembaga verifikasi Sanad milik Al Jazeera memastikan keaslian rekaman video yang beredar di media sosial, memperlihatkan tubuh Aljafarawi yang mengenakan rompi bertanda press di bagian belakang sebuah truk. Jurnalis muda itu dilaporkan hilang sejak Minggu (12/10) pagi sebelum akhirnya ditemukan tak bernyawa beberapa jam kemudian.

Sumber-sumber Palestina menyebut bentrokan di Sabra melibatkan pasukan keamanan Hamas dan kelompok bersenjata dari klan Doghmush. Namun hingga kini, otoritas lokal belum memberikan konfirmasi resmi mengenai identitas pihak yang bertanggung jawab atas penembakan tersebut.

Baca Juga :  Bocah 4 Tahun Diculik 18 Hari, Ditemukan dalam Kondisi Sehat

Seorang pejabat senior di Kementerian Dalam Negeri Gaza mengatakan kepada Al Jazeera Arabic bahwa bentrokan itu melibatkan “milisi bersenjata yang berafiliasi dengan pendudukan [Israel].” Ia menambahkan, pasukan keamanan telah mengepung kelompok itu setelah laporan muncul bahwa para “anggota milisi” menembaki warga pengungsi yang tengah kembali dari Gaza bagian selatan ke Kota Gaza.

“Situasi keamanan di Gaza masih sangat rapuh meskipun gencatan senjata telah berlaku,” ujar pejabat tersebut. Pernyataan ini menegaskan bahwa meski pertempuran besar berhenti, ketegangan di tingkat lokal tetap tinggi dan berpotensi memicu kekerasan baru.

Di tengah kondisi keamanan yang tidak menentu itu, kisah pribadi Aljafarawi menjadi gambaran nyata tentang kehidupan warga sipil yang terus dibayangi ketakutan dan kehilangan. Dalam wawancara dengan Al Jazeera pada Januari lalu, Aljafarawi berbagi kisah pribadinya tentang menjadi pengungsi dari Gaza utara.

“Semua peristiwa yang saya alami selama 467 hari ini tidak akan pernah terhapus dari ingatan. Semua yang kami hadapi, kami tidak akan bisa melupakannya,” katanya dengan suara bergetar dalam wawancara itu.

Baca Juga :  Israel Bombardir Gaza Tanpa Henti, Korban Tewas Mencapai 1.200 Orang

Ia juga mengaku sering menerima ancaman langsung dari Israel karena aktivitas jurnalistiknya yang berfokus pada penderitaan warga sipil. “Sejujurnya, saya hidup dalam ketakutan setiap detik, terutama setelah mendengar apa yang dikatakan pendudukan Israel tentang saya. Saya hidup dari detik ke detik, tanpa tahu apa yang akan terjadi berikutnya,” ujar Aljafarawi dalam wawancara tersebut.

Kematian Aljafarawi menambah daftar panjang jurnalis yang menjadi korban sejak perang Israel–Hamas meletus pada Oktober 2023. Lebih dari 270 pekerja media dilaporkan tewas di Gaza, menjadikan konflik ini yang paling mematikan bagi jurnalis dalam sejarah modern.

Tragedi ini terjadi di tengah upaya diplomatik global untuk mengakhiri perang. Presiden Amerika Serikat Donald Trump dijadwalkan menghadiri Gaza Summit di Sharm el-Sheikh, Mesir, bersama sejumlah pemimpin dunia.

Pertemuan itu, menurut Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, bertujuan “mengakhiri perang di Jalur Gaza, memperkuat upaya perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah, serta membuka era baru keamanan kawasan.” Meski demikian, pertemuan bersejarah itu digelar tanpa kehadiran perwakilan Israel maupun Hamas. (jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/