32.2 C
Jakarta
Wednesday, April 2, 2025

Hizbullah Serang Pos Militer Israel

KELOMPOK Hizbullah pada Senin, 2 Desember 2024, mengklaim telah menyerang pos militer Israel yang terletak di Roueissat Al-Alam di bukit Kfar Shuba, wilayah yang diduduki Israel.

Serangan ini disebut sebagai “peringatan pertahanan awal” dan dilakukan sebagai respons terhadap pelanggaran gencatan senjata oleh Israel, yang telah melakukan berbagai tindakan yang dianggap melanggar ketentuan tersebut.

Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Hizbullah, kelompok ini merinci sejumlah pelanggaran yang dilakukan oleh Israel, termasuk penembakan terhadap warga sipil Lebanon, serangan udara di berbagai wilayah Lebanon yang mengakibatkan korban jiwa, serta pelanggaran terus-menerus terhadap wilayah udara Lebanon, termasuk di atas ibu kota Beirut.

Hizbullah menambahkan bahwa mereka telah meminta otoritas terkait untuk menghentikan pelanggaran ini, namun tidak ada tindakan yang diambil, sehingga mereka memutuskan untuk memberikan “peringatan” melalui serangan ini.

Serangan yang diluncurkan oleh Hizbullah melibatkan dua roket yang ditembakkan ke area Har Dov, yang juga dikenal sebagai Pertanian Sheeba. Meskipun kedua roket tersebut mendarat di lapangan terbuka dan tidak menimbulkan kerusakan atau korban, dampak dari serangan ini tetap memicu respons keras dari pihak Israel.

Radio Militer Israel melaporkan insiden ini, dan dalam waktu singkat, berbagai pejabat Israel mulai menyerukan untuk memberikan balasan yang tegas.

Baca Juga :  Israel Batasi Bantuan Kemanusiaan, Warga Gaza Terancam Kelaparan

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menanggapi serangan tersebut dengan pernyataan yang keras, menegaskan bahwa penembakan Hizbullah di Gunung Dov merupakan pelanggaran serius terhadap gencatan senjata yang telah disepakati sebelumnya.

Netanyahu berjanji akan membalas serangan tersebut dengan respons yang tegas dan sesuai dengan prinsip keamanan nasional Israel.

Selain itu, Menteri Keuangan Israel yang berasal dari sayap kanan, Bezalel Smotrich, menyebut tindakan Hizbullah sebagai “kesalahan besar” dan mendesak respons militer yang lebih kuat untuk “mengubah persamaan” dalam konflik tersebut.

Smotrich, yang dikenal dengan sikap hawkish-nya, juga menyerukan agar Israel mengakhiri apa yang ia gambarkan sebagai era penahanan terhadap serangan-serangan kecil dari Hizbullah.

Benny Gantz, ketua Partai Ketahanan Israel dan mantan Menteri Pertahanan, juga memberikan peringatan serupa.

Ia memperingatkan bahwa kegagalan untuk memberikan respons yang tegas terhadap serangan Hizbullah dapat memicu kembalinya “era persamaan,” di mana kelompok militan Lebanon merasa dapat terus melakukan serangan tanpa konsekuensi serius.

Menteri Perhubungan Israel, Miri Regev, turut mempertegas posisi pemerintah Israel dengan menekankan komitmen negara untuk membalas setiap pelanggaran terhadap perjanjian gencatan senjata.

Baca Juga :  Serang Gedung Media, Israel Beralasan jadi Basis Intelijen Hamas

“Sesuai keputusan Kabinet, Israel akan menanggapi dengan tegas setiap pelanggaran perjanjian oleh Hizbullah,” tulis Regev melalui akun X (sebelumnya Twitter).

Ketegangan yang meningkat ini kembali menggambarkan ketidakstabilan yang masih menghinggapi perbatasan antara Israel dan Lebanon. Meskipun serangan roket dari Hizbullah kali ini tidak menimbulkan kerusakan berarti, serangan semacam ini sering kali menjadi pemicu eskalasi yang lebih besar, dengan risiko ketegangan militer yang meluas di wilayah tersebut.

Baik Israel maupun Hizbullah tampaknya tidak menunjukkan tanda-tanda mundur, dan peringatan-peringatan yang saling dilontarkan hanya semakin memperburuk ketegangan di kawasan tersebut.

Serangan ini terjadi dalam konteks gencatan senjata yang rapuh antara kedua pihak, yang telah diatur dalam beberapa perjanjian sebelumnya, namun sering kali dilanggar oleh kedua belah pihak.

Peningkatan ketegangan ini menunjukkan betapa rapuhnya situasi di perbatasan Israel-Lebanon, di mana setiap insiden dapat berpotensi meruntuhkan upaya untuk mencapai stabilitas jangka panjang.

Dengan Israel berjanji untuk memberikan respons tegas, dunia internasional kini memantau dengan cermat perkembangan ini, yang berpotensi mengarah pada konfrontasi lebih lanjut. (Antara/Anadolu)

KELOMPOK Hizbullah pada Senin, 2 Desember 2024, mengklaim telah menyerang pos militer Israel yang terletak di Roueissat Al-Alam di bukit Kfar Shuba, wilayah yang diduduki Israel.

Serangan ini disebut sebagai “peringatan pertahanan awal” dan dilakukan sebagai respons terhadap pelanggaran gencatan senjata oleh Israel, yang telah melakukan berbagai tindakan yang dianggap melanggar ketentuan tersebut.

Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Hizbullah, kelompok ini merinci sejumlah pelanggaran yang dilakukan oleh Israel, termasuk penembakan terhadap warga sipil Lebanon, serangan udara di berbagai wilayah Lebanon yang mengakibatkan korban jiwa, serta pelanggaran terus-menerus terhadap wilayah udara Lebanon, termasuk di atas ibu kota Beirut.

Hizbullah menambahkan bahwa mereka telah meminta otoritas terkait untuk menghentikan pelanggaran ini, namun tidak ada tindakan yang diambil, sehingga mereka memutuskan untuk memberikan “peringatan” melalui serangan ini.

Serangan yang diluncurkan oleh Hizbullah melibatkan dua roket yang ditembakkan ke area Har Dov, yang juga dikenal sebagai Pertanian Sheeba. Meskipun kedua roket tersebut mendarat di lapangan terbuka dan tidak menimbulkan kerusakan atau korban, dampak dari serangan ini tetap memicu respons keras dari pihak Israel.

Radio Militer Israel melaporkan insiden ini, dan dalam waktu singkat, berbagai pejabat Israel mulai menyerukan untuk memberikan balasan yang tegas.

Baca Juga :  Israel Batasi Bantuan Kemanusiaan, Warga Gaza Terancam Kelaparan

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menanggapi serangan tersebut dengan pernyataan yang keras, menegaskan bahwa penembakan Hizbullah di Gunung Dov merupakan pelanggaran serius terhadap gencatan senjata yang telah disepakati sebelumnya.

Netanyahu berjanji akan membalas serangan tersebut dengan respons yang tegas dan sesuai dengan prinsip keamanan nasional Israel.

Selain itu, Menteri Keuangan Israel yang berasal dari sayap kanan, Bezalel Smotrich, menyebut tindakan Hizbullah sebagai “kesalahan besar” dan mendesak respons militer yang lebih kuat untuk “mengubah persamaan” dalam konflik tersebut.

Smotrich, yang dikenal dengan sikap hawkish-nya, juga menyerukan agar Israel mengakhiri apa yang ia gambarkan sebagai era penahanan terhadap serangan-serangan kecil dari Hizbullah.

Benny Gantz, ketua Partai Ketahanan Israel dan mantan Menteri Pertahanan, juga memberikan peringatan serupa.

Ia memperingatkan bahwa kegagalan untuk memberikan respons yang tegas terhadap serangan Hizbullah dapat memicu kembalinya “era persamaan,” di mana kelompok militan Lebanon merasa dapat terus melakukan serangan tanpa konsekuensi serius.

Menteri Perhubungan Israel, Miri Regev, turut mempertegas posisi pemerintah Israel dengan menekankan komitmen negara untuk membalas setiap pelanggaran terhadap perjanjian gencatan senjata.

Baca Juga :  Serang Gedung Media, Israel Beralasan jadi Basis Intelijen Hamas

“Sesuai keputusan Kabinet, Israel akan menanggapi dengan tegas setiap pelanggaran perjanjian oleh Hizbullah,” tulis Regev melalui akun X (sebelumnya Twitter).

Ketegangan yang meningkat ini kembali menggambarkan ketidakstabilan yang masih menghinggapi perbatasan antara Israel dan Lebanon. Meskipun serangan roket dari Hizbullah kali ini tidak menimbulkan kerusakan berarti, serangan semacam ini sering kali menjadi pemicu eskalasi yang lebih besar, dengan risiko ketegangan militer yang meluas di wilayah tersebut.

Baik Israel maupun Hizbullah tampaknya tidak menunjukkan tanda-tanda mundur, dan peringatan-peringatan yang saling dilontarkan hanya semakin memperburuk ketegangan di kawasan tersebut.

Serangan ini terjadi dalam konteks gencatan senjata yang rapuh antara kedua pihak, yang telah diatur dalam beberapa perjanjian sebelumnya, namun sering kali dilanggar oleh kedua belah pihak.

Peningkatan ketegangan ini menunjukkan betapa rapuhnya situasi di perbatasan Israel-Lebanon, di mana setiap insiden dapat berpotensi meruntuhkan upaya untuk mencapai stabilitas jangka panjang.

Dengan Israel berjanji untuk memberikan respons tegas, dunia internasional kini memantau dengan cermat perkembangan ini, yang berpotensi mengarah pada konfrontasi lebih lanjut. (Antara/Anadolu)

Terpopuler

Artikel Terbaru