26.7 C
Jakarta
Saturday, April 19, 2025

Suaranya Merosot di Sejumlah Negara Bagian, Trump Merasa Dicurangi, An

NEW YORK-Presiden Donald
Trump mengancam akan membawa hasil Pemilu Amerika Serikat ke Mahkamah Agung.
Sebab dia merasa dicurangi. Trump tak terima sejumlah suaranya merosot di
beberapa negara bagian. Dan Trump ingin semua pemungutan suara dihentikan.

“Seperti di negara bagian
seperti Georgia menyusut, sebagai hal yang memalukan bagi negara kita,” kata
dia dalam pidatonya seperti dilansir dari CNBC, Rabu (4/11).

Klaim kemenangan oleh Trump
dilontarkan padahal jutaan suara yang sah belum dihitung dan setengah lusin
negara medan pertempuran masih belum dipanggil.

“Sekelompok orang sedang
mencoba untuk mencabut hak pilih saya dan kami tidak akan mendukung ini,” kata
Trump dari Ruang Timur Gedung Putih.

“Kami bersiap-siap untuk
perayaan besar. Kami memenangkan segalanya, dan tiba-tiba saja batal,” kata
Trump.

“Kami akan pergi ke Mahkamah
Agung AS, kami ingin semua penghitungan suara dihentikan,” tukas Trump.

Baca Juga :  Israel-Palestina Gencatan Senjata, Hamas Bakal Tetap Waspada

Entah mengapa Trump menyebut
akan mengancam akan ke MA. Sebab secara hukum, Trump tak bisa langsung ke MA.
Kasus biasanya sampai ke pengadilan tertinggi negara setelah sudah ada putusan
kasus sebelumnya oleh hakim lokal dan kemudian pengadilan banding lainnya.

Namun mungkin Trump berkaca
pada tahun 2000, di mana George Bush memenangkan Pemilu karena menggugat hasil
Pemilu ke Mahkamah Agung.

Dan saat itu Mahkamah Agung
mengeluarkan keputusan penting untuk mengentikan penghitungan suara dan
akhirnya Bush menang saat itu.

Menanggapi Trump, tim kampanye
Biden mengatakan pihaknya memiliki tim hukum yang siap untuk melawan setiap
tuntutan hukum yang diajukan oleh Partai Republik.

“Jika presiden menepati
ancamannya untuk pergi ke pengadilan untuk mencoba mencegah tabulasi suara,
kami memiliki tim hukum yang siap untuk dikerahkan untuk menolak upaya itu, dan
mereka akan menang,” kata manajer kampanye Biden, Jen O’Malley Dillon dalam sebuah
pernyataan seperti dilansir dari Fortune, Rabu (4/11/2020).

Baca Juga :  Kompetisi Kentut Berhadiah Rp2,9 Juta

Pernyataan
Dillon menyiratkan Pemilu AS akan rawan sengketa hukum. Pengamat Politik
Nicholas Whyte, dari APCO Worldwide, sebuah perusahaan konsultan di Brussels
menjelaskan langkah Trump berlebihan.

“Tentu saja sebelum dibawa ke
Mahkamah Agung, bagaimanapun juga itu harus pergi ke pengadilan lokal dulu.
Jadi pernyataannya untuk membawanya langsung ke Mahkamah Agung adalah suatu hal
yang berlebihan yang tidak dapat dilakukan,” kata Whyte.

Partai Republik di Pennsylvania
pada Selasa (3/11/2020) juga mengajukan gugatan di satu daerah di pinggiran
Philadelphia. Republik menuduh bahwa para pejabat secara ilegal mengizinkan
penghitungan surat suara yang masuk sebelum Hari Pemilihan.

“Pennsylvania adalah negara
bagian kunci. Saya membayangkan tindakan hukum apa pun akan dilacak dengan
cepat, tetapi kami belum melihat dasar dari tindakan hukum apa pun,” tutup
Whyte. 

NEW YORK-Presiden Donald
Trump mengancam akan membawa hasil Pemilu Amerika Serikat ke Mahkamah Agung.
Sebab dia merasa dicurangi. Trump tak terima sejumlah suaranya merosot di
beberapa negara bagian. Dan Trump ingin semua pemungutan suara dihentikan.

“Seperti di negara bagian
seperti Georgia menyusut, sebagai hal yang memalukan bagi negara kita,” kata
dia dalam pidatonya seperti dilansir dari CNBC, Rabu (4/11).

Klaim kemenangan oleh Trump
dilontarkan padahal jutaan suara yang sah belum dihitung dan setengah lusin
negara medan pertempuran masih belum dipanggil.

“Sekelompok orang sedang
mencoba untuk mencabut hak pilih saya dan kami tidak akan mendukung ini,” kata
Trump dari Ruang Timur Gedung Putih.

“Kami bersiap-siap untuk
perayaan besar. Kami memenangkan segalanya, dan tiba-tiba saja batal,” kata
Trump.

“Kami akan pergi ke Mahkamah
Agung AS, kami ingin semua penghitungan suara dihentikan,” tukas Trump.

Baca Juga :  Israel-Palestina Gencatan Senjata, Hamas Bakal Tetap Waspada

Entah mengapa Trump menyebut
akan mengancam akan ke MA. Sebab secara hukum, Trump tak bisa langsung ke MA.
Kasus biasanya sampai ke pengadilan tertinggi negara setelah sudah ada putusan
kasus sebelumnya oleh hakim lokal dan kemudian pengadilan banding lainnya.

Namun mungkin Trump berkaca
pada tahun 2000, di mana George Bush memenangkan Pemilu karena menggugat hasil
Pemilu ke Mahkamah Agung.

Dan saat itu Mahkamah Agung
mengeluarkan keputusan penting untuk mengentikan penghitungan suara dan
akhirnya Bush menang saat itu.

Menanggapi Trump, tim kampanye
Biden mengatakan pihaknya memiliki tim hukum yang siap untuk melawan setiap
tuntutan hukum yang diajukan oleh Partai Republik.

“Jika presiden menepati
ancamannya untuk pergi ke pengadilan untuk mencoba mencegah tabulasi suara,
kami memiliki tim hukum yang siap untuk dikerahkan untuk menolak upaya itu, dan
mereka akan menang,” kata manajer kampanye Biden, Jen O’Malley Dillon dalam sebuah
pernyataan seperti dilansir dari Fortune, Rabu (4/11/2020).

Baca Juga :  Kompetisi Kentut Berhadiah Rp2,9 Juta

Pernyataan
Dillon menyiratkan Pemilu AS akan rawan sengketa hukum. Pengamat Politik
Nicholas Whyte, dari APCO Worldwide, sebuah perusahaan konsultan di Brussels
menjelaskan langkah Trump berlebihan.

“Tentu saja sebelum dibawa ke
Mahkamah Agung, bagaimanapun juga itu harus pergi ke pengadilan lokal dulu.
Jadi pernyataannya untuk membawanya langsung ke Mahkamah Agung adalah suatu hal
yang berlebihan yang tidak dapat dilakukan,” kata Whyte.

Partai Republik di Pennsylvania
pada Selasa (3/11/2020) juga mengajukan gugatan di satu daerah di pinggiran
Philadelphia. Republik menuduh bahwa para pejabat secara ilegal mengizinkan
penghitungan surat suara yang masuk sebelum Hari Pemilihan.

“Pennsylvania adalah negara
bagian kunci. Saya membayangkan tindakan hukum apa pun akan dilacak dengan
cepat, tetapi kami belum melihat dasar dari tindakan hukum apa pun,” tutup
Whyte. 

Terpopuler

Artikel Terbaru